Anda di halaman 1dari 65

PENIMBUNAN BATUAN PENUTUP

(OVER BURDEN DISPOSAL)

KURSUS CALON INSPEKTUR TAMBANG

Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara


Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
PENIMBUNAN TANAH PENUTUP
ISTILAH-ISTILAH :
tanah penutup
adalah tanah dan atau batuan yang menutupi bahan galian atau berada diantara bahan galian
kolam pengendapan
adalah kolam yang digunakan untuk menampung dan mengendapkan partikel-partikel sedimen yang
dibentuk dengan cara membangun dam/yang terbawa oleh aliran air permukaan tambang
parit jenjang (down ditch)
adalah saluran air pada dasar jenjang dengan kemiringan 1% - 2% yang mengarah ke saluran utama
erosi
adalah suatu proses pengikisan atau penghancuran tanah atau batuan yang selanjutnya
dipindahkan ke tempat lain oleh media pengangkut seperti air dan angin
kemiringan lantai jenjang (back slope)
kemiringan sebesar 1% - 2 % pada lantai jenjang yang mengarah ke kaki jenjang (toe) untuk mengendalikan
pola aliran air
rip-rap
adalah penahan erosi tanah yang menutupi tanah permukaan, bersifat permanen, dan terdiri atas batuan
berukuran besar dan berbentuk bulat, persegi dan tidak disemen
pengaman
adalah tanggul dengan dimensi tertentu dibuat pada ujung jenjang (crest) penimbunan
perangkap sedimen
adalah kolam berukuran kecil bersifat sementara, yang berfungsi menangkap partikel-partikel yang
dibawa aliran permukaan
2
RENCANA TEMPAT PENIMBUNAN
1. Peta rencana tempat penimbunan harus:
a) mempunyai skala 1:1000 s.d 5000;
b) menetapkan batas-batas tepi penimbunan akhir;
c) menetapkan batas luar tempat penimbunan batuan penutup yang
berpotensi bukan asam dan yang berpotensi I bersifat asam.
2. Penempatan pasak batas pinggir tempat penimbunan akhir dan
batas-batas penimbunan
a) Batas tepi tempat penimbunan akhir harus ditandai dengan
pasak berwama hijau putih.
b) Posisi batas penimbunan harus ditunjukkan dengan pasak warna
kuning. Menempatkan pasak batas luar tempat penimbunan batuan
penutup yang tidak berpotensi asam.
c) Batas untuk tempat penimbunan batuan penutup yang berpotensi
asam harus ditandai dengan pasak-pasak berwarna hijau.
d) Rasio dari tinggi timbunan dengan jarak penimbunan material tidak
berpotensi asam adalah 1:10. Rasio dapat diubah hingga menjadi 1:5
dengan dibantu pemadatan tambahan.
e) Semua pasak harus ditempatkan dengan jarak kurang lebih 20
meter satu sama lain yang dapat terlihat jelas. 3
3. Penimbunan lapisan penutup yang tidak berpotensi asam
a) Batuan penutup yang tidak berpotensi asam harus ditempatkan
pada batas luar timbunan.
b) Permukaan setiap jenjang timbunan harus mempunyai kemiringan
permukaan 2% untuk jarak paling tidak 50 m dari tepinya (Gambar 2).

Gbr 1 Penempatan pasak batas pinggir tempat penimbunan akhir & batas-batas penimbunan

4
RENCANA TEMPAT PENIMBUNAN

4. Penimbunan lapisan penutup yang berpotensi asam


a) Lapisan penutup yang berpotensi asam harus ditimbun di bagian yang
dibatasi oleh pasak hijau ke arah bagian belakang timbunan (Gbr 3)
b) Penimbunan harus dipantau oleh pengawas produksi sekurang-
kurangnya 3 kali pada setiap gilir kerja untuk memastikan bahwa
penimbunan dilakukan di dalam batas yang ditandai dengan pasak-
pasak hijau dan sesuai dengan ketinggian dan kemiringan yang telah
direncanakan.
c) Perangkap sedimen dan kendali erosi harus dibangun dipermukaan
tempat penimbunan sesuai dengan spesifikasi untuk kendali erosi.

Gambar 3 Penimbunan batuan penutup yang berpotensi asam 5


RENCANA TEMPAT PENIMBUNAN

5. Pembentukan lereng bagian Luar


Bagian luar timbunan lapisan penutup yang tidak berpotensi asam harus
dibentuk dengan kemiringan lereng tunggal 4:1 (Gambar 4)
a) Puncak lereng akhir harus disurvai dan ditandai dengan pasak-pasak
berwarna merah sesuai dengan rencana penimbunan yang disetujui.
b) Pasak puncak harus berada pada jarak horizontal 40 m dari lokasi
pasak berwarna hijau putih.

Gambar 4. Pembentukan lereng bagian luar dengan dozer


6
RENCANA TEMPAT PENIMBUNAN

6. Penempatan tanah pucuk


a) Setelah setiap lereng selesai dibentuk, tanah harus ditempatkan
seperti tampak dalam Gambar 5.
b) Tanah diratakan dengan dozer sesuai ketebalan yang direncanakan
yaitu antara 50 cm 100 cm.
c) Setelah itu tanah harus digaru searah kontur sedalam 40 m.

Gambar 5. Penempatan tanah

7
RENCANA TEMPAT PENIMBUNAN

7. Konstruksi tanggul drainase pada lantai timbunan dan awal


konstruksi jenjang tempat penimbunan berikutnya
Tanggul drainase perlu dibuat di ujung atas tempat penimbunan untuk
mencegah terjadinya erosi (Gbr 6)
a) Lebar lantai timbunan 15 m, dan mempunyai backslope sebesar 2%
- 5% dan kemiringan aliran sebesar 1%. Permukaan lantai timbunan harus
sudah mempunyai backslope kurang lebih 2%.
b) Tanggul harus dibuat dengan lebar minimal 4 m dan tinggi 1 m.
c) Penempatan batuan penutup untuk jenjang berikutnya dapat dimulai
setelah pasak pada bagian luar tempat penimbunan telah dipasang
(proses dimulai kembali dari awal).
d) Jenjang akhir/puncak tempat penimbunan harus terdiri dari batuan
penutup yang tidak berpotensi asam.
Gambar 6. Konstruksi tanggul drainase dan awal jenjang timbunan berikutnya

8
RENCANA TEMPAT PENIMBUNAN

8. Konstruksi struktur pengendali aliran


Struktur pengendali aliran (drop structure) harus dibentuk sepanjang
permukaan tempat penimbunan agar bisa menerima aliran dari drainase
horizontal dan mengalirkannya ke bawah lereng dengan aman (Gbr 7).
a) Pengendali aliran harus dibangun sesegera mungkin setelah
pembentukan lereng selesai.
b) Desain, jarak dan lokasi struktur tersebut harus ditentukan sesuai
kondisinya.
c) Struktur pengendali aliran harus diteruskan mengikuti lereng dari
jenjang timbunan berikutnya.
d) Struktur pengendali aliran dapat dibuat dari ban bekas, batuan,
tumbuhan, rajutan plastik, kayu dan lain-lain.

Gambar 7. Konstruksi drop structure9


(dengan menggunakan ban-ban bekas)
Untuk merencanakan pembangunan sebuah tempat penimbunan batuan
penutup (diposal area), perencanaan lokasi serta klarifikasi yang spesifik
tentang rencana lokasi yang dimaksud.
Pertimbangan yang perlu diketahui antara lain :
Kemiringan lahan,
Sifat dan jenis material, dan
Sistem pengaliran air permukaan (hydrogeology)
Kemiringan lahan.
Sudut kemiringan areal penimbunan sangat berpengaruh terhadap
stabilitas timbunan, dengan demikian perlu dipertimbangan untuk
memperkecil sudut kemiringan lahan bahkan bila perlu mendatar (0o).
Apabila lahan miring tersebut masih tetap digunakan sebagai dasar sebuah
timbunan, maka perlu dilakukan penelitian atau kajian kemantapan lereng
agar timbunan material/ batuan penutup yang akan ditimbunkan pada lahan
tersebut masih tetap stabil. Kajian tentang kestabilan lereng timbunan
tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli yang mempunyai kompetensi di
bidang kestabilan lereng atau yang sejenisnya.
Kondisi lahan rencana areal
penimbunan yang miring

