Anda di halaman 1dari 79

Assalamualaikum Wr.

Wb
Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
Kelompok 5

PATOFISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN


Sistem Pencernaan
Patofisiologi Sistem Pencernaan
PATOFISIOLOGI
GASTROENTERITIS
Definisi

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan


keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali
perhari dan banyaknya lebih dari 200 250 gram yang
disebabkan oleh berbagai bakteri , virus, dan pathogen
parasitic.
Etiologi
Epidemiologi

Diperkirakan tiga sampai lima miliar kasus


gastroenteritis terjadi di seluruh dunia setiap
tahun, terutama menjangkiti anak-anak dan
orang dinegara berkembang. Ini
mengakibatkan sekira 1,3 juta kematian pada
anak-anak di bawah usia lima tahun sejak
2008, sebagian besar kasus terjadi di
negara-negara paling miskin di dunia.
Tanda dan Gejala
Patofisiologis
Komplikasi
Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan tinja.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam
basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
b. Pemeriksaan elektrolit
dengan menentukan PH keseimbangan analisa
intubasi duodenum untuk
gas darah atau astrup, bila memungkinkan. mengetahui jasad renik atau
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk parasit secara kuantitatif,
mengetahui fungsi ginjal. terutama dilakukan pada
klien diare kronik.
Pemberian cairan pada pasien diare dengan
Penatalaksanaan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
PATOFISIOLOGI
DISENTRI
Gambar
Definisi

Disentri merupakan peradangan pada usus


besar yang ditandai dengan sakit perut dan
buang air besar yang encer secara terus menerus
(diare) yang bercampur lendir dan darah.
Disentri dapat dikelompokan berdasarkan dari
Etiologi penyebabnya. Dua jenis utama dari penyakit ini adalah:
Epidemiologi

Di Indonesia, penyakit ini sering terjadi pada


bayi dan anak, yang merupakan
penyebabnya ialah infeksi relevius bakteri
dan parasite. Organisme ini dapat
mengganggu proses penyerapan makanan di
usus halus dan dampaknya makanan tidak
dapat dicerna kemudian langsung masuk
ke usus besar.
Tanda dan Gejala

Disentri basiler
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada
disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer
tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam
sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
Panas tinggi (39,50 400 C), appear toxic.
Muntah-muntah.
Anoreksia.
Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan
sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
Tanda dan Gejala

Disentri amoeba
Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit
daripada disentri basiler (10x/hari)
Sakit perut hebat (kolik)
Gejala konstitusional biasanya tidak ada
(panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).
Patofisiologis Disentri Basiler
Patofisiologis Disentri Amuba
Komplikasi
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat


dilakukan :
Pemeriksaan tinja
Makroskopis : suatu disentri
amoeba dapat ditegakkan bila Mikroskopis: leukosit
ditemukan bentuk trofozoit dalam fecal (petanda adanya
tinja kolitis), darah fecal.
Benzidin test Biakan tinja
Pemeriksaan darah
rutin
Penatalaksanaan
PATOFISIOLOGI
GASTRITIS
Definisi

Gastritis adalah proses inflamasi pada


mukosa dan submukosa lambung, secara
histopatologik dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. (Suyono, Slamet. 200)
Gambar
Etiologi
Epidemiologi

Di Indonesia, penyakit ini sering terjadi pada


anak sekolah dasar
Berdasarkan pemeriksaan serologi
prevalensi H.pyloripada anak sekolah dasar
ditemukan sebesar 13,5 26,8%.
Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat
Tanda dan Gejala
menjadi lebih baik atau lebih buru ketika makan.

1. Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian


atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buru ketika
makan.
2. Mual
3. Muntah
4. Kembung
5. Kehilangan selera makan
6. Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
7. Kehilangan berat badan
8. Nyeri ulu hati, mual dan muntah disebut juga sebagai
dyspepsia
Patofisiologis
Komplikasi

a. Gastritis akut
1) Perdarahan saluran cerna yang berupa hematemesis dan
melena. Kadang-kadang perdarahan cukup banyak sehingga
dapat menyebabkan syok hemoragik yang bisa menyebabkan
kematian
2) Bisa terjadi ulkus. Pada tukak peptic penyebab utamanya
adalah H. pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-
90% pada tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan endoskopi
Lanjutan.

Gastritis kronis
1. Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan
penyerapan terhadap vitamin
2. Anemia pernisiosa yang mempunyai antibody
terhadap factor intrinsic dalam serum atau cairan
gasternya akibat gangguan penyerapan vit. B12
3. Gangguan penyerapan zat besi
Pemeriksaan Penunjang

Tes diagnostik 1. Kadar serum vitamin B12


2. Kadar hemoglobin, hematokrit,
1.Endoskopi
trombosis, leukosit dan albumin
2.Pemeriksaan hispatologi
3. Gastrocopy : untuk mengetahui
3.Pemeriksaan radiologi permukaan mukosa (perubahan)
4.Pemeriksaan laboratorium mengidentifikasi area perdarahan
5.Analisis gaster dan mengambil jaringan untuk
biopsy.
Penatalaksanaan
PATOFISIOLOGI
ULKUS LAMBUNG
Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi
(area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosal lambung, pilorus,
duodenum atau esofagus. Ulkus
peptikum disebut juga sebagai ulkus
lambung, duodenal atau esofageal,
tergantung pada lokasinya. (Bruner
and Suddart, 2001).
1. Ulkus Peptikum Akut. Timbul
mendadak dan terjadi oleh adanya Klasifikasi
penyebab seperti luka bakar yang berat
dan operasi berat karena obat-obatan.
Lokasi ulkus peptikum ini sering
ditemukan pada duodenum dan
lambung. Sifat dari ulkus peptikum akut
ini antara lain multiple dan dangkal,
diameter 1-1,5 cm, kadang-kadang
terdapat perdarahan, cepat sembuh dan
dapat meninggalkan bekas.
2. Ulkus peptikum kronis.
Lanjutan.
Gejala menahun, pasien memiliki
riwayat penyakit nyeri ulu hati, nyeri
lebih dari 2 bulan yang timbul terkait
dengan makanan atau minuman,
lama sembuh dan berdiameter 2,5-
4 cm.
Berdasarkan Letak Ulkus

Ulkus lambung. Ulkus duodenum.


Etiologi
1. Bakteri gram negatif H. Pylori
2. penggunaan kronis obat antiinflamasi non steroid
(NSAID)
3. Minum alkohol dan merokok berlebihan
4. Stress akut pada keadaan terancam atau operasi
darurat dan stress koronik dapat memperburuk
kondisi penderita ulkus peptikum.
Epidemiologi
Kasus ulkus tersering adalah ulkus duodenum
(90%) dan ulkus lambung serta esofagus dan
jejunum.
Angka kejadian pada laki-laki 11-20% dan
pada perempuan 8-11%, laki-laki > perempuan
(3-4:1). Namun apabila perempuan sudah
memasuki masa menopause, maka angka
kejadiannya hampir sama.
Manifestasi
Klinis
1. Rasa Nyeri :

Sifat : perih, seperti ditusuk-tusuk, timbul beberapa saat setelah


makan dan tidur tengah malam

2. Penurunan nafsu makan

3. Rasa terbakar

4. Regurgutasi asam

5. Nausea dan vomitus

6. Colonic symptom, seperti Mengeluh konstipasi, Nyeri pada


daerah akut kolik, Nyeri saat defekasi
Patofisiologi
Komplikasi
Perdarahan dengan tanda-tanda : muntah
darah (biasanya berwarna merah), darah
di feses (biasanya merah gelap), anemia.
Perforasi menyebabkan nyeri hebat dan
membutuhkan pembedahan.
Pemeriksaan Penunjang

1. Test Helicobacter pylori, dilakukan pada pengujian feses,


darah dan nafas.

2. Endoskopi, gastroskop dimasukkan melalui mulut ke


lambung.

3. Barium enema. Pasien diminta untuk menelan


minuman berisis barium (substansi dapat terlihat pada X-
Ray).

4. Analisis lambung.

5. Rontgen abdomen.
Penatalaksanaan

1. Pemberian H2 bloker ; Ranitidin


dan Cimetidin.
2. Penatalaksanaan diet dan
modifikasi diet.
3. Manajement stres.
4. Pembendahan
PATOFISIOLOGI
APENDISITIS
Definisi

Apendisitis (Radang Usus Buntu) adalah


kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa
perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing
yang terinfeksi.
Gambar
Etiologi
Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah
ulserasi mukosa appendix oleh parasit E. histolytica.

Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien


appendicitis yaitu:
Bakteri aerob fakultatif Bakteri anaerob

Escherichia coli 1) Bacteroides fragilis


Viridans streptococci 2) Peptostreptococcus
Pseudomonas micros
aeruginosa 3) Bilophila species
Enterococcus 4) Lactobacillus species
Tanda dan Gejala

Gambaran klinis apendisitis akut


Tanda awal nyeri mulai di epigastrium atau region umbilikalis disertai mual dan anoreksia
Nyeri pindah ke kanan bawah menunjukkan tanda rangsangan peritoneum local dititik
McBurney
Nyeri tekan
Nyeri lepas
Defans muskule
Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (rovsing sign)
Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg sign)
Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak, seperti bernafas dalam, berjalan, batuk,
mengedan
Patofisiologis
Komplikasi
Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan
pada lebih dari 90% anak dengan
appendicitis akut. Jumlah leukosit pada
penderita appendicitis berkisar antara
12.000-18.000/mm.
2. Ultrasonografi
3. CT-Scan
Penatalaksanaan
PATOFISIOLOGI
HEPATITIS
Definisi
Hepatitis adalah inflamasi/radang
dan cedera pada hepar karena
reaksi hepar terhadap berbagai
kondisi terutama virus, obat-
obatan dan alkohol. (Ester
monika, 2002 : 93)
Klasifikasi Etiologi

Hepatitis A => virus HAV


Menurut Price dan Wilson (2005:
Hepatitis B => virus HBV 485) Secara umum hepatitis
disebabkan oleh virus.
Hepatitis C => virus HCV
Hepatitis pula dapat disebabkan
Hepatitis D => virus HDV oleh racun, yaitu suatu keadaan
Hepatitis E => virus HEV sebagai bentuk respons terhadap
reaksi obat, infeksi stafilokokus,
Hepatitis G => virus HGV penyakit sistematik dan juga
bersifat idiopatik (Sue hincliff,
Hepatitis F => virus HFV 2000: 205).
Secara global, lebih dari 350 juta
orang terinfeksi virus hepatitis B. Epidemiologi
Prevalensi nasional di tiap Negara
di dunia berkisar antara 0,5% di AS
dan Eropa Utara sampai 10% di
daerah Asia. Infeksi HBV
menyebabkan lebih dari satu juta
kematian setiap tahun
Manifestasi Klinis
1) Stadiumpraikterik berlangsung selama 4-7 hari.
Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia,
mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri
di perut kanan atas. Urin menjadi lebih cokelat.
2) Stadiumikterik yang berlangsung selama 3-6
minggu. Ikterus mula-mula terlihat
padasclera,kemudian padakulit seluruh
tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien
masih lemah,anoreksia, dan muntah. Tinja
mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati
membesar dan nyeri tekan.
Lanjutan.

3) Stadium
pascaikterik(rekonvalesensi). Ikterus mereda,
warna urin dan tinja menjadi normal lagi.
Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat
dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan
kedua, karena penyebab yang
biasanyaberbeda.
Patofisiologi Hepatitis yaitu perubahan Patofisiologi
morfologi yang terjadi pada hati. Diantara semua
jenis virus ini, virus hepatitis B dan C merupakan
penyebab infeksi hati. Ketika virus menyerang,
secara otmatis siste imun di dalam tubuh akan
mengirim limfosit ke hati, terjadilah peradangan.
Peradangan ini adalah respons yang normal
terhadap infeksi. Namun, bila hal itu terus
berlangsung, zat-zat kimia yang dikeluarkan
limfosit dapat menyebabkan kerusakan pada sel
hati.
Komplikasi
Sirosis dan kanker hati

Pemeriksaan laboratorium
untuk mendeteksi
Pemeriksaan hepatitis terdiri dari atas
Penunjang tes serologi dan tes
biokimia hati
Penatalaksanaan
Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis. Tirah
baring selama fase akut dengan diet yang
cukup bergizi merupakan anjuran yang
lazim. Pemberian makanan intravena
mungkin perlu selama fase akut bila pasien
terus menerus muntah. Aktivitas fisik
biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala
mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
PATOFISIOLOGI
TYPOID ADBOMINALIS
Definisi

Thypoid abdominalis/demam tifoid


atau thypus abdominalis
merupakan penyakit infeksi akut
pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran.
Gambar
Etiologi
EPIDEMIOLOGI

Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan


CFR sebesar 10%. Tingginya insidens rate penyakit demam
tifoid di negara berkembang sangat erat kaitannya dengan
status ekonomi serta keadaan sanitasi lingkungan di negara
yang bersangkutan (Nainggolan R., 2009).
Manifestasi
Klinis
Gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
3. Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran
pasien menurun walaupun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen.
4. Epitaksis
Patofisiologi
Komplikasi

Di usus halus Di luar usus halus

1. Perdarahan usus 1. Bronkitis.


2. Perforasi usus, timbul 2. Bronkopneumonia.
biasanya pada minggu ketiga 3. Kolesistitis.
atau setelahnya dan terjadi 4. Tifoid ensefalopati.
5. Miokarditis
pada bagian distal ileum.
6. Karier kronis
3. Peritonitis
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan leukosit
2. Pemeriksaan SGOT
DAN SGPT
3. Biakan darah
Penatalaksanaan
Wassalamualaikum

Semoga Bermanfaat..

Anda mungkin juga menyukai