Anda di halaman 1dari 24

DASAR-DASAR

INSTRUMENTASI DAN
PENGUKURAN
Kedudukan Instrumentasi Dalam Pengukuran

MASALAH HIPOTESIS PEMBUKTIAN


(observasi emprik)

Rancangan Penelitian
Operasionalisasi
INSTRUMENTASI

DATA Variabel Pengukuran

Interpretasi hipotesis DITERIMA atau DITOLAK


PENGERTIAN UMUM

Instrumentasi menentukan apakah data yang diperoleh


benar-benar merupakan representasi faktual dari variabel
penelitian, atau data yang diperoleh merupakan alat yang
valid untuk membuktikan hipotesis.

Definisi:
Proses pemilihan atau pengembangan metode dan
alat ukur yang tepat dalam rangka pembuktian
hipotesis

Instrumentasi merupakan variabel tergantung terhadap


variabel penelitian.
Data, bentuk jamak dari datum, merupakan manifestasi dari
realitas (kebenaran), dan bukan kebenaran itu sendiri. Data
hanya merefleksikan realita yang sesungguhnya.

REALITAS DATA PRIMER

REALITAS DATA PRIMER


-------------------------------
REALITAS DATA SEKUNDER

PERKIRAAN (HARAPAN) PENELITI


Secara umum, dikenal dua macam data, yaitu data literal
dan data observasional.

Data Literal (Data Historik)


Adalah data yang diperoleh dengan melakukan pencatatan
terhadap kejadian atau fenomena yang telah berlalu.
Diperoleh dengan cara anamnesa maupun mempelajari
catatan yang ada (sebagai data sekunder).

Data Observasional
Adalah data yang diperoleh dengan melakukan observasi
langsung terhadap fenomena. Diperoleh dengan cara
pemeriksaan klinik, pemeriksaan laboratorik, maupun
pemeriksaan langsung yang lain.
Pengukuran, secara sederhana didefinisikan
sebagai:

Pemberian batas-kuantifikasi tertentu pada


variabel sehingga dapat diketahui nilai atau
besaran variasinya

Makin jelas batas kuantifikasi tersebut dapat


diidentifikasi, maka hasil pengukuran lebih ke arah
skala rasional.
MACAM DAN KAIDAH PENGUKURAN
Pengukuran dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengamatan
kualitatif dan pengamatan kuantitatif.

Pengamatan Kualitatif
Adalah penetapan atau identifikasi terhadap adanya (atau
tidak adanya) nilai nominal variabel tertentu pada suatu
subyek.

Pengamatan Kuantitatif
Adalah penetapan atau identifikasi besar-kecilnya
(magnitude) nilai variasi suatu variabel, atau kuantifikasi
terhadap variasi nilai dari suatu variabel.
Ada 3 kaidah pokok pengukuran yang dapat dipergunakan
sebagai petunjuk bagi peneliti untuk mendekatkan data hasil
penelitiannya dengan realitas yang sesungguhnya, yaitu:

Objektivitas
Mengandung arti bahwa pengukuran yang dilakukan benar-benar
terbebas dari bias peneliti, sehingga menghasilkan data menurut apa
adanya.

Validitas
Mempertanyakan apakah pengukuran yang dilakukan benar-benar
mengukur apa yang memang dikehendaki untuk diukur, atau adakah
ketergayutan antara metode dan alat ukur dan alat ukur dengan obyek
ukur.

Validitas
Mempertanyakan akurasi, konsistensi, atau stabilitas pengukuran.
Pengukuran (Pengamatan) Kualitatif
Pengukuran kualitatif ialah menetapkan ada atau tidaknya
nilai atau ciri tertentu pada subyek penelitian. Data yang
diperoleh dengan skala nominal. Hal yang pokok adalah
ketepatan identifikasi ciri.

Ada 2 macam kesalahan, yaitu positif palsu dan negatif


palsu.
Positif Palsu, bila subyek yang sesungguhnya tidak
memiliki ciri diberi sekor positif.
Negatif Palsu, bila subyek yang mempunyai ciri tetapi
diberi sekor negatif.
Contoh:
Penetapan diagnosis TBC paru dengan
menggunakan pemeriksaan radiologik.
Positif Palsu: bila orang sehat didiagnosa TBC paru.
Negatif Palsu: bila penderita TBC paru didiagnosis
sehat.

Contoh:
Penetapan jenis kelamin bayi dalam kandungan
dengan menggunakan pemeriksaan amniosintesis.
Positif palsu sama dengan negatif palsu. Bayi laki-
laki didignosis wanita, atau sebaliknya.
Cara menghindari kesalahan pengukuran,
paling tidak ada dua jalan, yaitu:

Pertama, menggunakan alat dan cara ukur yang


sensitif mungkin dan sudah terujikan validitas dan
reliabilitasnya.

Kedua, keterampilan pengukur sendiri yang


didapatkan melalui pengalaman.
Pengukuran (Pengamatan) Kuantitatif

Pengukuran kuantitatif ialah melakukan identifikasi


besar-kecilnya variasi nilai. Yang diukur adalah
variabilitas dari suatu ciri subyek penelitian. Hasil dari
pengukuran kuantitatif adalah data yang berskala
kontinum, mulai dari skala ordinal, interval, sampai
rasional. Membutuhkan tingkat reliabilitas yang lebih
tinggi lagi.

