Anda di halaman 1dari 115

ETNOGRAFI TORAJA

Lingkungan
Alam
Lingkungan Alam
Tana Toraja:
Tana Toraja merupakan
kabupaten yang terletak
di dataran tinggi Provinsi
Sulawesi Selatan, dengan
topografi dataran tinggi
yang menjulang, dengan
jalan-jalan yang
menghiasi bukit hingga
ke puncak. Di tepi jalan-
jalan itu terletak
perkampungan orang
Toraja itu, yg dikelilingi
rumpun bambu dan
pepohonan.
Pemandangan Alam Sulawesi Selatan
menuju ke arah Tanah Toraja.
Desa Toraja: deretan tongkonan, sawah dan hutan
Jagung yang dijual per-ikat
Kabupaten Tana Toraja

Kabupaten Tana Toraja:


Salah satu dari 15 kabupaten dari Provinsi
Sulawesi Selatan, dengan ibukota di Makale.
Kota penting lainnya di Tana Toraja adalah
Rantepao.
Makale: berarti pagi.
Rante berarti dataran; Pao berarti mangga.
Mungkin di masa lalu, daerah ini ditanami
banyak pohon mangga.
Sungai Sadang

Salah satu sungai yang terpenting adalah


Sungai Sadan, yg membatasi Tana Toraja
dengan wilayah-wilayah lainnya, antara lain
dg komunitas Bugis-Makassar.
Dalam perjalanan lewat udara, kita dapat
melihat hamparan dataran rendah dan
sungai, menuju ke perbukitan, sebelum
mendarat di bandara kecil di pedalaman.
Jalan yg menghubungkan desa-desa dan sekitarnya
Pemandangan alam di Tana Toraja: Sungai dan
Karang Sungai di tengah kota
Tedong
Bonga
Tedong Bonga
Jagung yang dijual per-ikat
Nama Toraja
Asal nama Toraja: To ri-aja(org dari pedalaman),
istilah yg diberikan oleh org dari luar Toraja. Ada
pula istilah To-ri-ajang , sebutan org Luwu bagi
org Toraja (artinya: org yg bermukim di bagian barat
pemukiman org Luwu) .
Versi lain menyebutkan bahwa To adalah orang,
dan raja dari kata Maraya, yg artinya besar.
Mungkin ini ada kaitannya dg mitologi bhw
bangsawan Bugis, Makassar danToraja adalah
keturunan Tomanurun Tamborolangi (org dari
langit yg sakti dan turun menjelma di enam buah
kerajaan Bugis, Makassar dan Toraja).
Mitologi (cerita suci) Suku-suku bangsa utama di Sulawesi
Orang Toraja Selatan (Bugis, Makasar, dan Toraja)
dipersatukan oleh keyakinan mereka
akan mite tentang To Manurun
Tamborolangi dan Lakipadada.

Tomanurun
Membawa aluk
(pegangan hidup).
Manusia, yang terbagi atas
kelas-kelas sosial:
1. Puang
(keturunan Tomanurun)
2. Anak disese
3. Tomakaka
(terdiri dari tiga tingkatan)
4. To tangga
5. Kaunan
(terdiri dari empat tingkatan).
Sistem Kekerabatan: Rapu (Klen Bilateral)
- Berpusat pada rapu: klen bilateral
-Ada pelapisan sosial yang kompleks atas pembagian:
bangsawan, orang biasa (merdeka), dan budak.
- Mereka yang berasal dari status bangsawan
(disebut kelahiran tinggi) menggunakan nama-nama
seperti
Kila (kilat); langi (langit) dan allo (matahari).
- Ada konsep mengenai hubungan dengan leluhur yang
sudah mati.
- Upacara kematian ditujukan untuk menghormati arwah
dan menjaga keseimbangan dalam kosmos (roh nenek-
moyang dan roh manusia) agar saling membantu
memelihara kosmos.
- Perwujudan hubungan kekerabatan berkaitan dengan
dua pranata penting, yaitu: (1) tongkonan; dan (2) liang.
Hasil tenun sedang dijemur
Lansia sedang menenun.
Lansia Toraja mendapat pengetahuan menenun sejak
kecil.
Proses pembuatan Tongkonan
Bagian atas
Tongkonan.
Simbol kerbau
belang menghiasi
rumah adat, dan
dalam upacara, kain
tenun yg
digantungkan
mempunyai simbol-
simbol tertentu.
Dekorasi di depan
Tongkonan

Tanduk-tanduk
kerbau yg pernah
dipotong utk upacara
adat kematian
biasanya diletakkan
bertumpuk di depan
rumah sbg hiasan
dan sekaligus simbol
prestise.
Bagian bawah tongkonan
Lansia yg ahli dalam menenun
Contoh disain
kain tenun
Proses Menenun: mengikat benang dengan tali
rafia
Bahan dan produk rotan Toraja
Peralatan besi
(parang, pisau,
sekop, skrup, dll)
Matapencaharian bercocok-tanam Padi di
Sawah

Padi adalah makanan pokok org Toraja.


Sawah merupakan harta milik yang sangat
berharga bagi orang Toraja. Dalam upacara
kematian, proses mengusung jenazah ke
liang kubur biasanya dilakukan dengan
mengantar jenazah melewati sawahnya, agar
jasadnya dapat berada di dekat sawah untuk
terakhir kalinya, seakan-akan berpamitan.
Sawah-sawah yg baru digarap
Sawah di Perbukitan

Di dataran yang cukup luas di dataran tinggi


Toraja, sawah dibangun mendatar,
sedangkan di daerah-daerah perbukitan,
sawah dibangun di atas teras-teras.
Hal ini juga dpt dianggap sebagai kearifan
lokal ttg cara manusia merespons alam utk
dimanfaatkan bagi kepentingan hidupnya.
Pola terasering ini dapat dijumpai pula di
Jawa dan Bali.
Hasil kerajinan
tangan
Sawah di Tana
Toraja, ada
kolam ikan di
tengah sawah
Sawah di Tana Toraja
Sawah di Tana Toraja
Sawah yang mulai menguning
Proses
memisahkan bulir
padi dari
tangkainya,
dilakukan di tepi
jalan raya.
Biji coklat

Biji coklat yg
dijemur di tepi
jalan raya dapat
dikemas menjadi
obyek wisata
budaya bagi
wisatawan (dg
memberikan
informasi ttg
pohonnya,
buahnya, cara
mengolah hingga
memprosesnya).
Pasar tradisional sebagai obyek
wisata budaya
Melalui pasar, kita bisa mengenal
sebagian kebudayaan masyarakat ybs,
seperti: makanan mereka, benda-
benada upacara, benda-benda
peralatan hidup, pakaian, kesenangan
dan hiburan (termasuk zat stimulan
seperti tembakau, sirih-pinang,)
minuman penyegar, jamu-jamuan, dll.
Ikan yang diberi
rempah-rempah
dan diawetkan
secara tradisional
(pembungkus
dengan daun jati)
Pasar hewan (babi) untuk upacara rambu
solo atau rambu tuka
Menjual babi di pasar
Lansia Toraja menjual
bahan-bahan makanan
Suasana pasar,
peranan
perempuan
sebagai penjual
bahan makanan
dan stimulan
(sirih-pinang,
tembakau)
Transaksi jual-beli
Penjual rotan
dari hutan
Penjual ikan
dengan wadahnya
yang khas, naik
motor, berkeliling
kota/desa untuk
masyarakat
pedalaman.
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial
yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum, yang berfungsi sebagai
sarana partisipasi masyarakat dalam
pembangunan bangsa dan negara. Sebagai
makhluk yang selalu hidup bersama-sama,
manusia membentuk organisasi sosial untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak
dapat mereka capai sendiri.
Pasar tradisional sebagai obyek
wisata budaya
Melalui pasar, kita bisa mengenal
sebagian kebudayaan masyarakat ybs,
seperti: makanan mereka, benda-
benada upacara, benda-benda
peralatan hidup, pakaian, kesenangan
dan hiburan (termasuk zat stimulan
seperti tembakau, sirih-pinang,)
minuman penyegar, jamu-jamuan, dll.
Menikmati
sarapan pagi:
cara duduk khas
rakyat
Menikmati sarapan pagi: nasi, lauk-pauk,
minuman legen dari nira lontar
Sawah di Perbukitan

Di dataran yang cukup luas di dataran tinggi


Toraja, sawah dibangun mendatar,
sedangkan di daerah-daerah perbukitan,
sawah dibangun di atas teras-teras.
Hal ini juga dpt dianggap sebagai kearifan
lokal ttg cara manusia merespons alam utk
dimanfaatkan bagi kepentingan hidupnya.
Pola terasering ini dapat dijumpai pula di
Jawa dan Bali.
Perempuan Toraja
di antara
rumah-rumah
tradisional
berpakaian
tradisional
Bagian bawah
dari Tongkonan
berfungsi sosial,
untuk menerima
tamu,
bercengkerama
bersama
keluarga sambil
bekerja atau
beristirahat.
Cara membawa babi ke pasar
untuk dijual
Dapur sebagai ruangan pertama masuk ke rumah.
Untuk menuju ke dapur digunakan tangga, seperti yg sdg dilakukan gadis
ini. Kakinya sedang menginjak tangga rumah..
Penjual ikan
dengan wadahnya
yang khas, naik
motor, berkeliling
kota/desa untuk
masyarakat
pedalaman.
Dapur di bagian
dalam rumah.

Cara memasak
menggunakan
kayu bakar di
tungku.
Biji coklat

Biji coklat yg
dijemur di tepi
jalan raya dapat
dikemas menjadi
obyek wisata
budaya bagi
wisatawan (dg
memberikan
informasi ttg
pohonnya,
buahnya, cara
mengolah hingga
memprosesnya).
Proses potong
babi, tabung
bambu untuk
menampung
darah
Pembakaran bulu-
bulu untuk
membersihkan
babi
Proses
membakar dalam
rangka menguliti
babi
Proses
menampung
darah dengan
melubangi perut
babi hutan
Proses membakar bulu dalam tahapan
awal menguliti babi untuk
upacara rambu tuka
Proses membuka isi perut babi untuk
mengeluarkan organ dalam (jantung,
hati, usus, ginjal, dll). Lemak dipisahkan.
Membagi
potongan
daging untuk
diberikan
kepada
kerabat yang
membantu
upacara
Daging babi
yang sudah
selesai dibakar.
Dipersiapkan
sebagai sajian
upacara
Isi perut babi
(usus, jantung)
dan lemak babi
Cabe Toraja
yang sangat
pedas
Cara
menggendong
bakul sebagai
wadah,
diikatkan dari
jidat
Bahan stimulan: sirih, pinang, buah sirih,
tembakau dalam tabung
Tiang dalam
rumah: ukiran
kayu yang
mencerminkan
kebersamaan
dalam klen
Hasil kerajinan
tangan
Hasil tenun sedang dijemur
Contoh disain
kain tenun
Proses Menenun: mengikat benang dengan tali
rafia
Motif Kain Tenun
Motif Kain Tenun
Motif Kain tenun
Motif Kain Tenun
Motif Kain Tenun
Motif Kain Tenun
Pakaian Tradisional Penari dalam
Upacara Rambu Tuka
Tongkonan
Merupakan rumah adat dengan perangkatnya, yaitu tanah di
sekitarnya, rumpun bambu, sawah, dan tenunan tua, yang
dibuat oleh suami-istri dan dipelihara oleh keturunannya.
Mereka membentuk rapu dan bertugas memelihara tongkonan.
Di hadapan tongkonan ada lumbung padi. Tongkonan dibangun
ke arah utara, yaitu menghadapi kepala langit. Desa dibuat
dalam jalur sesuai dengan klasifikasi timur dan barat.
Konsep budaya tentang arah:
- utara: tempat dewa
- timur: tempat kehidupan (matahari terbit)
- selatan dan barat: tempat kematian/selesainya
kehidupan.
Puya adalah dunia roh, yang diyakini berada di arah selatan.
Dekorasi di depan
Tongkonan

Tanduk-tanduk
kerbau yg pernah
dipotong utk upacara
adat kematian
biasanya diletakkan
bertumpuk di depan
rumah sbg hiasan
dan sekaligus simbol
prestise.
Liang
Kuburan warga rapu, mengikuti
garis ayah atau ibu. Siapa-siapa
yang dianggap berhak
dimakamkan di liang ditetapkan
secara adat. Istri dan suami bisa
ikut dikubur di situ bila sudah
mempunyai anak dari perkawinan
dengan anggota rapu yang
memiliki liang ybs.
Liang dipelihara secara gotong-
royong oleh seluruh rapu.
Ikatan kekerabatan ditunjukkan
melalui dua pranata tersebut.
Upacara kematian penting bagi
status keluarga, karena
menunjukkan hal hal sbb:
- Siapa yang menjadi warga
rapu yang berpartisipasi
- Menunjukkan status dari
almarhum
-Peningkatan fungsi keluarga
melalui upacara
-Upacara bersifat potlach
(menghamburkan demi gengsi),
diwujudkan dalam
pengorbanan (pemotongan)
banyak kerbau dan diberikan
kepada rakyat demi menaikkan
gengsi kerabat.
Lereng bukit tempat orang
Toraja membuat liang bagi
jasad leluhur dan kerabat
mereka yg mati.
Di daerah ini liang terdapat di
bukit batu terjal, sehingga peti
jenazah dimasukkan ke dalam
lubang-lubang batu yg sengaja
dibuat utk memuat peti mati
mrk. Di bagian gua lainnya yg
berupa rongga-rongga gua, peti
berisi tulang jenazah diletakkan
demikian saja.
Bagi mereka, yg penting adalah
mengantar roh ke tempatnya,
bukan menyimpan jasadnya.
Respons thd Arah

Adanya keyakinan ttg arah & sifatnya itu, yg berbeda-


beda, menyebbakan orang Toraja mempunyai
respons yg berbeda thd arah mata angin.
Timur adalah arah baik krn matahari terbit di timur,
sbg awal dari hari dan keuntungan. Karena itu
menghadap ke timur menyongsong matahari
menjadi preferensi bagi arah rumah.
Arah barat yg merupakan tempat tenggelamnya
matahari tidak disukai, krn sifatnya yg menuju arah
gelap. Arah selatan juga sbg arah dunia roh dan
kematian, hanya roh-roh orang mati saja yg menuju
ke sana. Karena itu rumah yg menghadap ke selatan
tak disukai.
Konsep Budaya tentang Puya

Orang Toraja percaya bahwa roh orang yang telah


meninggal dunia pergi ke dunia roh yang disebut
puya.
Di tempat ini mereka hidup seperti halnya ketika hidup
di dunia, namun di tempat yg gaib dan sakral ini,
mereka dapat sewaktu-waktu turun ke bumi untuk
membantu atau berada di sekitar kegiatan upacara
yg dilakukan para keturunan mereka.
Mereka baru bisa berada di sini jika keturunan mereka
telah melakukan upacara kematian yg lengkap bagi
diri mereka.
Liang
tau-tau
tau-tau dalam liang.
Boneka tau-tau dari
kayu dibuat untuk
mengidentifikasi para
almarhum atau
almarhumah.
Bentuk tau-tau
disesuaikan dg
perwujudannya
waktu wafat
(tua/muda).
tau-tau
tau-tau
Kuburan tokoh adat
dengan patung yang
dipersonifikasikan
sebagai almarhum.
Persembahan oleh
keluarga di sekitar
makam dapat
menceritakan tentang
kebiasaan alm.
Kuburan: bentuk
modern dari liang yang
terdapat di gua-gua
batu. Liang modern
dengan simbol agama
yang dianut alm
(Kristen) tercermin
dalam bentuk makam
ini.
Peti kayu berukir tempat mayat
disimpan
Makam/
liang modern: liang
yang dibangun oleh
keluarga
mempermudah
keturunan di masa
yang akan datang
untuk
mengidentifikasi
makam leluhurnya
Tengkorak yang teronggok
Tengkorak dari seorang perokok?
Liang
Kepercayaan Tradisional:
Aluk to Dolo: Kepercayaan tentang peranan leluhur bagi
keturunan yang masih hidup, dan penghidupan dari leluhur.
Puang Matua: Dewa utama yang menciptakan sejumlah cikal-
bakal kehidupan
Seperti lingkungan alam, manusia, hewan, dll.

Hirarki dewa-dewa:
Puang Matua

Deata

- Roh-roh penjaga lingkungan alam, hewan dan tumbuh-


tumbuhan
- Roh-roh nenek-moyang
(roh nenek-moyang belum sempurna bila belum diberi upacara
kematian)
Manusia
(perbuatannya dijaga oleh roh nenek-moyang, akan dimarahi
atau dicelakakan roh nenek-moyang jika belum
menyelenggarakan upacara kematian bagi mereka).
Proses
menampung
darah dengan
melubangi perut
babi hutan
Proses
memotong babi
untuk dijadikan
sajian upacara
Usai
upacara:
pulang
membawa
daging
sumbangan
yang
dibagikan
Tuan rumah
pada salah
satu
upacara
rambu tuka,
yaitu
mendirikan
rumah baru.
Peserta upacara
rambu tuka: anak-
anak kecil sejak
balita telah dibawa
untuk melihat
upacara adat yang
terjadi di kampung
mereka

Anda mungkin juga menyukai