Penataan lahan rencana areal


timbunan dikerjakan
berdasarkan hasil kajian
geoteknik (slope stability study),
Tanggul pengaman/berm
yaitu berapa ketinggian jenjang
serta kemiringan slope tunggal
(induvidual slope)serta
kemiringan keseluruhan.
Sudut kemiringan lereng tunggal
Kemudian sebagai penguat
Sudut kemiringan lereng keseluruhan
tambahan, dibuatlah tanggul
pengaman di masing-masing teras
(berm), setelah itu dibuatkan
sistem pengaliran air permukaan
di setiap ketinggian jenjang
mengarah ke kolam pengendap.
Sifat dan Jenis Material
Sifat fisik dan kimia batuan/material yang akan ditimbun sangat menentukan
bentuk timbunan. Material dengan butiran lepas (loose material) mempunyai gaya
ikat antar butir yang kecil sehingga sangat labil, untuk itu pada saat
penimbunannya harus tidak boleh terlalu besar sudut kemiringannya karena
mudah bergerak/longsor.
Sifat fisik lainnya adalah material yang mempunyai butir an sangat halus (seperti
lempung/clay, lanau/shale dan sejenisnya) sangat mudah jenuh air, sehingga
dengan mudah membentuk bidang luncur pada sebuah timbunan, membuat
timbunan mudah longsor.

Pengaliran Air Permukaan dan Geohidrologi


Air permukaan sangat mudah meresap ke dalam sebuah timbunan batuan
penutup (karena batuan penutup merupakan material lepas dan banyak pori).
Dengan demikian sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan yang baik, sarana
pengelolaan air permukaan harus dipersiapkan terlebih dahulu untuk
mengantisipasi masuknya run-off ke areal timbunan, agar timbunan tidak menjadi
jenuh air.
Pengendalian run-off sekaligus juga menghindari terjadinya reaksi antara air
permukaan dengan material yang berpoten menimbulkan racun (Air Asam
Tambang maupun mineral beracun lainnya).
Kemajuan konstruksi timbunan keseluruhan.
Penebaran top soil dan re-contouring
Level I setinggi 10 m pengaturan drainase

Level II setinggi 10 m
Pengaturan drainase sesuai kemiringan dan penebaran top soil
Jenjang ketiga dan keempat mulai dikerjakan

Profil seluruh timbunan selesai dikerjakan


PHOTO SISTEM PENGALIRAN AIR TAMBANG
(DRAINAGE SYSTEM) PIT

22
PEMANTAUAN TIMBUNAN TANAH PENUTUP

a. Gerakan tanah/tanah longsor harus segera diperbaikidan


diinvestigasi penyebab longsor
b. Erosi tanah permukaan hendaknya segera diperbaiki
sebelum menjadi masalah yang lebih besar dan
mempengaruhi kondisi lahan timbunan.
c. Fungsi kolam pengendap harus dipelihara secara teratur
dan terencana.

Kualitas air buangan dari daerah timbunan akan mengalami


penurunan apabila poin a dan b tidak dipantau dengan baik.

43
Pengendalian asam tambang di penimbunan batuan
Pengelolaan disposal area

11 30 2007
10-05-2005

10 05 2005 11 : 44
17-11-2005
22-03-2006
24-11-2006
01-05-2007
30-11-2007

30 11 2007 09 : 34
10-05-2008
27-11-2008
08-12-2009
Revegetasi di lereng Out Look
Revegetasi di lereng Out Look 17-11-2005
Revegetasi di lereng Out Look 22-03-2006
Revegetasi di lereng Out Look 24-11-2006
Revegetasi di lereng Out Look 01-05-2007
Revegetasi di lereng Out Look 30-11-2007
Revegetasi di lereng Out Look 10-05-2008
Revegetasi di lereng Out Look 27-11-2008
Revegetasi di lereng Out Look 08-12-2009
TERIMA KASIH

65

Anda mungkin juga menyukai