Anda di halaman 1dari 16

Praktik Kebidanan Yang

Berorientasi Humanistik
1. Menghargai Hak Klien

Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang


merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan,
moralitas dan legalitas.
Jenis-jenis HAM

Personal Rights (hak-hak asasi pribadi)


Property Rights (hak utk memiliki sesuatu)
Rights of Legal Quality (hak perlakuan yg sama
dan sederajat dalam hukum dan pemerintahan)
Political Rights (hak asasi politik)
Sosial and cultural rights (hak asasi sosial dan
kebudayaan)
Procedural Rights (hak memperoleh tatacara
peradilan dan jaminan perlindungan)
Berdasarkan Pasal 55 UU No 23/1992, setiap orang berhak atas ganti
rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
antara lain
1. hak atas pelayanan yang manusiawi,
2. memperoleh tindakan medis yang rasional dan sesuai standar
pelayanan,
3. hak memilih dokter, dan hak berkonsultasi dengan dokter lain
(biasanya untuk mendapat informasi atau meminta pendapat kedua
tentang penyakitnya untuk tujuan crossing).
4. Hak pasien lainnya adalah hak atas privacy dan kerahasiaan penyakit
yang diderita, hak mendapat informasi atas penyakit yang diderita,
tindakan medis yang dilakukan, besarnya biaya, dan kemungkinan
risiko tindakan medis, alternatif lain dalam pengobatannya.
5. Hak menolak tindakan medis yang dilakukan terhadapnya,
5. hak meminta tidak diinformasikan penyakitnya,
6. hak mengajukan keluhan atas pelayanan tenaga
kesehatan,
7. hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis,
8. hak melaksanakan ibadah tanpa mengganggu pasien lain,
9. hak mengakhiri pengobatan dan rawat inap dengan risiko
atau tanggung jawab sendiri, serta
10. hak mendapat ganti rugi bila dirugikan akibat kelalaian
atau kesalahan tenaga kesehatan. Termasuk pula menjadi
hak pasien adalah, hak dihindarkan dari wabah penyakit
infeksi, pencemaran radiasi radioaktif dan bahan kimia
yang terkadang muncul di lingkungan rumah sakit.
Kasus

Di sebuah Klinik bidan ada seorang ibu yang baru


melahirkan bayi dengan gangguan celah
bibir/sumbing, suami pasien meminta kepada
bidan tsb untuk tidak memberitahukan keadaan
bayinya pada istrinya.
Bagaimana cara Bidan untuk mengatasi masalah
tersebut?
Kasus

Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah


membuka praktek kurang lebih selamasatu
tahun. Pada suatu hari datang seorang klien
bernama Ny A usia kehamilan 38 minggu
dengan keluhan perutnya terasa kenceng
kenceng sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan
VT, Didapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata
janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena
itu bidan menyarankan agar di Rujuk ke Rumah
Sakit untuk melahirkan secara operasi SC.
Kasus

Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan alasan
tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha
untuk memberi penjelasan bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan
juga ibunya namun jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat membahayakan
janin maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau menolong
persalinan tersebut. Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil
menolong persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karena
pengalaman bidan dalam hal ini masih belum begitu mendalam. Selain itu juga
dengan di Rujuk agar persalinan berjalan dengan lancar dan bukan
kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak sungsang
seperti ini. Karena keluarga tetap memaksa,akhirnya bidan pun menuruti
kemauan klien serta keluarga untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan
berjalan sangat lama karena kepala janin tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir
ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan
bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam masyarakatpun
juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat
dan tidak sesuai prosedur
INFORMED CONSENT

Menurut John M. Echols (Kamus Inggris-


Indonesia, 2003):
Informed: telah diberitahukan, telah disampaikan,
telah diinformasikan.
Consent: persetujuan yang diberikan kepada
seseorang untuk berbuat sesuatu.
Menghargai Pilihan Klien
Empat strategi membantu klien dalam mengambil
keputusan :

1. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri


kesempatan klien untuk melihat lagi beberapa alternative
pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap
pilihannya.
2. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan
pilihan, dengan melihat kembali keuntungan atau
konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi
negative.
3. Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien
menetapkan pilihan, bantu klien mencermati pilihannya.
4. Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk
menyelesaikan masalahnya
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah
sangat penting bagi klien untuk menyelesaikan
masalah kegawatdaruratan terutama yang
berhubungan dengan kebidanan. Dalam konseling
pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien,
bidan hanya membantu agar keputusan yang
diambil klien tepat. Oleh karena itu seorang bidan
harus mampu memahami keadaan klien, sehingga
dalam pengambilan keputusan, klien bisa
mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya.
Inti dari proses informed consent adalah
kesepakatan antara tenaga kesehatan & klien,
sedangkan formulir hanya merupakan
pendokumentasian hasil kesepakatan.

Informed consent harus dilakukan setiap kali


akan melakukan tindakan medis, sekecil apapun
tindakan tersebut.
Menurut Culver & Gert, 4 komponen yg harus
dipahami pd suatu consent:

Sukarela (voluntariness)
Informasi (information)
Kompetensi (competence)
Keputusan (decision
Pasien yang dinyatakan memiliki kapasitas untuk memberi
consent apabila:

Pasien mampu memahami keputusan medis


berdasarkan berbagai informasi yang ia peroleh
Persetujuan dibuat tanpa tekanan
Sebelum memberi consent, pasien harus
diberikan informasi yang memadai (Informed
choice)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai