HIV/AIDS + TB PARU
Pembimbing:
dr. Armon Rahimi, Sp.PD, KPTI
Disusun Oleh :
Yulia Diantika Putri 61112042
Tesa Rahmadita 61112050
BB menurun drastis,
Kekebalan tubuh Infeksi HIV
demam lama, rasa
makin menurun, asimptomatik (tanpa
lemah, pembesaran
terjadi infeksi gejala), berlangsung
KGB, diare, TB,
oportinistik selama 8-10 tahun
infeksi jamur, herpes
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Menurut WHO, HIV/AIDS dapat ditegakkan dengan sekurang-
kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor.
Tabel Stadium klinis HIV/AIDS menurut WHO
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nucleotide Reverse
Transcriptase Tenofovir (TDF)
Inhibitor (NtRTIs)
Golongan obat
anti retroviral
Non-nucleoside
Reverse Efavirenz (EFV),
Transcriptase Nevirapine (NVP)
Inhibitor (NNRTIs)
*Tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama atau wanita yang
berpotensi tinggi untuk hamil
Saat ini regimen pengobatan anti retroviral yang dianjurkan WHO adalah
kombinasi dari 3 obat ARV.
Terapi Zidovudin (ZDV),
lini Lamivudin (3TC),
pertama dengan Nevirapin
(NVP)
Protease Inhibitor
Terapi (PI) yang diperkuat
lini oleh Ritonavir
kedua (ritonavir-boosted)
ditambah 2 NRTI
Tabel Dosis ARV pada ODHA dewasa
PROGNOSIS
Mycobacterium
tuberculosa merupakan
bakteri batang aerobic
tahan asam yang tumbuh
lambat dan sensitive
terhadap panas dan sinar
UV
CARA PENULARAN
Neutrofil Makrofag
Menetap di jaringan
paru
Menyebar Limfogen,
Hematogen, Bronkogen Perbesaran Kelenjar getah bening
di hilus ( Limfadenitis Regional)
KLASIFIKASI
1. Hasil BTA dan Lokasi 2. Tipe Penderita
2 dari 3 spesimen dahak BTA (+)
1 spesimen dahak BTA (+) dan kelainan
BTA radiologik gambaran tuberkulosis aktif
(+) 1 spesimen dahak BTA (+) dan biakan
M. tuberculosis (+)
Pem.
bakteriol
ogik
DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia
Bronkopneumonia
Lobaris
Bronkhitis Ca Paru
PENATALAKSANAAN
Fase Fase
Intensif Lanjutan
2-3 4-7
bulan bulan
1. Isoniazid (INH)
2. Rifampisin (R)
3. Pirazinamid (Z)
4. Streptomisin (S)
5. Etambutol (E)
Program Nasional Penanggulangan TB paru di
Indonesia menggunakan paduan OAT:
Komplikasi dini
pleuritis, efusi pleura, empiema, dan laringitis
Komplikasi lanjut
obstruksi jalan nafas (SOPT : Sindrom Obstruksi Paska
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, kor
pulmonal, sindrom gagal nafas, yang sering terjadi pada TB
milier dan kavitas TB.
LAPORAN KASUS
Anamnesa Pribadi
Anamnesa Makanan :
- Nasi : Freq tidak teratur /hari - Sayur : Ya
- Ikan : Ya - Daging : Ya
Anamnesa Family :
- Penyakit - penyakit family : -
- Penyakit seperti orang sakit : Ya
- Anak-anak :-, Hidup : -, Mati : -
Status Presents
Keadaan Umum :
Sensorium :Compos mentis
Tekanan darah :100/60 mmHg
Temperatur :39,6C
Pernafasan :20x/menit, reg, tipe pernafasan: thorakal
abdominal
Nadi :88x/menit, equal,tegangan sedang, volume
sedang
Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Terapi :
Aktifitas : Tirah Baring
Diet : Diet M II
Medikamentosa:
- IVFD RL 30 gtt/i
- Paracetamol tab 3x500mg
- Loperamid 2mg/xdiare
- Kotrimoksazole 960 mg/hari dosis tunggal. Diberikan sampai sel
CD4 >200 sel/mm3 pada pemeriksaan 2x interval 6 bulan berturut-
turut
- Obat FDC OAT : Rifampisin 150mg + INH 75mg + Pirazinamid
400mg
- Obat FDC HIV : Zidovudine (ZDV/AZT) + Lamivudine (3TC) +
Efavirenz (EFV)
Pemeriksaan Anjuran/Usul :
Darah rutin
Pemeriksaan CD4
Pemeriksaan BTA
Foto thoraks
Faal hati dan ginjal
DISKUSI KASUS