Anda di halaman 1dari 70

EPILEPSI

Oleh :
Whillyam Putera. N 1210070100089
Defri 1110070100051
Utari Syafde 1210070100131
Irena Dwi Saputri 1210070100183
Monametalia 1110070100
PRESEPTOR
dr. Reno Sari Chaniago, Sp.S, M.Biomed

1
Definisi

Epilepsi menurut World Health Organization


(WHO) merupakan gangguan kronik otak yang
menunjukkan gejala berupa serangan yang
berulang - ulang yang terjadi akibat adanya
ketidaknormalan kerja sementara, sebagian, dan
seluruh jaringan otak karena cetusan listrik
pada neuron.2

2
Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi
otak dengan berbagai etiologi, dengan gejala
tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat
lepasnya muatan listrik neuron otak secara
berlebihan dan paroksimal. Terdapat dua
kategori dari kejang epilepsi yaitu kejang fokal
(parsial) dan kejang umum.

3
Kejang fokal terjadi karena adanya lesi pada
satu bagian dari cerebral cortex, di mana pada
kelainan ini dapat disertai kehilangan kesadaran
parsial. Sedangkan pada kejang umum, lesi
mencakup area yang luas dari cerebral cortex
dan biasanya mengenai kedua hemisfer cerebri.
Kejang mioklonik, tonik, dan klonik termasuk
dalam epilepsi umum.

4
Anatomi

5
KLASIFIKASI

Serangan Epilepsi Umum Primer

Serangan epilepsi umum primer adalah kejang


yang sejak awal seluruh otak terlibat secara
bersamaan. Serangan muncul karena hilangnya
kesadaran, kemudian diikuti gejala lainnya yang
bervariasi. Jenis-jenis serangan epilepsi umum
dibedakan oleh ada atau tidak adanya aktivitas
motorik yang khas.

6
Serangan Epilepsi Umum Primer dibagi kembali menjadi :

Absence(Petit Mal)

Pada penderita mungkin mempunyai serangan


minor atau abortif tanpa disertai dengan gerakan
jatuh atau konvulsi pada tubuh. Serangan
kekososongan yang klasik ditandai dengan ekspresi
bengong mendadak (kekosongan singkat) dan
terhentinya aktivitas motorik, kadang-kadang
disertai hilangnya tonus otot. Kondisi ini umumnya
dimulai pada masa kanak-kanak (onset puncak
pada usia 4-8 tahun.
7
Serangan Mioklonik

Pada serangan mioklinik ditandai oleh kontraksi


otot-otot tubuh secara cepat, mendadak, sinkron
dan bilateral atau kadang-kadang hanya mengenal
kelompok otot tertentu. Serangan terjadi sekali
atau berulang-ulang dan muncul saat penderita
jatuh tertidur. Penderita sendiri melaporkan
bahwa mereka tidak menyadari adanya serangan
tersebut dan mereka hanya menemukan bahwa
dirinya berada dalam posisi yang tidak biasa.
8
Serangan Tonik-Klonik (Grand Mal)

Istilah serangan tonik - klonik mengacu pada beberapa


jenis gerakan tubuh, yang secara tiba-tiba kejang. Tonik
merupakan anggota badan dan klonik, merupakan
mengacu pada sentakan yang berirama.
Suatu aura dapat menandai terjadinya serangan yang
segera akan datang. Aura biasanya khas bagi penderita
per individu dan dapat terdiri dari rasa mual atau baal,
dan suatu kilatan dari daya ingat. Tahap klonik menyusul
dengan ditandai gerakan konvulsi, dan ritmik pada tubuh.

9
Serangan Atonik

Pada epilepsi atonik ditandai dengan kehilangan


tonus otot secara mendadak. Pada keadaan ini
otot-otot seluruh tubuh mendadak melemas
sehingga penderita terjatuh. Hal ini sangat
berbahaya karena memiliki resiko besar
mengalami cedera kepala karena jatuhnya
penderita. Kesadaran tetap dapat baik atau
menurun sebentar. Biasanya muncul pada umur
2-5 tahun, serangan berlangsung selama 10-60
detik.

10
Serangan Tonik

Serangan tonik ditandai dengan adanya


kekakuan bilateral secara mendadak pada
tubuh, lengan, dan tungkai. Serangan
berlangsung kurang dari 20 detik, kemudian
muncul lebih sering pada saat penderita tidur.
Dijumpai terutama pada anak berusia muda,
biasanya berhubungan dengan gangguan
metabolik atau defisit neurologis.
11
2. Serangan Parsial

Serangan epilepsi parsial merupakan serangan yang


berasal dari daerah tertentu dalam otak.

12
Serangan epilepsy parsial sederhana terbagi
lagi menjadi :
Serangan Epilepsi Parsial Sederhana
Serangan epilepsi parsial sederhana timbul karena adanya suatu
muatan yang lepas dari area motorik korteks serebri secara
unilateral. Serangan ini bersifat kejang ritmis (klonis) pada salah
satu anggota tubuh, yang kemudian dapat menjalar ke seluruh
tubuh.
Jenis ini tidak disertai gangguan atau penurunan kesadaran.
Selama serangan berlangsung, penderita tetap sadar dan mampu
untuk menjawab pertanyaan ataupun melaksanakan perintah dan
kemudian penderita akan mengingat selama serangan
berlangsung.

13
Serangan Epilepsi Parsial Kompleks (Lobus
Temporalis, Psikomotor)
Serangan epilepsi parsial kompleks terjadi karena adanya
gangguan kesadaran dan gejala psikis atau adanya gangguan
fungsi luhur, contohnya seperti: de-javu, ilusi, halusinasi,
otomatisme (mengunyah-unyah, menelan, gerakan-gerakan
tertentu,), dan jamais-vu (tidak kenal dengan peristiwa yang
pernah dialami). Berlangsung selama 1-3 menit. Sekitar 50%
penderita terlebih dahulu mengalami aura. Aura yang paling
sering muncul adalah rasa takut, perasaan mual, perasaan
aneh atau baal, gangguan visual dan kedutan pada wajah atau
jari-jari.
14
Serangan Epilepsi Umum Sekunder

Serangan epilepsi umum sekunder merupakan serangan


parsial yang berkembang menjadi serangan umum. Serangan
umum sekunder terjadi melalui beberapa tahapan refleksi
dari penyebaran cetusan ke berbagai area otak yang
berbeda, seperti serangan parsial berlanjut menjadi serangan
parsial kompleks dan kemudian berkembang menjadi
serangan umum sekunder ( tonik-klonik).

15
16
17
ETIOLOGI
Kejang terjadi akibat pengeluaran sejumlah
neuron yang abnormal akibat dari berbagai
proses patologi sehingga berdampak pada otak.
Secara umum dapat dikatakan bahwa serangan
epilepsi dapat timbul jika terjadinya pelepasan
aktivitas energi yang berlebihan dan mendadak
dalam otak, sehingga menyebabkan
terganggunya kerja otak. Etiologi epilepsi dibagi
menjadi 3 yaitu :

18
Idiopatik : Penyebabnya tidak diketahui,
umumnya mempunyai predisposisi genetik.
Kelainan genetika ini tidak selalu berarti
diturunkan.
Kriptogenik : Dicurigai terdapat faktor
penyebab namun tidak dapat ditemukan
Simptomatik : disebabkan oleh kelainan pada
otak, kelainan kongenital, tumor otak, gangguan
peredaran darah otak, kelainan akibat proses
penuaan
19
Patofisiologi

20
Gejala klinis

Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi


berdasarkan klasifikasi dari epilepsi, yaitu :

21
Kejang parsial
Lesi berasal dari sebagian kecil dari otak atau satu
hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau
satu bagian tubuh dan kesadaran penderita umumnya
masih baik.
Kejang parsial sederhana
Gejala berupa kejang motorik fokal, fenomena
halusinatorik, psikoilusi, atau emosional kompleks.
Pada kejang parsial sederhana, kesadaran penderita
masih baik.
Kejang parsial kompleks
Gejala hampir sama dengan kejang parsial sederhana,
tetapi yang paling khas terjadi adalah penurunan
kesadaran dan otomatisme
22
Kejang umum
Lesi berasal dari sebagian besar otak atau kedua
hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian
tubuh dan kesadaran penderita umumnya menurun.
Kejang Absans
Hilangnya kesadaran sesaat (beberapa detik) dan
mendadak disertai amnesia. Serangan tersebut tanpa
disertai peringatan seperti aura atau halusinasi,
sehingga sering tidak terdeteksi.

23
Kejang Atonik
Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot
anggota badan, leher, dan badan. Durasi kejang bisa sangat
singkat atau lebih lama.
Kejang Mioklonik
Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang
cepat dan singkat. Kejang yang terjadi dapat tunggal atau
berulang.

24
Kejang Tonik-Klonik
Sering disebut dengan kejang grand mal.
Kesadaran hilang dengan cepat dan total
disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh
otot.
Mata mengalami deviasi keatas.
Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan
diikuti oleh fase klonik yang berlangsung
sekitar 30 detik.

25
Kejang Klonik
Gejala hampir sama dengan kejang mioklonik.
kejang yang terjadi berlangsung lebih lama,
biasanya sampai 2 menit.
Kejang Tonik
Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot.
Penderita sering mengalami jatuh akibat
hilangnya keseimbangan.

26
DIAGNOSA
Ada 3 langkah untuk menuju diagnosis epilepsi yaitu :

Pastikan apakah kejadianbersifat menunjukkan


bangkitan epilepsi atau bukan epilepsi
Apabila benar bangkitan epilepsi, maka tentukan
termasuk jenis bangkitan apa
Pastikan epilepsi apa yang ditunjukkan oleh
bangkitan tadi, dan tentukan etiologinya

27
Diagnosis epilepsi ditegakkan atas adanya
gejala dan tanda klinis dalam bentuk
bangkitan epilepsi berulang (minimum 2
kali) yang ditunjang gambaran gelombang
epilepsipada EEG.

28
Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi :
a. Pola / bentuk serangan
b. Lama serangan
c. Gejala sebelum, selama, dan sesudah serangan
d. Frekuensi serangan
e. Faktor pencetus

29
f. Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
g. Usia saat terjadinya serangan pertama
h. Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan
i. Riwayat penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya
j. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

30
Pemeriksaan Fisik Umum Dan Neurologis

Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis,


dapat dilihat adanya tanda-tanda dari gangguan
yang berhubungan dengan epilepsi seperti
trauma kepala, gangguan kongenital, gangguan
neurologik fokal atau difus, infeksi telinga atau
sinus. Sebab terjadinya serangan epilepsi harus
dapat ditepis melalui pemeriksaan fisik dengan
menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai
pegangan.

31
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang
yang paling sering dilakukan dan harus dilakukan pada
semua pasien epilepsi untuk menegakkan diagnosis
epilepsi. Terdapat dua bentuk kelaianan pada EEG,
kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan
adanya lesi struktural di otak. Sedangkan adanya
kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan
adanya kelainan genetik atau metabolik.

32
Rekaman EEG dikatakan abnormal bila :
Asimetris irama dan voltase gelombang pada
daerah yang sama di kedua hemisfer otak
Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang
lebih lambat dibanding seharusnya
Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada
anak normal, misalnya gelombang tajam, paku (spike),
paku-ombak, paku majemuk, dan gelombang lambat
yang timbul secara paroksimal

33
Neuroimaging
Neuroimaging atau yang lebih kita kenal sebagai
pemeriksaan radiologis bertujuan untuk melihat
struktur otak dengan melengkapi data EEG. Dua
pemeriksaan yang sering digunakan Computer
Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Bila dibandingkan
dengan CT Scan maka MRI lebih sensitif dan
secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI
bermanfaat untuk membandingkan hippocampus
kiri dan kanan.
34
DIAGNOSA BANDING
Sinkope
Sinkope adalah keadaan kehilangan kesadaran
sepintas akibat kekurangan aliran darah ke dalam
otak dan anoksia. Penyebabnya ialah tekanan
darah menurun mendadak, biasanya ketika
penderita sedang berdiri.
Gangguan Jantung
Gangguan fungsi dan irama jantung dapat timbul
dalam serangan-serangan yang mungkin pula
mengakibatkan pingsan.
Gangguan Sepintas Peredaran Darah Otak
Gangguan sepintas peredaran darah dalam batang otak
dengan macam-macam sebab dapat mengakibatkan
timbulnya serangan pingsan. Pada keadaan ini dijumpai
kelainan-kelainan neurologis seperti diplopia, disartria,
ataksis dan lain-lain.
Hipoglikemia
Hipoglikemia didahului rasa lapar, tremor, dan mulut
kering.
Histeria
Kejang fungsional atau psikologis sering terdapat pada
wanita terutama antara 7-15 tahun.Timbulnya serangan
sering berhubungan dengan stres.

36
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Fase Akut (Saat Kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah
mempertahankan oksigenasi otak yang adekuat,
mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah kejang
berulang, dan mencari faktor penyebab. Serangan kejang
umumnya berlangsung singkat dan berhenti sendiri.

Pengelolaan pertama untuk serangan kejang dapat


diberikan diazepam per rektal dengan dosis 5 mg bila
berat badan anak < 10 kg atau 10 mg bila berat badan
anak > 10 kg.

37
Terapi Medikamentosa
Merupakan terapi lini pertama yang dipilih dalam
menangani penderita epilepsi yang baru
terdiagnosa. Jenis obat anti epilepsi (OAE) baku
yang biasa diberikan di Indonesia adalah obat
golongan fenitoin, karbamazepin, fenobarbital,
dan asam valproat. Obat-obat tersebut harus
diminum secara teratur agar dapat mencegah
serangan epilepsi secara efektif.

38
Walaupun serangan epilepsi sudah
teratasi, penggunaan OAE harus tetap
diteruskan kecuali ditemukan tanda-tanda
efek samping yang berat maupun tanda-
tanda keracunan obat. Prinsip pemberian
obat dimulai dengan obat tunggal dan
menggunakan dosis terendah yang dapat
mengatasi kejang.

39
Terapi Bedah
Merupakan tindakan operasi yang dilakukan
dengan memotong bagian yang menjadi fokus
infeksi yaitu jaringan otak yang menjadi sumber
serangan. Diindikasikan terutama untuk
penderita epilepsi yang kebal terhadap
pengobatan. Berikut ini merupakan jenis bedah
epilepsi berdasarkan letak fokus infeksi :
Lobektomi temporal
Eksisi korteks ekstratemporal
Hemisferektomi
Callostomi

40
Terapi Nutrisi
Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak
dengan kejang berat yang kurang dapat dikendalikan
dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat mengurangi
toksisitas dari obat.

Terapi nutrisi berupa diet ketogenik dianjurkan pada


anak penderita epilepsi. Walaupun mekanisme kerja diet
ketogenik dalam menghambat kejang masih belum
diketahui secara pasti, tetapi ketosis yang stabil dan
menetap dapat mengendalikan dan mengontrol
terjadinya kejang.
41
Hasil terbaik dijumpai pada anak prasekolah
karena anak-anak mendapat pengawasan yang
lebih ketat dari orang tua di mana efektivitas diet
berkaitan dengan derajat kepatuhan.

Kebutuhan makanan yang diberikan adalah


makanan tinggi lemak. Rasio kebutuhan berat
lemak terhadap kombinasi karbohidrat dan
protein adalah 4:1. Kebutuhan kalori harian
diperkirakan sebesar 75 80 kkal/kg. Untuk
pengendalian kejang yang optimal tetap diperlukan
kombinasi diet dan obat antiepilepsi.
42
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien :
Nama : Tn. A
Umur : 29 tahun
No RM : xxxxxx
Tanggal masuk : 12 Desember 2016
Tanggal diperiksa : 13 Desember 2016
Jenis kelamin : laki- laki
Pekerjaan : karyawan swasta
Agama : Islam
Alamat : Aro

43
Anamnesa

Keluhan Utama
Kejang Sejak 30 menit SMRS

Riwayat Penyakit sekarang


Kejang sejak 30 menit SMRS. Awalnya kejang 5-10 menit
terjadi tiba-tiba saat pasien sedang duduk. Saat kejang ada
keluar busa dari mulut pasien. Setelah kejang pasien
mengalami penurunan kesadaran ( pingsan) selama kurang
lebih 2 menit. Sebelum kejang pasien mengeluhkan sakit
kepala, mual dan muntah. Diperjalanan ke RS pasien sadar
dan muntah 1 kali, muntah berisikan apa yang dimakan. BAB
dan BAK pasien normal seperti biasa.

44
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelumnya pasien juga pernah seperti ini,
mengalami kejag 4 kali. Kejang pertama kali
sekitar 5 bulan yang lalu. Tapi pasien tidak pernah
dirawat.
-Riwayat Hipertensi (-) disangkal
-Riwayat DM (-) disangkal
-Riwayat terjatuh (-) disangkal

45
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang
sama.
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM (-)

Riwayat Pribadi Dan Sosial :


Seorang pasien laki-laki berusia 29 tahun. Bekerja
sebagai karyawan swasta, sudah menikah dan memiliki 1
orang anak. Pasien memiliki kebiasaan merokok dan
minum kopi.

46
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Kooperatif : cooperatif
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 85 x/ menit
Nafas : 20 x/ menit regular
Suhu : 36,2 C

47
Status Internus
Kepala
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
refleks pupil -/-
Hidung : sekret (-), deviasi septum (-)
Mulut : bibir kering (-)
Telinga : kelainan kongenital (-), keluar cairan dari
telinga (-)
Leher : spasme otot-otot leher 9-0, spasme otot
bahu (-), nyeri (-)

Kelenjar Getah Bening


Leher : Tidak ada pembesaran KGB & tiroid
Aksila : Tidak ada pembesaran KGB
Inguinal : Tidak ada pembesaran KGB

48
Thorax
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus taktil simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : DBN
Auskultasi : BJ I BJ II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak pembengkakan
Palpasi : Nyeri tekan diperut tidak ada
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal

49
Status Neurologi
GCS :E4 M6 V5 =15
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Kernigs sign : (-)
Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil : isokor

50
N. I (Olfactorius)
Penciuman KANAN KIRI
Subjektif Baik Baik
Objektif dengan bahan Baik Baik

N. II (Optikus)
Penglihatan KANAN KIRI
Tajaman penglihatan Baik Baik
Pengenalan warna Baik baik
Lapang pandang Sama dengan pemeriksa
Fundus Tidak dilakukan

51
N. III (Occulomotorius)
KANAN KIRI
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis - -
Gerakan bulbus Ke arah bawah (+) Ke arah bawah (+)
Ke arah atas (+) Ke arah atas (+)
Ke arah medial (+) Ke arah medial (+)
Ke arah medial atas (+) Ke arah medial atas
(+)
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/endopthalmus - -
Pupil Bentuk pupil 3 mm Bentuk pupil 3 mm
Reflek cahaya (+) Reflek cahaya (+)
Reflek akomodasi (+) Reflek akomodasi (+)

52
N.IV (Trochlearis)
KANAN KIRI
Gerakan mata kebawah + +
Sikap bulbus Tenang Tenanng
Diplopia - -

N. V (Trigeminus)
KANAN KIRI
Motorik
Membuka mulut Bisa Bisa
Mengigit Bisa Bisa
Mengunyah Bisa Bisa
Sensorik
Divisi Opthalmika
- Reflek kornea + +
Divisi maksila
- Reflek masseter + +
Divisi mandibula
- Sensibilitas + +
53
N. VI (Abducens)
KANAN KIRI
Gerakan mata ke lateral + +
Sikap bulbus Tenang Tenang
Diplopia - -

54
N. VII (Fascialis)
KANAN KIRI
Raut wajah Simetris
Sekresi air mata + +
Mengerutkan dahi Simetris
Mengangkat alis Simetris
Menutup mata Simetris
Mencibir/bersiul Simetris
Memperlihatkan gigi Simetris
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dilakukan

Hiperakusis Tidak ada


55
N. VIII (Vestibulocochlearis)
KANAN KIRI
Suara berisik (+) (+)
Detik arloji (+) (+)
Tes Swabach
Tes Rinne Tidak dilakukan
Tes Weber

N. IX (Glossopharyngeus)
KANAN KIRI
Sensasi lidah 1/3 + +
belakang
Reflek muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan

56
N. X (Vagus)
KANAN KIRI
Denyut nadi Teraba, regular
Arcus pharynx Simetris
Bersuara Baik
Menelan Tidak ada gangguan

N. XI (Accesorius)
KANAN KIRI
Memalingkan kepala Normal Normal
Sikap bahu Simetris Simetris
Mengangkat bahu Normal Normal
57
N. XII (Hipoglossus)
KANAN KIRI
Menjulurkan lidah Tidak ada deviasi
Kekuatan lidah Baik
Atrofi lidah Tidak ada
Fasikulasi Baik
Tremor lidah Tidak ada

58
Motorik :
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
KANAN KIRI KANAN KIRI
Gerakan Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas
Kekuatan 555 555 555 555
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Sensorik :
Sensibilitas taktil Baik
Sensibilitas nyeri Baik
Sensibilitas termis Baik
Pengenalan 2 titik Tidak dilakukan
Pengenalan rabaan Tidak dilakukan

59
Reflek Fisiologi
KANAN KIRI
Reflek bicep (+) (+)
Reflek tricep (+) (+)
Reflek patella (+) (+)
Reflek achilles (+) (+)

Reflek Patologis
KANAN KIRI
Hoffman tromer (-) (-)
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)

60
Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi emosi : baik
Fungsi kognisi : baik

61
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Hb : 14,8 g/dl
Ht : 43,2 %
Leukosit : 14.710 / m3
Trombosit : 337.000

Rencana Pemeriksaan Tambahan


EEG
Brain CT-Scan
62
DIAGNOSIS
Diagnosa klinis : Epilepsi
Diagnosa topik : hipokampus
Diagnosa etiologi : Idiopatik
Diagnosa sekunder : tidak ada

63
PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA :
Obat anti epilepsi : Karbamasepin 2 x 300 mg
PO
Fenitoin 1 x 100 mg
Asam valproat 1 x 500 mg
Neuro protektan: Piracetam 800 mg 3 x 1 PO

64
NON MEDIKAMENTOSA :
Istirahat
Minum Obat Teratur

PROGNOSA
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad cosmeticum : dubia ad bonam

65
Kesimpulan
Seorang laki laki berumur 29 tahun dengan
diagnose klinis epilepsy. Dari anamnesa
didapatkan kejang saat 30 menit sebelum masuk
rumah sakit. Awalnya kejang dirasakan 5-10
menit, terjadi tiba tiba saat pasien sedang duduk.
Saat kejang ada keluar busa dari mulut pasien.

66
Setelah kejang pasien mengalami penurunan
kesadaran selama kurang lebih 2 menit.
Sebelum kejang pasien mengeluhkan sakit
kepala, mual dan muntah. Di perjalanan ke RS
muntah 1 kali. Muntah berisikan apa yang
dimakan. BAB dan BAK normal seperti biasa.

67
Pemeriksaan fisik menunjukan status
generalisata dan status internus
menunjukan hasil yang normal. Dengan
GCS : E4M6V5. Serta tidak didapatkan
kelaianan pada tanda rangsangan
meningeal.

68
Pemeriksaan Laboratorium menunjukan
Hb 14,8 g/dl, Ht 43,2 %, Leukosit
14.710 / m3 . Trombosit 337.000.
Didapatkan diagnosa epilepsy dengan
diagnosa topic hipokampus dan
diagnosa etilogi idiopatik.
Dapat dilakukan rencana pemeriksaan
tambahan EEG dan brain CT Scan untuk
memastikan diagnose epilepsy.
69
TERIMA KASIH

70

Anda mungkin juga menyukai