Anda di halaman 1dari 17

A.

IKTERUS

Definisi

Ikterus adalah menguningnya skelera, kulit atau


jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh
atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5mg /
didalam 24jam, yang menandakan terjadinya
gangguan fungsional dari hepar, system biliary, atau
system hematologi.(Dewi,2010).
KLASIFIKASI

Ikterus fisiologis

Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami


oleh bayi baru lahir.

Ikterus patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang
mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin
mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubiemia.
Ikterus Ikterus
fisiologisFisiologis Ikterus Patologis
Timbul pada hari kedua dan
Ikterus
ketiga & hilangfisiologis
pada 10 hr
pertama
Timbul pada hari kedua dan ketiga Ikterus yang mempunyai dasar
Tidak mempunyai
& hilang pada 10 hr kadar
pertama
patologis patologis bilirubin mencapai nilai
Tidak mempunyai kadar patologis hiperbilirubinemia >12,5 mg% (ckp
Kadarnya bilirubin indirek
Kadarnya bilirubin indirek sesudah bln) & > 10 mg% (krng bln)
sesudah 2x24 jam tidak
2x24 jam tidak melewati 15 mg% Timbul pada hari pertama dan hari
melewati 15 mg% (cukup bulan)
(cukup bulan) 10 mg% (kurang bln)
10 mg% (kurang bln) keempat dan idak hilang pada 10
Kec. Peningkatan kadar bilirubin hr pertama
Kec. Peningkatan
tak melebihi 5 mg%/hrkadar bilirubin
tak melebihi 5 mg%/hr Peningkatan kadar bilirubin > 5
Dan tidak menyebabkan mg%/hr
Dan tidak menyebabkan
morbiditas pada bayi
morbiditas pada bayi
Pembagian Icterus Menurut Metode Kremer(dwienda R,Dkk,2014).

Derajat icterus Daerah ikterus Perkiraan kadar


bilirubin
I Daerah kepala dan leher 5,0 mg%

II Sampai badan atas 9,0 mg%

III Sampai badan bawah 11,4 mg%


hingga tungkai
IV Sampai daerah lengan,kaki 12,4 mg%
bawah dan lutut
V Sampai daerah telapak 16,0 mg%
tangan dan kaki
Ikterus fisiologis ini memiliki tanda
tanda berikut:
Timbul pada hari kedua dan ketiga
setelah bayi lahir
Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari
10 mg% pada neonates cukup bulan
dan 12,5 mg% pada neonatus kurang
bulan. Ikterus patologis memiliki
Kecepatan peningkatan kadar
tanda dan gejala sebagai
bilirubin tidak lebih dari 5 mg%
perhari.
berikut.
Icterus terjadi dalam 24 jam pertama.
Kadar bilirubin direct tidak lebih dari Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus
1 mg%. cukup bulan atau melebihi 12,2 mg% pada
Icterus menghilang pada 10 hari neonatus cukup bulan.
Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% perhari.
pertama Icterus menetap sesudah 2 mg pertama.
fTidak terbukti mempunyai hubungan Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg %
dengan keadaan patologis(dewi,2010) fMempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
(Dewi,2010)
Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
keadaan.terjadinya Hiperbilirubinemia keadaan ini terutama terjadi
pada penderita seksis dan gastroenteritis. Beberpa faktor lain
adalah hipoksia/anoksia, dehidrasi dan asidosis, hipoglikemia, dan
polisite. (Yuianti,2012).

Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadiny ikterus,yaitu:


1.prahepatik(icterus hemolitik)
Iterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada
peroses hemolisis sel darah merah(icterus hemolitik).
2.pascahepatik(obstruktif)
Bendungan pada saluran empedu akan
menyebabkan peninggian bilirubin konjugasi yang
larut dalam air
3.hepatoseluler (icterus hepatic)
Kerusakan sel hati menyebabkan konjugasi bilirubin
terganggu .(Dewi,2010)
Penatalaksanaan

1.ikterus fisiologis

a.Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya.


b.Jelaskan pentingnya hal-hal seperti:
Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin.
Menjemur bayi dibawah sinar matahari dengan kondisi telanjang selama 30 menit, 15
menit dalam posisi telentang, dan 15 menit sisaanya dalam posisi tengkurap.
asupan makana bergizi tinggi bagi ibu.
Menganjurkan ibu dan pasangan untuk ber-KB sesegera mungkin.
Menganjjurkan ibu untuk tidak minum jamu.
c.Apabila ada tanda ikterus yang lebih parah ( misalnya feses berwarna putih keabu-
abuan dan liat seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera membawa bayinya
kepuskesmas.
d.Anjurkan ibu untuk kontrol setelah 2 hari.
2. Hiperbilirubinemia sedang
2.Hiperbilirubinemia sedang
a. Berikan ASI secara adekuat.
a.Berikan ASI secara adekuat.
b. Lakukan
b.Lakukan pencegahan
pencegahan hipotermi.
hipotermi.
c.Letakkan bayibayi
c. Letakkan ditempat yang cukup
ditempat yang sinar
cukupmatahari kurang lebih
sinar matahari 30 meni,
kurang lebihselama
30 3-4
hari. meni, selama 3-4 hari.
d.Lakukan pemeriksaan ulang 2 hari kemudian.
d. Lakukan pemeriksaan ulang 2 hari kemudian.
e.Anjurkan ibu dan keuargaa untuk segara merujuk baayinya jika keadaan bayi
e. Anjurkan
bertambah ibuserta
parah dan mengeluarkan
keuargaa untuk segara
feses merujuk
berwarna putihbaayinya jikadan liat
keabu-abuan
keadaan
seperti dempul. bayi bertambah parah serta mengeluarkan feses berwarna
putih keabu-abuan dan liat seperti dempul.

3.Hiperbilirubinemia berat
3. Hiperbilirubinemia
a.Berikan informed consentberat
pada keluarga untuk segara merujuk bayinya.
a. Berikan
b.Selama informed
persiapan consent
merujuk, padaASIkeluarga
berikan untuk segara merujuk
secara adekuat.
c.Lakukan pencegahaan hipotermi.
bayinya.
d.Bila mungkin, ambil contoh darah ibu sebanyak 2,5 ml. ( Dewi, 2010).
b. Selama persiapan merujuk, berikan ASI secara adekuat.
c. Lakukan pencegahaan hipotermi.
d. Bila mungkin, ambil contoh darah ibu sebanyak 2,5 ml. ( Dewi, 2010).
Rencana asuhan yang dapat dilakukan oleh
bidan

1) Pemberitahuan kepada keluarga tentang kondisi bayi.


2) Berikan obar oral yang telah di instruksikan oleh dokter dengan
prinsip 5 B,benar obat,benar dosis,benar pasien,benar cara
pemmberian,benar waktu pemberian.
3) Jemur bayi tiap pagi di bawah sinar matahari dengan menutup mata
dan genital bayi memakai kertas karbon yang dilapisi kain kassa,dan
posisi bayi selalu dirubah untuk mencegah decubitus dan sinar
ultraviolet dapat merata keseluruh tubuh.
4) Berikan ibu penjelasan pentingnya pemberian minum secara adekuat
dan berikan ASI saja dan bantu ibu saat memberi ASI.
5) Jika bayi dilakukan fototherapi,posisi bayi selalu dirubah untuk
mencegah decubitus dan sinar ultraviolet dan dapat merata
keseluruh tubuh.
6) Awasi efek samping dari pemberian fhototherapi yaitu buang air
besar lebih sering dan encer sehingga cegah bayi jangan sampai
dehidrasi.
7) Awasi kemingkinan kulit bayi mengalami perubahan kulit yang
berlebihan,laporkan kepada dokter jika hal ini terjadi(Rukiyah, 2010)
Pendarahan Tali Pusat

Definisi
Pendarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma, ikatan
tali pusat yang longggar atau kegagalan pembentukan
thrombus yang normal. Kemungknan lain sebab pendarahan
adalah penyakit perdarahan pada neonates dan infeksi local
maupunsistemi. Tali pusat harus diawasi terus-menerus pada
hari-hari pertama agar pendarahan yang terjadi dapat
ditanggulangi secepatnya. Perdarahan karena pecahnya
hematoma dapat mengakibatkan perdarahan masif, bahkan
kematian bayi. ( Yulianti.2012).
Etiologi

Perdarahan tali pusat dapat terjadi karena robekan umbilicus,


robekan pembuluh darah, serta plasenta privia, dan abrupsio
plasenta.
1. Robekan umbilicus normal, yang biasanya terjadi karena:
Partus presipitatus.
Adanya trauma atau lilitaan tali pusat.
Umbilicus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan
yang berlebihan pada saat persalinan.
Kelalaian penolong persaalinan yang dapat menyebabkan
tersayatnya dinding umbilicus atau plasenta sewaktu SC.
2. Robekan umbilicus abnormal, biasanya terjadi karena:
Adanya hematoma pada umbilicus yang kemudian hematoma
tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali
kedalam plasenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi karena
dapat menimbulkan kematian pada bayi.
3. Robekan pembuluh darah abnormal.
Pada kasus robekan pembuluh darah umbilicus tanpa adanya
trauma, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomi
pembuluh darah seperti berikut ini:
Insersi velamentosa tali pusat, yaitu pecahnya pembuluh darah pada
percabangan tali pusat sampai kemembran tempat masuknya
plasenta. Umbilicus dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada
kehamilan ganda.

4.Perdarahan akibat plasenta previa dan abrupsio plasenta.


Perdarahan akibat plasenta previa dan abrupsio plasenta dapat
membahayakan bayi, plasenta privea cenderung menyebabkan
anemia, sedangkan padaa kasus abrupsio plasenta lebih sering
mengakibatkan kematian intrauterin karena dapat terjadi
anoreksia.(Dewi,2010)
penatalaksanaan

1. Pada pendarahan umbilicus akibat ikatan yang longar, dapat


dikencangkan kembali pengikat tali pusat. Jika perdarahan tidak
berhenti setelah 15-20 menit maka tali pusatnya harus segera
dilakukan beberapa jahitan pada luka bekas pemotongan tersebut.
2. Perdarahan umbilicus akibat robekan umbilicus harus segera dijahit.
Kemudian segera lakukan rujukan untuk mengetahui apakah ada
kelainan lainnya
3. Perdarahan pada abrupsio plasenta, plasenta previa dan kelainan
lainnya, bidan harus segera merujuk. Bahkan rujukan lebih baik
segera dilakukan jika kelainan tersebut sudah diketahui sebelum bayi
lahir sehingga dapat dilakukan tindakan sesegera mungkin untuk
membuat peluang bayi lahir hidup lebih besar. (Rukiyah,2010).
4. Penangana disesuaikan dengan penyebab perdarahan tali pusat
yang terjadi.
5. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan
infeksi pada tali pusat.
6. Segera lakukan informed consent dan informed choice pada
keluarga pasien untuk dilakukan rujukan. ( Dewi, 2010).

Anda mungkin juga menyukai