Anda di halaman 1dari 25

Referat

Bells palsy
Oleh :
Siska Dafita Wijaya, 11310355

Pembimbing :
dr. Fitriyani, Sp. S, M. kes
Definisi
suatu keadaan paralisis atau kelumpuhan tipe Lower
Motor Neuron (LMN) yang akut dan idiopatik akibat
disfungsi nervus fasialis perifer

Epidemiologi :
1. Bells palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak
dari paralisis fasial akut. Di Amerika Serikat, insiden Bells palsy
setiap tahun sekitar 23 kasus per 100.000 orang. Insiden Bells
palsy rata-rata 15-30 kasus per 100.000 populasi.
2. Laki-laki :wanita (1:1)
3. Puncak umur 15-50 tahun.
Keluhan dan gejala
bergantung kepada lokasi lesi
Lesi pada nervus fasialis disekitar foramen stylomastoideus baik
yang masih berada disebelah dalam dan sebelah luar foramen
tersebut.

a. Mulut turun dan mencong ke sisi yang sehat sehingga tidak


dapat bersiul, mengedip dan menutupkan matanya.

b. Lakrimalis yang berlebihan akan terjadi jika mata tidak


terlindungi / tidak bisa menutup mata mudah iritasi.

c. Lesi pada canalis fasialis mengenai nervus chorda tympani.


Lesi yang lebih tinggi dalam canalis fasialis dan mengenai
muskulus stapedius
Gejala tanda klinik seperti pada (a) dan (b) ditambah
adanya hiperakusis.

d. Lesi yang mengenai ganglion geniculatum.


Gejala tanda klinik seperti pada (a), (b), dan (c) ditambah
onsetnya seringkali akut dengan rasa nyeri di belakang dan
didalam telinga. Lesi di dalam Meatus Auditorius Internus
Gejala - gejala Bells Palsy di atas ditambah ketulian akibat
terkenanya nervus VIII.
Lesi pada tempat keluarnya Nervus Fasialis dari Pons
Lesi di pons yang terletak disekitar inti nervus abdduces
bisa merusak akar nervus fasialis + paralisis m.rektus
lateralis kadang dijumpai tic facialis
Penegakan diagnose
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lab
Pemeriksaan radiologi
Klasifikasi Parese Nervus Fasialis
1. Grade I : normal
2. Grade II : disfungsi ringan
3. Grade III : disfungsi sedang
4. Grade IV : disfungsi sedang - berat
5. Grade V : disfungsi berat
6. Grade VI : total parese
House-Brackmann I
I (normal) Normal symmetrical function in all areas
House-Brackmann II
Gross : kelemahan sedikit pada inspeksi
dekat, sedikit sinkinesis
II At rest : simetris dan selaras
Mild dysfunction/ Motion :
barely noticeable) Forehead : sedang-baik
Eye : menutup mata dengan usaha minimal
Mouth : asimetris
House-Brackmann III
Gross : terlihat tapi tidak tampak perbedaan antara kedua
sisi, adanya sinkinesis, dapat ditemukan spasme atau
kontraktur hemifasial
III At rest : simetris dan selaras
Moderate dysfunction/ Motion :
obvious difference Forehead : ringan-sedang
Eye : dengan usaha
Mouth : sedikit lemah dengan pergerakan maksimum
House-Brackmann IV
Gross : tampak kelemahan bagian wajah yang
jelas dan asimetri
IV
Motion :
Moderately severe dysfunction
Forehead : tidak ada
Eye : tidak dapat menutup mata dengan sempurna
Mouth : tampak asimetris dan sulit digerakkan
House-Brackmann V
Gross : wajah tampak asimetris, pergerakan wajah tidak ada
dan sulit dinilai,
V
Motion :
Severe dysfunction
Forehead : tidak dapat digerakkan
Eye : tidak dapat menutup mata
Mouth : tidak simetris dan sulit digerakkan
House-Brackmann VI
VI
Tidak ada pergerakkan
Total paralysis
Diagnosis banding
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa
Kortikosteroid dapat digunakan salah satu contohnya adalah
prednison atau methylprednisolon 80 mg (medrol) dosis awal
dan diturunkan secara bertahap (tappering off) selama 7 hari.
Dosis anak 2 mg/kg bb maks seperti dosis dewasa selama 7
hari
Penggunaan obat antiviral (acyclovir) dengan kortioksteroid.
Penggunaan Aciclovir 400 mg sebanyak 5 kali per hari P.O
selama 10 hari. Atau penggunaan Valacyclovir 500 mg
sebanyak 2 kali per hari P.O selama lima hari, penggunaan
Valacyclovir memiliki efek yang lebih baik
Vitamin B1, B6 dan B12 dalam dosis tinggi dan
vasodilatasi perifer selama 2 minggu dapat dipercepat
penyembuhan.2,9
Analgesic untuk menghilangkan rasa nyeri.
Terapi operatif :
Indikasi terapi operatif yaitu:
Produksi air mata berkurang menjadi < 25%
Aliran saliva berkurang menjadi < 25%
Respon terhadap tes listrik antara sisi sehat dan sakit berbeda 2,5 mA

Beberapa terapi bedah yang dapat dilakukan antara lain dekompresi


nervus Fasialis, Subocularis Oculi Fat Lift (SOOF), Implantasi alat ke
dalam kelopak mata, tarsorrhapy, transposisi otot muskulus temporalis,
facial nerve grafting dan direct brow lift.2
Program Fisioterapi
1. Pemanasan :
Pemanasan superfisial dengan infra red.
Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau Microwave
Diathermy.
2. Stimulasi listrik
Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk
mencegah/memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu proses
regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. Misalnya
dengan faradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot,
reedukasi dari aksi otot, melatih fungsi otot baru, meningkatkan
sirkulasi serta mencegah/meregangkan perlengketan. Diberikan 2
minggu setelah onset.
3. Latihan otot-otot wajah dan massage wajah
Latihan gerak volunter otot wajah diberikan setelah fase akut.
Latihan berupa mengangkat alis tahan 5 detik, mengerutkan dahi,
menutup mata dan mengangkat sudut mulut, tersenyum,
bersiul/meniup (dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh).
Home Program
Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20
menit
Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan
menggunakan tangan dari sisi wajah yang sehat
Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah
disisi yang sakit, minum dengan sedotan, mengunyah
permen karet
Perawatan mata :
Memakai salep mata (golongan artifial tears) 3x sehari dan
salep mata.
Mamakai kaca mata untuk mencegah iritasi debu dan
cahaya.
Kelopak mata diplaster agar tetap dalam keadaan tertutup.
Bila keadaan terlalu berat maka dilakukan tarsorafi ataupun
blefarofati dengan menjahit dan mendekatkan kedua
kelopak atas dengan bawah. Pada tempat jahit diberikan
salep antibiotika.
Komplikasi
Regenerasi motorik yang tidak sempurna.
Regenerasi sensoris yang tidak sempurna.
Reinervasi aberan dari nervus facialis.
Prognosis
Penderita Bells palsy dapat sembuh total atau
meninggalkan gejala sisa. Faktor resiko yang memperburuk
prognosis Bells palsy adalah:
Usia di atas 60 tahun.
Paralisis komplit.
Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada
sisi yang lumpuh.
Nyeri pada bagian belakang telinga.
Berkurangnya air mata.
Pada umumnya prognosis Bells palsy baik: sekitar 80-90 % penderita
sembuh dalam waktu 6 minggu sampai tiga bulan tanpa ada
kecacatan.
Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai peluang
40% sembuh total dan beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa.
Penderita yang berusia 30 tahun atau kurang, hanya memiliki
perbedaan peluang 10-15 % antara sembuh total dengan
meninggalkan gejala sisa.
Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka penderita cenderung
meninggalkan gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile tears dan
kadang spasme hemifasial.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai