Anda di halaman 1dari 5

Sekolah menjadi bagian dari struktur sosial karena sekolah merupakan lembaga

pendidikan yang pada kenyataan empirisnya terdapat banyak fungsi yang ditimbulkan
dari lembaga tersebut. Pada sejarahnya sekolah banyak melahirkan insan yang
mengangkat harkat dan martabat bangsanya. Sekolah menjadi lembaga yang masih
dipertahahkan sampai saat ini karena lembaga tersebut masih banyak menghasilkan
fungsi bagi setiap individu.
Namun pada kenyataan empiris terdapat sisi disfungsi dari lembaga tersebut. Pada
akhir-akhir ini terdapat suatu fenomena sosial yang menghebohkan dari lembaga
pendidikan. Media massa mengangkat peristiwa tawuran yang dilakukan oleh siswa
dari SMA 6 dan SMA 70 dan akibat dari tawuran tersebut terdapat korban jiwa yang
tentu saja menjadi permasalahan sosial. Tawuran itu sendiri memang tidak hanya
terjadi saat ini melainkan sudah berlangsung lama dan bisa dikatakan menjadi ritual
dari siswa karna terjadi secara kontinuitas.

SUMBER KONFLIK
Pada dasarnya tawuran pelajar itu terjadi karena beberapa
factor; pertama, timbulnya solidaritas dari siswa dengan
kuat apabila siswa melakukan tawuran , kedua, sekolah
dianggap hebat ketika memenangkan peperangan antar
sekolah dan mempecundangi sekolah yang kalah, ketiga,
ruang ekspresi yang terbatas dari lingkup sekolah, keluarga,
maupun lingkungan. Setidaknya dari factor dasar tersebut
dapat pula memicu terjadinya tawuran antar sekolah.

PROSES KONFLIK
Terlihat menjadi pemicu kuat dari terjadinya tawuran antar pelajar, dan pada nyatanya
terdapat pula aktor dibaliknya, diantaranya para alumni dan senior dari sekolah tersebut
yang ingin melanggengkan tradisi ini. Para alumni dan senior dari sekolah tersebut seolah
tidak mau menghilangkan tradisi tersebut. Proses regenerasi yang menyesatkan ini yang
seharusnya dihilangkan dengan tindak tegas yang seharusnya memberikan pemahaman
kepada siswa untuk menhiraukan ajakan senior yang menyesatkan.
Seharusnya menjadi koreksi pihak sekolah dan keluarga siswa, walaupun sudah terdapat
kerjasama diantara keduanya yang berlangsung di sekolah-sekolah namun nyatanya fungsi
itu kurang berkontribusi bagi siswa. Pengawasan sekolah tingkat atas seharusnya lebih kuat
dari perguruan tinggi. Pasalnya banyak siswa yang kurang mendapatkan perhatian untuk
siswa yang kurang berprestasi sehingga siswa tersebut merasa terpinggirkan (alienasi).
Inilah yang seharusnya menjadi perhatian untuk tidak ada unsure diskriminasi bagi siswa.

SOLUSI

Perlunya pendidikan moral dari sekolah dengan menanamkan nilai-nilai


agama dan perhatian pendidikan yang baik. Memberikan perhatian lebih
pada siswa (berprestasi maupun tidak) menjadi tanggung jawab keluarga,
baik keluarga di rumah maupun di sekolah. Perhatian tersebut dapat
diwujudkan dalam berbagai macam, ketika di lingkungan keluarga orang tua
dapat memberikan hal-hal yang disukai untuk mengalihkan peristiwa tidak
diinginkan tersebut. Di lingkungan sekolah dapat pula memberikan rewerd
dari segala potensi individu tiap siswa, seperti ekskul dll. Namun, tak lupa
untuk senantiasa memperkuat jaringan antara sekolah dan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai