Anda di halaman 1dari 35

Phimosis

&
Paraphymosis

Ronny S,dr,SpOT
Disorders of the Penis &
Male Urethra
Acquired Disease/Disorders
- Priapism
- Peyronie Disease
- Phimosis
- Paraphimosis
- Urethral Stricture
- Urethral Condyloma Acuminata (warts)
- Stenosis of the Urethral Meatus
P&P
Fimosis
Inabilitas untuk meretraksi preputium yang melingkupi
glans penis.
Fisiologis vs Patologis
Fisiologis
Terjadi natural pada bayi baru lahir
Patologis
Inabilitas unyuk meretraksi preputium yang melingkupi glans
penis yang sebelumnya dapat diretraksi
Causa scar pada distal
Parafimosis
Terjebaknya preputium yang beretraksi di belakang
sulkus koronarius.
Penyakit pada pria yang tidak disirkumsisi atau
sirkumsisi parsial
Definisi

Phymosis (fimosis) adalah suatu kelainan dimana


prepusium penis yang tidak dapat di retraksi
(ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis.
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir
karena terdapat adhesi alamiah antara prepusium
dengan glans penis.
Epidemiologi
Frekuensi
Amerika Serikat (McGregor et al, 2007)
10% pria mengalami fimosis fisiologis pada usia
3 tahun
1-5% mengalami non-retractible foreskin pada
usia 16 tahun
Ras
Tidak terdapat predileksi ras
Usia
Dapat terjadi pada semua usia
Etiologi
Kongenital
Kebersihan yang buruk
Peradangan kronik glans penis dan kulit
preputium
Penarikan berlebihan kulit preputium

Sehingga menyebabkan pembentukkan jaringan


ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium
yang membuka
Manifestasi Klinis
Fimosis fisiologis (bayi)
Inabilitas untuk meretraksi preputium dari
glans penis
Balooning dari preputium ketika anak
berkemih
Fimosis patologis (pria dewasa)
Nyeri pada saat ereksi
Hematuria
ISK yang berulang
Nyeri pada preputium
Aliran urin yang lemah
Manifestasi Klinis (2)
Severitas fimosis (Meuli et al, 1994)
Grade I
Preputium dapat di-retraksi dengan adanya cincin
stenosis
Grade II
Preputium dapat di-retraksi secara parsial (glans penis)
Grade III
Preputium dapat di-retraksi secara parsial (meatus)
Grade IV
Tidak dapat di-retraksi
Manifestasi Klinis (3)
Parafimosis
Membengkaknya glans penis (uncircumcised/partially
circumcised) nyeri
Infant iritabilitas
Faktor risiko
Anak yang meretraksi preputium dengan paksa dan
tidak mengembalikan preputium setelah berkemih
Parafimosis post aktivitas seksual berlebihan
Kronis balanopostitis
Penggunaan kateter kronis
Derajat Fimosis
Patofisiologi (1)
Uncircumcised penis
Batang penis, glans penis, sulkus coronarius,
dan perputium/preputium
Patofisiologi (2)
Fimosis fisiologis
Adesi antara lapisan epitel dari preputium interna
dan glans penis
Dengan retraksi preputium intermiten dan ereksi
adesi akan menyatu secara spontan
Dewasa sembuh
Fimosis patologis scar pada orifisium
preputium
Poor hygiene
Infeksi balanitis / balanopostitis berulang
Retraksi yang dipaksa pada preputium robekan
pada orifisium preputium
Patofisiologi (3)
Perkembangan ruang Tidak higienis
antara preputium dan saat BAK
penis tidak baik
Kotoran menumpuk
pada glan penis dan
Lubang preputium preputium
sempit

infeksi
Preputium tidak
bisa diretraksi Meninggalkan
jaringan parut

Phymosis
Patofisiologi (4)
Fimosis

Parafimosis

Gangguan aliran vena dan limfe ke dalam glans penis

Edema

Gangguan aliran arteri

Infark penis, nekrosis, gangrene

Autoamputasi
Fimosis Fisiologis vs Patologis
Parafimosis
Parafimosis
Pemeriksaan Fisik
Preputium glans penis tidak dapat diretraksi
ke proksimal
Fisiologis fimosis
Orifisium preputial tidak terdapat scar
Fimosis patologis
Orifisium preputial scar (cincing fibrosa)
Pemeriksaan Fisik (2)
Parafimosis
Preputium ter-retraksi di belakang glans penis
dan tidak bisa dikembalikan ke posisi normal
Preputium cincin yang berkontraksi yang
mengelilingi glans penis
Flasiditas dari penis proksimal terhadap area
parafimosis.
Kronis
Eritema dan edema
Nekrosis kebiruan atau kehitaman dari glans
penis
Sumber: Lundquist ST, Stack LB. Diseases of the foreskin, penis, and
urethra. Emerg Med Clin North Am. Aug 2001;19(3):529-46
Komplikasi
Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi
urin.
Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat
kontriksi dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans
penis yang disebut parafimosis.
Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang
disebut ballonitis.
Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan
kanan, kemudian menimbulkan kerusakan pada
ginjal.
Fimosis merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker penis.
Penatalaksanaan
Fimosis
Tanpa komplikasi
Medikasi (krim betametason 0,05%)
2x/hari selama 4-6 minggu
analgesia
Ice pack
Tidak respons terhadap medikasi
Sirkumsisi
Preputioplasti
Medikasi
85% kasus fimosis mild-moderate respons
terhadap steroid topikal pada orifisium preputial
Komplikasi
Nyeri pada preputial
Hiperemis
Steroid topikal
Betamethasone dipropionate 0,1-0,05%
2x / hari pada orifisium preputial
Selama 4-6 minggu
Penatalaksanaan
Emergency
Parafimosis kasus urologi yang emergency
Tata laksana reduksi parafimosis
Reduksi parafimosis
Tujuan mengembalikan preputium ke posisi semula
di atas glans penis
Teknik menipulasi glans penis yang edema
dan/atau preputium distal
Dalam anastesi lokal blok penis dengan Lidocaine
HCl
Reduksi Manual
Cara
Menempatkan kedua jari telunjuk di bagian dorsal penis
(belakang preputium yang mengalami retraksi)
Kedua jempol di ujung glans penis
Glans penis ditekan ke belakang melalui preputium dengan
bantuan tekanan kedua jempol yang konstran di sekitar glans
Setelah tindakan (Kessler et al, 2009)
Gunakan es dan/atau kompresu tangan pada daerah penis
dan glans untuk meminimalisir edema
Lapisi penis dengan handscoen yang penuh dengan es selama
5 menit
Efektif 90%
Penggunaan verban elastis pada glans penis selama 5-7 menit
Penggunaan clamp pada bagian yang mengalami konstriksi
di preputium penis pada arah jam3 dan jam9 traksi
simetris kontinyu
Posisi
Teknik Reduksi Manual
Metode Osmosis
Substans dengan konsentrasi tinggi dapat digunakan
untuk mengeluarkan cairan dari glans dan preputium
yang mengalami edema secara osmosis
Larutan gula ditempatkan di sekitar glans dan
preputium selama 2 jam fasilitasi reduksi manual
Verban yang direndam dengan 50 mL dari 50%
dextrose ditempatkan di sekeliling glans dan preputium
selama 1 jam fasilitas reduksi manual
Kerugian lama
Metode Puncture :Decompression
Menggunakan Abbocath no. 21-26
Untuk menusuk preputium sehingga cairan
edema dapat keluar melalui lokasi tusukan
ketika dilakukan kompresi manual.
Reduksi yang sukses
1 20 puncture
Reduksi Parafimosis
Metode Hyaluronidase
Penyempurnaan metode puncture
Injeksi 1 mL aliquot dari hyaluronidase dengan
menggunakan syringe tuberkulin ke daerah preputium
yang mengalami edema.
Hyaluronidase dispersi edema ekstrasel
dengan meningkatkan permeabilitas substans
intersel pada jaringan ikat
Kontraindikasi
Infeks dankanker
Menyebabkan penyebaran bakteri atau sel ganas
Risiko anafilaksis
Aspirasi
Penggunaan tourniquet pada penis.
Menggunakan Abbocath no. 20 aspirasi 3-
12 mL darah dari glans penis (pararel terhadap
uretra)
Tujuan menurunkan volume glans sehingga
memudahkan dilakukannya reduksi manual
Insisi Vertikal

Apabila metode di atas tidak berhasil, maka


lipatan konstriksi pada preputium harus di-insisi
Insisi longitudinal 1-2cm
Diantara 2 hemostat yang ditempatkan di arah jam12
Tujuan
Membebaskan cincin fibrosa konstriksi
Memudahkan dilakukannya reduksi
Bekas insisi jahit dengan benang nylon 4/0
Prosedur Dorsal-Slit
Komplikasi
Rekurensi
Postitis
Nekrosis
Gangren dari glans penis
Autoamputasi

Anda mungkin juga menyukai