Anda di halaman 1dari 11

Oleh: Ali Usman

Konstitusi berasal dari kata constitution


(Inggris), constitutie (Belanda), consituer
(Perancis), yang berarti membentuk,
menyusun, menyatakan.
Konstitusi adalah kerangka kerja
(framework) dari sebuah negara yang
menjelaskan bagaimana tujuan pemerintah
negara tersebut diorganisir dan dijalankan.
Di dalam ilmu Negara dan tata Negara, konstitusi diberi arti
yang berubah-ubah sejalan dengan perkembangan kedua ilmu
tersebut. Pertama, pengertian konstitusi pada masa
pemerintahan-pemerintahan kuno (ancien regime). Contoh: di
masa-masa pemerintahan kerajaan absolute, konstitusi diartikan
sebagai konstitusi perorangan yang tak terbatas dari sang raja.
Kedua, pengertian yang baru yaitu pengertian konstitusi
menurut tafsiran modern yakni lahirnya dokumen konstitusi.
Konstitusi dalam pengertian kedua, menurut Sovernin Lohman,
meliputi tiga unsur; 1) konstitusi dipandang sebagai perwujudan
perjanjian masyarakay (kontrak social), 2) konstitusi sebagai
piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga Negara
sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga
Negara dan alat-alat pemerintahannya, dan 3) konstitusi sebagai
forma regimenis yaitu kerangka bangunan pemerintahan.
Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak
sewenang-wenang.
Melindungi HAM; setiap penguasa dan semua warga wajib
menghormati HAM orang lain dan hak memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan haknya.
Pedoman penyelengaraan Negara, sebab akan
memperkokoh bangunannya.
Konstitusi tertulis (written constitution): Amerika Serikat
dengan demokrasi konstitusionalnya (The Constitutions of
United States of America) 1787 dan Indonesia UUD 1945.
Konstitusi tidak tertulis (unwritten constitution); Inggris dan
Kanada. Kedua negara tersebut mendasarkan pada piagam
(dokumen) fragmentaris sebagai norma konstitusi. Di antara
dokumen yang dimiliki Inggris misalnya, Magna Charta
Libertatum (1215), The Habies Corps Act (1670), The Bill of Rights
(1689).
Konstitusi tertulis adalah suatu undang-undang yang tertulis
dan harus ditaati oleh pemerintah yang sedang memimpin,
sedangkan konstitusi tidak tertulis adalah suatu aturan yang
harus ditaati oleh pemerintah namun tidak berbentuk undang-
undang yang tertulis; konstitusi tidak tertulis berupa kebiasaan
ketatanegaraan .
Magna Charta 1215, ditandatangani oleh Raja Jhon atas
desakan dari golongan bangsawan. Meskipun naskah
ini bersifat feodal, namun dianggap penting karena
pertama kalinya raja mengakui hak bangsawan yang
berada di bawahnya.
The Bill of Rights 1689, merupakan hasil dari
kemenangan parlemen melawan raja-raja keluarga
Stuart, karena berhasil memindahkan kedaulatan dari
tangan raja ke tangan parlemen.
Fleksibel apabila konstitusi memungkinkan untuk
berubah sesuai dengan perkembangan.
Mengandung makna universal; berbeda dengan UU
Ditaati oleh semua warga; menginspirasi semua
produk UU.
UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 17 Juli 1945 oleh
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) I dan II.
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD 1945)
bermula dari janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan
bagi bangsa Indonesia di kemudian hari, meskipun juga
tidak ditepati oleh Jepang. Pada tanggal 18 Agustus 1945
atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya
yang pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan
penting , seperti pengesahan UUD 1945 yang diambil dari
RUU yang disusun oleh perumus pada tanggal 22 Juni 1945,
dan juga dari Panitia Perancang UUD tanggal 16 Juni 1945;
memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia
Soekarno sebagai presiden dan Hatta sebagai wakilnya.
Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar UUD
1945 itu, maka secara formil Indonesia sempurna sebagai
Negara, sebab syarat yang lazim diperlukan oleh setiap
Negara telah ada, yaitu: rakyat, wilayah, kedaulatan,
pemerintahan, tujuan Negara, dan bentuk Negara
(kesatuan).
Dalam sejarah konstitusi Indonesia, UUD 1945 pernah
tidak berlaku untuk seluruh wilayah Negara RI yakni
antara tanggal 27 Desember 1949 sampai dikeluarkan
Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, pada masa itu
berlaku konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan
pada 1950 memberlakukan Undang-undang Dasar
Sementara (UUDS 1950).
Perubahan konstitusi atau amandemen bukanlah
sesuatu yang dianggap tabu atau terlarang dalam
kehidupan negara yang demokratis. Dalam sejarah
konstitusi Indonesia, sejak kemerdekaan bangsa
Indonesia telah beberapa kali memberlakukan
konstitusi yang berbeda; UUD 1945, konstitusi RIS
1949, dan UUDS 1950.
Bergulirnya arus Reformasi melahirkan tuntutan
rakyat tentang perlunya melakukan amandemen UUD
1945, seperti yang terjadi pada: 19 Oktober 1999, 18
Agustus 2000, 10 November 2001, 10 Agustus 2002.
Aturan ketatanegaraan
Hukum dasar negara
Hukum tertinggi negara

Anda mungkin juga menyukai