Anda di halaman 1dari 46

Diabetes Melitus

Tipe II
Diabetes Melitus (DM)
Suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya.
Insulin adalah hormon diproduksi oleh sel beta
pankreas, yang diperlukan untuk
memanfaatkan glukosa dari makanan yang
dicerna sebagai sumber energi.
Hiperglikemia kronis dikaitkan dengan
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskular
yang dapat menyebabkan gangguan
penglihatan, kebutaan, penyakit ginjal,
kerusakan saraf, amputasi, penyakit jantung,
dan stroke.
Epidemiologi

Menurut data dari International Diabetes Federation


(IDF) thn 2013 lebih dari 382 juta orang di dunia
menderita penyakit ini dgn angka kematian 5,1 juta
org pertahun.
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM
di Indonesia dari 8,4 juta (2000) 21,3 juta (2030).
Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada
tahun 2035.
Di Amerika Serikat, penderita diabetes meningkat
dari 6.536.163 jiwa (1990 ) 20.676.427 jiwa
(2010).
Data till November 2012 showed that together, these 10 countries make up
75% of the total prevalence of diabetes in the world.
Urbanisation and the accompanying changes in lifestyle are the main
drivers of the epidemic in addition to changes in population structure where
more people are living longer.
Faktor demograf
- Jumlah penduduk
- Penduduk usia lanjut
DM :
- Urbanisasi makin tak terkendali prevalensi
Gaya hidup ke barat-baratan an
- Penghasilan perkapita tinggi
- fast food
peningkat
- teknologi canggih sedentary Faktor
lifestyle
- kurang gerak badan
Klasifikasi DM
Contributing factors
Obesity
Age (onset of puberty is associated with
increased insulin resistance)
Lack of physical activity
Genetic predisposition Racial/ethnic
background (African American, Native
American, Hispanic and Asian/Pacific Islander)
Conditions associated with insulin resistance,
(e.g., polycystic ovary syndrome)
Gejala Klinik DM
Khas :
Tidak khas :
Poliuri Lemas

Kesemutan
Polidipsi
Mata kabur

Polifagia Gatal

Luka sulit sembuh


BB tanpa sebab yg
jelas Disfungsi ereksi

Pruritus vagina
Pemeriksaan DM

Uji diagnostik DM
Pada orang-orang yang menunjukan gejala
DM
Screening test

Pada orang-orang yang tidak bergejala tapi


memiliki risiko DM
Kriteria Diagnosis DM
1. 3 hari sebelum
2. Berpuasa paling sedikit
pemeriksaan, pasien
8 jam (mulai malam hari)
tetap makan (dengan 3. Dilakukan pemeriksaan
sebelum pemeriksaan,
karbohidrat yang cukup) kadar glukosa darah
minum air putih tanpa
dan melakukan kegiatan puasa.
glukosa tetap
jasmani seperti
diperbolehkan .
kebiasaan sehari-hari.

4. Diberikan glukosa 75
5. Berpuasa kembali
gram (orang dewasa),
6. Dilakukan pemeriksaan sampai pengambilan
atau 1,75 gram/kgBB
kadar glukosa darah 2 sampel darah untuk
(anak-anak), dilarutkan
(dua) jam sesudah beban pemeriksaan 2 jam
dalam air 250 mL dan
glukosa. setelah minum larutan
diminum dalam waktu 5
glukosa selesai.
menit.

7. Selama proses
pemeriksaan, subjek
yang diperiksa tetap
Cara
istirahat dan tidak
merokok. pemeriksaan
TTGO
Screening test
Untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus Tipe-2
(DMT2) dan prediabetes pada kelompok risiko tinggi
yang tidak menunjukkan gejala klasik DM yaitu:

1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] 23 kg/m2 ) yang
disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik yang kurang.
b. First-degree relative DM
c. Kelompok ras/etnis tertentu.
d. Perempuan yang memiliki riwayat
melahirkan bayi dengan BBL >4 kg
atau mempunyai riwayat diabetes
melitus gestasional (DMG).
e. Hipertensi (140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk hipertensi).
f. HDL 250 mg/dL.
g. Wanita dengan PCOS
h. Riwayat prediabetes.
i. Obesitas berat, akantosis nigrikans.
j. Riwayat penyakit kardiovaskular.

2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas.


Catatan: Kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan
glukosa plasma normal sebaiknya diulang setiap 3 tahun,
kecuali pada kelompok prediabetes pemeriksaan diulang
tiap 1 tahun.

Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak


tersedia fasilitas pemeriksaan TTGO pemeriksaan
penyaring dengan mengunakan pemeriksaan glukosa
darah kapiler, diperbolehkan untuk patokan diagnosis DM.

Dalam hal ini harus diperhatikan adanya perbedaan hasil


pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan glukosa
darah kapiler.
Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM
bertujuan untuk menghilangkan keluhan atau
gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjang
adalah untuk mencegah komplikasi.
Pengobatan primer untuk DM meliputi: diet,
olahraga dan obat obatan misalnya agen
hipoglikemik oral, insulin, atau keduanya. Dari
semua pengobatan ini yang paling penting
adalah diet. Strategi diet diperlukan untuk
mencapai euglikemia, mempertahankan berat
badan ideal dan memaksimalkan status
nutrisi.
Pilar Pengelolaan DM

1. Edukasi
2. Perencanaan makan
3. Latihan Jasmani
4. Intervensi farmakologis
1. EDUKASI
Pendekatan tim (perawat edukator diabetes, dokter, ahli gizi,
podiatris, psikiatris dan pekerja sosial)
Komunikasi tim yang baik diperlukan untuk mencegah
kebingungan pasien
Salah satu metode edukasi tim: Burger
Materi Edukasi:
Pengetahuan tentang patofisiologi DM
Komplikasi dan pencegahan komplikasi
Diet
Olah raga
OHO dan insulin (termasuk cara penyuntikan insulin)
Perawatan kaki
Follow up care
Penanganan hipo dan hiperglikemi
PGDM (Pemeriksaan Gula Darah Mandiri)
Perawatan diri dikala sakit
Melakukan perjalanan jauh
2. PERENCANAAN MAKAN

Merupakan salah satu pilar penanganan pasien DM tipe


Prinsip:
Harus disesuaikan dengan kebiasaan tiap individu
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, stutus gizi, umur, ada tidaknya
stress akut, dan kegiatan jasmani
Jumlah kalori yang masuk lebih penting dari pada jenis asal kalori
Menghitung kebutuhan kalori dengan menggunakan:
Rumus Broca (yang dipakai di klinik)
BBI=(TB-100)-10%
Status gizi:
BB kurang BB<90%BBI
BB normal BB90-110%BBI
BB lebih BB110-120%BBI
BB gemuk BB>120% BBi
IMT (Index Massa Tubuh)
PERENCANAAN MAKAN
Contoh perhitungan Kalori dengan rumus Broca:
BBI=(TB-100)-10% dikalikan dengan kebutuhan kalori untuk
metabolisme basal (30kkal/kgBB untuk pria;24 kkal/kgBB
untuk wanita)
Penambahan:
10-30% aktiftas
20% stress akut
Koreksi bila gemuk

Makanan dibagi atas 3 porsi besar: pagi (20%), siang(30%),


sore (25%) dan sisa untuk snack diantara makan pagi siang
dan siang-sore. Selanjutnya perubahan disesuaikan dengan
pola makan pasien.
Standar yang dianjurkan untuk komposisi makanan:
KH 60-70%
Protein 10-15%
Lemak 20-25%
PERENCANAAN MAKAN
KH diklasifikasikan berdasarkan efeknya terhadap
peningkatan glukosa (Index glikemik):
Lambat (a.l. roti whole grain, nasi, kentang, cereal, apel)
Sedang
Cepat
Untuk mencegah peningkatkan glukosa secara cepat maka
dipilih makanan dengan index glikemik lambat
Gula murni tidak perlu dihindari
3. LATIHAN JASMANI
Manfaat olah raga bagi pasien DM:
Meningkatkan kontrol GD
Menurunkan resiko penyakit KV, jika dilakukan minimal 30 menit,3-
4kali/minggu sampai HR mencapai 220-umur/menit
Menurunkan BB
Menimbulkan kegembiraan
Sebelum melakukan olah raga, pasien DM:
Melakukan evaluasi medis
Diidentifikasi kemungkinan adanya masalah mikro dan
makroangiopati yang akan bertambah buruk dengan olah raga
Jenis olah raga:
Rekreasional maupun profesional sport boleh dilakukan oleh pasien
DM
Hindari olah raga dengan kontak tubuh
Informasi yang perlu disampaikan pada pasien
Cek gula darah sebelum olah raga, cek apakah butuh tambahan
glukosa
LATIHAN JASMANI
Hindari dehidarasi, minum 500cc
Diperlukan teman selama berolah raga
Pakai selalu tanda pengenal sebagai diabetisi
Selalu bawa makanan sumber glukosa cepat:permen, jely
Makan snack sebelum mulai
Jangan olah raga jika merasa tak enak badan
Gunakan alas kaki yang baik
4. INTERVENSI FARMAKOLOGIS
Intervensi farmakologis ditambahkan jika
sasaran kadar glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan
dan latihan jasmani

Intervensi Farmakologis meliputi:


1. OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
2. Insulin
Sasaran Pengendalian DM
Komplikasi
Organ/jaringan yg
Yang terjadi Komplikasi
terkena

Plak aterosklerotik terbentuk &


menyumbat arteri berukuran besar atau
sedang di jantung, otak, tungkai & penis.
Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan luka yg
Dinding pembuluh darah kecil
Pembuluh darah jelek & bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke,
mengalami kerusakan sehingga
gangren kaki & tangan, impoten & infeksi
pembuluh tidak dapat mentransfer
oksigen secara normal & mengalami
kebocoran

Terjadi kerusakan pada pembuluh darah Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa terjadi
Mata
kecil retina kebutaan
Komplikasi
Penebalan pembuluh darah
ginjal
Protein bocor ke dalam air Fungsi ginjal yg buruk
Ginjal
kemih Gagal ginjal
Darah tidak disaring
secara normal

Kelemahan tungkai yg terjadi secara


Kerusakan saraf karena glukosa
tiba-tiba atau secara perlahan
tidak dimetabolisir secara
Saraf Berkurangnya rasa, kesemutan &
normal & karena aliran darah
nyeri di tangan & kaki
berkurang
Kerusakan saraf menahun

Tekanan darah yg naik-turun


Kerusakan pada saraf yg
Sistem saraf Kesulitan menelan & perubahan
mengendalikan tekanan darah
otonom fungsi pencernaan disertai serangan
& saluran pencernaan
diare
Komplikasi

Berkurangnya aliran darah ke Luka, infeksi dalam (ulkus


Kulit kulit & hilangnya rasa yg diabetikum)
menyebabkan cedera berulang Penyembuhan luka yg jelek

Gangguan fungsi sel darah Mudah terkena infeksi, terutama infeksi


Darah
putih saluran kemih & kulit

Luka tidak dimetabolisir secara


Sindroma terowongan karpal Kontraktur
Jaringan ikat normal sehingga jaringan
Dupuytren
menebal atau berkontraksi
Pencegahan Primer
Sasaran : kelompok yg memiliki faktor risiko tinggi
& kelompok intoleransi glukosa
1. Faktor Risiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi
Ras dan etnik
Riwayat keluarga dengan DM

- Usia >45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM.


Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi
>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional (DMG).
Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang
dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah
mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding
dengan bayi yang lahir dengan BB normal.
2. Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi
Berat badan lebih (IMT 23 kg/m2 ).
Kurangnya aktivitas fisik
Hipertensi (>140/90 mmHg)
Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan/atau
trigliserida >250 mg/dl)
Diet tak sehat (unhealthy diet).

Diet dengan tinggi glukosa dan rendah serat


akan meningkatkan risiko menderita
prediabetes/intoleransi glukosa dan DMT2.
3. Faktor Lain yang Terkait dengan Risiko Diabetes
Melitus
Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
atau keadaan klinis lain yang terkait dengan
resistensi insulin
Penderita sindrom metabolik yang memiliki
riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya.
- Penderita yang memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular, seperti stroke, PJK, atau PAD
(Peripheral Arterial Diseases)
Pencegahan primer dilakukan dengan tindakan penyuluhan
dan pengelolaan

A. Program penurunan berat badan.


- Diet sehat.
- Jumlah asupan kalori mencapai berat badan ideal
- Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan
secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan
puncak (peak) glukosa darah yang tinggi setelah makan
- Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan
tinggi serat larut.
B. Latihan jasmani
- Latihan minimal selama 150 menit/minggu dengan latihan
aerobik sedang (mencapai 50-70% denyut jantung maksimal),
atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobik berat
(mencapai denyut jantung >70% maksimal).
- Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali aktivitas/minggu .
C. Menghentikan kebiasaan merokok
D. Pada kelompok dengan risiko tinggi diperlukan intervensi
farmakologis
Pencegahan sekunder
Upaya mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi
pada pasien yang telah terdiagnosis DM.
Tindakan pencegahan sekunder dilakukan dengan
pengendalian kadar glukosa sesuai target terapi serta
pengendalian faktor risiko penyulit yang lain dengan
pemberian pengobatan yang optimal.
Melakukan deteksi dini adanya penyulit merupakan bagian
dari pencegahan sekunder. Tindakan ini dilakukan sejak
awal pengelolaan penyakit DM.
Program penyuluhan memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program
pengobatan sehingga mencapai target terapi yang
diharapkan. Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan
pertama dan perlu selalu diulang pada pertemuan
berikutnya.
Pencegahan tersier
Sasaran : kelompok penyandang diabetes yang telah
mengalami komplikasi dalam upaya mencegah terjadinya
kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup.
Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin
Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan
penyuluhan pada pasien dan keluarga.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan
komprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang terkait,
terutama di rumah sakit rujukan. Kerjasama yang baik
antara para ahli diberbagai disiplin (jantung, ginjal, mata,
saraf, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi,
rehabilitasi medis, gizi, podiatris, dan lain-lain.) sangat
diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan
tersier.

Anda mungkin juga menyukai