Dua hal mengenai keadaan variabel yang harus


diperhatikan dalam pengukuran, yaitu: (1) Dimensi
pengukuran variabel, dan (2) Tingkat pengukuran
variabel.
Dimensi Pengukuran Variabel

Dimensi pengukuran variabel adalah berapa banyak unsur


atau komponen penyusun variabel tersebut. Bila Varibel
berdimensi tunggal, maka peneliti tinggal melakukan
pengukuran. Bila Variabel berdimensi ganda, maka peneliti
perlu memilih dan mengembangkan indeks domposit.

Indeks Domposit adalah suatu indeks yang merupakan hasil


penggabungan (dengan cara atau rumus tertentu) berbagai
nilai penyusun. Indeks ini diharapkan mencerminkan variasi
nilai dari variabel yang berdimensi ganda. Sedangkan nilai
penyusun indeks adalah nilai variasi dimensi atau unsur
yang menyusun variabel ganda, dan didapatkan dari
pengukuran.
Contoh Dimensi Tunggal:
- kadar zat tertentu dalam darah;
- tekanan darah (sistolik, diastolik);
- berat badan;
- tinggi badan;
- panjang siklus menstruasi;
- jumlah sel, dan sebagainya.

Contoh Dimensi Ganda:


1.Tingkat kebersihan mulut; unsur penyusunnya (misal):
> plak gigi
> kalkulus gigi
> adanya karies
> adanya ginggivitas, dan sebagainya.
2. Tingkat kekayaan; unsur penyusunnya (misalnya):
> pendapatan kotor tiap bulan;
> jumlah keluarga;
> jumlah kendaraan;
> besar dan keadaan rumah, dan sebagainya.
3. Tingkat kelangsingan; unsur penyusunnya (misalnya):
> berat badan
> tinggi badan
> total skin fold
> usia, dan sebagainya.
Tingkat Pengukuran Variabel

Tingkat pengukuran variabel yang dimaksud adalah sifat


variabel yang diukur, apakah merupakan skala nominal,
ordinal, interval, ataukah rasional.

Tingkat pengukuran variabel ini sangat menentukan


kecermatan atau ketepatan analisis data penelitian dan
juga mempengaruhi keabsahan hasil penelitian dan
kesimpulan atau generalisasi teoretik yang akan
diangkat dari penelitian.
LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN
Tahap Persiapan Pengukuran

Pertama, merumuskan variabel secara operasional, dapat


berupa ekspresi cara pengmatan/observasinya (measured
operational definition) atau ekspresi cara manipulasinya agar
efeknya dapat diukur (experimental operational definition).
Kedua, menentukan tingkat pengukuran variabel (level of
measurement), yang didasari oleh teori dan pemahaman
peneliti tentang variabilitas nilai dari variabel yang akan
diukur tersebut.
Ketiga, memilih metode dan alat ukur yang tepat, yaitu
yang memenuhi kaidah pengukuran, yaitu: obyektivitas,
validitas, dan reliabilitas.
Tahap Pra Pengukuran

Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba alat


ukur yang akan digunakan, sehingga peneliti benar-
benar mengetahui bahwa pengukuran yang akan
dilakukan benar-benar memenuhi kaidah validitas
dan reliabilitas.
Tahap Pengukuran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran karena


kontribusinya yang tidak sedikit terhadap hasil pengukuran
antara lain:
Instrumen penelitian, perlu diperhatikan ketentuan
prosedural yang menjamin validitas dan reliabilitas
penelitian.
Subyek penelitian yang dihadapi, perlu diperhatikan faktor
suyektif seperti kelelahan dan keadaan psikis, yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
Faktor administrasi pengukuran, perlu dilakukan secara teliti.
Faktor lingkungan, perlu diperhatikan masalah konsistensi
keadaannya dan unsur lingkungan yang mempengaruhi
subyek atau pengukuran itu sendiri.
Kesalahan sistematis ialah kesalahan yang
terjadi karena faktor alat dan pengukuran itu
sendiri.

Yang menyangkut alat ukur adalah ketidakvalidan


atau ketidakreliabelan alat ukur yang digunakan.

Yang menyangkut pengukuran berupa kesalahan


yang bersumber pada pengukur sendiri, pada
suasana atau lingkungan pengukuran, serta pada
administrasi (pencatata pengukuran).
Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari
kesalahan sistematis terhadap alat atau instrumen
pengukuran:
1. Dipilih alat yang sudah dibakukan.
2. Dilakukan peneraan terlebih dahulu.
3. Dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas
dan reliabilitasnya.
Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari
kesalahan sistematis yang menyangkut pengukuran
sendiri:
1. Dilakukan latihan terlebih dahulu, agar peneliti
terbiasa dengan alat yang akan digunakan.
2. Satu pengukuran dilakukan berulang kali.
3. Pencatatan dilakukan dengan cermat dan
sesegera mungkin, dan bila perlu digunakan alat
bantu.
4. Mengendalikan atau mengusahakan agar
lingkungan atau suasana saat dilakukan
pengukuran sedapat mungkin sama.
Kesalahan Sampling adalah kesalahan hasil
pengukuran yang terjadi karena sampling
pengukuran yang dilakukan tidak representatif.

Koreksi atau preventif terhadap kesalahan


sampling dapat dilakukan dengan cara
menggunakan teknik sampling yang seoptimal atau
serepresentatif mungkin.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai