Terapi Intravena
Terapi Intravena
INTRAVENA
By. Eny Lestari S.Kep.,MMR
Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan
dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, obat
intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh
melalui intravena (Weinstein,2001)
1. Mempertahankan dan
mengganti cairan tubuh,
cairan elektrolit, vitamin,
protein, kalori dan nitrogen
pada klien yang tidak
TUJU mampu
masukan
mempertahankan
yang adekuat
AN melalui mulut.
2. Memulihkan keseimbangan
asam basa
3. Memulihan volume darah
4. Menyediakan saluran
terbuka untuk pemberian
obat-obatan.
JENIS-JENIS CAIRAN INTRAVENA
Isotonik Hipotonik
Suatu cairan/larutan yang Suatu cairan/larutan yang memiliki
memiliki osmolalitas sama osmolalitas lebih kecil daripada
osmolalitas plasma.Tujuan cairan
atau mendekati osmolalitas hipotonik adalah untuk
plasma. menggantikan cairan seluler,
Ex: danmenyediakan air bebas untuk
ekskresi sampah tubuh.
NaCl 0,9%
Ex:
Ringer Laktat dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %
Alabumin 5 % NaCl 0,45 %
Plasma NaCl 0,2 %
Hipertonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki
osmolalitas lebih tinggi dari pada
osmolaritas plasma.
Pemberian larutan hipertonik yang
cepat dapat menyebabkan kelebihan
dalam sirkulasidan dehidrasi.
Ex:
D 5% dalam saline 0,9 %
D 5 % dalam RL
Dextrose 10 % dalam air
Dextrose 20 % dalam air
Albumin 25
INDIKASI
1. Keadaan emergency
2. Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat
3. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus
melalui IV
4. Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau
intramuskuler
5. Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
6. Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
7. Klien yang mendapatkan tranfusi darah
8. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada
operasi besardengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
persiapan jika terjadisyok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
9. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolaps(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur
infus
KONTRAINDIKAS
I
1. Umur pasien
2. Prosedur yang diantisipasi
3. Aktivitas pasien
4. Jenis IV
5. Terapi IV sebelumnya
6. Sakit sebelumnya
7. Kesukaan pasien
8. Torniquet
9. Membentuk genggaman
PERSIAPAN PSIKOLOGIS
PADA PASIEN
Jelaskan prosedur sebelum melakukan dan berikan penyuluhan
jika diperlukan.
Berikan instruksi tentang perawatan dan keamanan IV.
Infiltrasi : Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekeliling tempat
pungsi vena.
Iritasi vena : Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas
area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah atau
osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin, vancomycin, eritromycin, dan nafcillin)
Hematoma : Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area
insersi
Tromboflebitis :Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan
dalam vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi,
kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi
Trombosis: Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena
Occlusion : tidak adanya penambahan aliran ketika botol dinaikkan, aliran balik darah di
selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi
Spasme vena : Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar
vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal
KOMPLIKASI SISTEMIK
Septikemia/bakteremia
Adanya susbtansi pirogenik baik dalam larutan infus atau alat pemberian dapat mencetuskan reaksi
demam dan septikemia.
Perawat dapat melihat kenaikan suhu tubuh secara mendadak segera setelah infus dimulai, sakit
punggung, sakit kepala, peningkatan nadi dan frekuensi pernafasan, mual dan muntah, diare, demam
dan menggigil, malaise umum, dan jika parah bisa terjadi kollaps vaskuler
Penyebab septikemi adalah kontaminasi pada produk IV, kelalaian tehnik aseptik. Septikemi terutama
terjadi pada klien yang mengalami penurunan imun
Reaksi alergi
Kondisi ini ditandai dengan gatal, hidung dan mata berair, bronkospasme, wheezing, urtikaria, edema
pada area insersi, reaksi anafilaktik (kemerahan, cemas, dingin, gatal, palpitasi, paresthesia, wheezing,
kejang dan kardiak arrest).
Overload sirkulasi
Cairan intravena yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan tekanan vena
sentral, dipsnea berat, dan sianosis.
Embolisme Udara
Emboli udara paling sering berkaitan dengan kanulasi vena-vena sentral. Manifestasi klinis emboli udara
adalah dipsnea dan sianosis, hipotensi, nadi yang lemah dan cepat, hilangnya kesadaran, nyeri dada,
bahu, dan punggung bawah.
MENGHITUNG TETESAN INFUS
MACRO MICRO
Tetes/menit = Kebutuhan cairan x 20 Tetes/menit = Keb. Cairan x 60
Waktu x 60 Waktu x
60
Ket :
Ket :
Factor tetesan makro : 15-20 tetes dalam
1ml Factor tetesan Micro : 60 tetes dalam 1 ml
MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN
DEWASA ANAK