Anda di halaman 1dari 54

BIOAKUSTIK

Dr.H. Moefied Wibisono, Sp.FK


Laboratorium Fisika Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Macam bunyi berdasarkan frekuensi
1. Infrasonik :
- Frekuensi 0-16 Hz
- Getaran tanah, bangunan, gempa bumi
- Mengakibatkan perasaan kurang
nyaman/discomfort, kelesuhan/fatigue, perubahan
penglihatan, fibrasi tubuh resonansi dan nyeri.
2. Audiosonik :
- Frekuensi 16 20.000 Hz
- Bunyi dapat didengar telinga manusia
- Nilai ambang telinga kepekaan telinga terhadap
bunyi dengan frekuensi 1000 Hz, energi 10-16
watt/cm2 dan intensitas 0 dB
3. Ultrasonik :
- Frekuensi > 20.000 Hz
- Daya tembus jaringan besar sehingga digunakan
untuk aplikasi klinis berupa diagnostik dan terapi
Akibat fisik terhadap absorbsi gel. akustik

Efek fisiologis akibat berkas energi akustik melalui


medium / jaringan tubuh karena suhu naik, variasi
tekanan rapatan, renggangan dan cavitation.
Absorbsi gelobang bunyi terhadap medium : I = Io e-x
Io = energi semula; I= energi setelah menembus
jaringan setebal x ; = koefisien absorbsi.
Jumlah energi yang diserap per satuan volume per
detik: E= I
Energi akustik yang diserap bertubah menjadi kalor
sehingga suhu penyerap naik jumlah kalor yang hilang
melalui konduksi dan radiasi bertambah suhu akhir
seimbang
Pada gel. ultrasonik tanpa cavitasi, akibat pengaruh
tekanan terhadap jaringan karena p= (2VI)2
= masa jenis jaringan, V = cepat rambat
gelombang, I = intensitas. Gel. ultrasonik pada intensitas
3,5 x 105 watt/m2 perubahan tekanan 10 atm
perubahan struktur protoplasma.

Cavitasi : proses pemisahan lapisan lapisan zat cair


karena berkurangnya tekanan hidrostatik gerakan inti
dari gerakan molekul mengembang karena tekanan
negatif molekul2 lain masuk kedalam ruangan
mengakibatkan gelembung2.
Efek medan sonik dengan intensitas tinggi:
a. Intensitas 95 100 dB :
Tekanan dan peregangan meningkat
penyebaran energi molekul jaringan kerusakan
membrana basilaris, membrana coclearia, organon
corti dan nervus cochlearis perseption hearing
loss.
b. Daya 3 kW pada 800 Hz :
Gangguan bias camera occuli anterior , humor
aquaeus bayangan tidak tepat pada fovea
centralis penglihatan kabur
c. Daya 5 8 kW pada 800 Hz :
Potensial membran CNS meningkat depolarisasi
meningkat potensial aksi lebih besar dari nilai
ambang daya kontrol CNS hilang, daya ingat
hilang dan paralyse otot-otot tubuh
d. Daya 4 W pada 14 kHz :
Endolymphe di canalis semi sircularis mendorong
ke arah ampula (ampulopetal) reaksi:
1. Sensitive : Vertigo.
2. Motorik : - Otot2 mata nystagmus.
- Otot2 tubuh parastesia
(kesemutan).
3. Vegetatif : Mual, muntah dan keringat
dingin.

e. Daya 2 kW pada 3 9 kHz:


Tekanan mekanik meningkat penyebaran energi
molekul2 jaringan rasa terbakar anggota tubuh,
suhu tubuh meningkat 40,50oC.
Ultrasonografi (USG)
USG adalah imaging (pencitraan) diagnostik
pemeriksaan organ2 tubuh untuk mempelajari
bentuk, ukuran, anatomi, gerakan dan hubungan
jaringan sekitar menentukan kelainan organ2
tubuh.

USG sebagai pemeriksaan non invasive, tidak sakit,


cepat, nilai diagnostik tinggi, tidak ada.kontra
indikasi.

Prinsip :
Gel. ulrasonik 1 10 MHz dari transducer
perubahan bentuk kristal Piezo-elektrik gaya2
mekanis kristal tegangan listrik medan listrik
polaritas ke amplifier pulsa listrik
ossiloskop cahaya.
Mekanisme :

Ultrasonik organ tubuh echo

Chracteristic acoustic impedance


( interface impedance)

Piezo elektrik effect

internal echo organ


Instrumentasi :

Sb listrik kristal PE Ultrasonik organ tubuh

tenaga listrik Cathoda Ray Tube Polaroid fotografi


(CRT)
Cara Kerja :
Tranduser sebagai pemancar, penerima, pengubah pulsa listrik
generator energi akustik dipancarkan ke organ / tubuh
sebagian dipantulkan, merambat dan menembus jaringan
echo.
Pantulan echo jaringan membentur transducer pulsa listrik
dan diperkuat cahaya pada ossiloscop.
Transducer digerakkan melalui irisan bagian tubuh
gambaran irisan tubuh pada monitor.

Pembentukan gambar irisan:


Tiap jaringan mempunyai impedance acoustic tertentu dalam
jaringan:
- Heterogen macam macam echo ~ echogenic
- Homogenic memiliki sedikit atau tidak sama sekali echo ~
an echoic (kista, ascites, pericardial / pleural effusion)
Jenis transduser:
a. 2,5 3,5 MHz: Jarak tembus 18 24 cm rongga abdomen.
b. 7,5 MHz: Permukaan organ irreguler thyroid, mammae.
c. 2,25 MHz: Kedalaman tinggi, terutama B scan gemuk, hamil tua.
d. 7,5 10 MHz: Digunakan pada jaringan permukaan, anak2.

Mode display:
Dicken (1976), Bertim dan Crow (1977), Taylor (1978), pemeriksaan
organ tubuh dengan USG mode A, B dan M.
1. A mode ( Amplitudo modulation, A scan):
a. Gelombang suara bagian permukaan organ 1 demensi.
(informasi kurang dari X ray)
b. Gambaran pada axis ossiloscope gambaran amplitudo
c. Gambaran defleksi vertical.
d. Pemeriksaan cerebral Echo-encephalografi.
2. B mode (Brightness Modulation, B scan):
a. Gambaran titik2 terang berbeda penampang
organ tubuh 2 dimensi.
b. Echo sebagai seri titik2 dan garis terang gelap.
c. Menggerakan transducer kumparan titik ~
tomografi.
d. Pemeriksaan:Thyroid, mammae, hati, empedu,
pancreas, renal, uterus, dan tumor abdomen.

3. T M mode (Time motion mode, Time position scan, M


scan):
a. Transducer diarahkan ke organ bergerak
evaluasi gerakan organ.
b. Transducer tidak digerakkan jarak
transducer dan organ berubah garis2
bergelombang.
c. Pemeriksaan : Jantung (gerakan valvula)
Ultrasound cardiogram (Echocardiogram),
biasanya dilengkapi ECG dan
Phonocardiografi.
Azas Doppler
Sumber bunyi berfrekuensi berderajat tinggi bila sumber
bunyi mendekati pendengar dan sumber bunyi menjauhi
pendengar berderajat rendah dan sebaliknya bila pendengar
mendekati sumber bunyi berderajat tinggi. Percobaan sumber
bunyi / pendengar Doppler Shift
Efek yang timbul akibat bergeraknya sumber bunyi /
pendengar Efek Doppler.
Pendengar mendengar sumber bunyi berfrekuensi f :
Vs kecepatan sumber bunyi
V + v0 Vo kecepatan pendengar
fd = fo V kecepatan rambat bunyi
V + vs fo frekuensi mula mula
fd frekuensi didengar
Bila sumber bunyi dan pendengar saling menjauhi, tanda pada v
dalam persamaan harus dibalik.
Ultrasonic Doppler Scan :
Efek Doppler dengan cara menambah / mengurangi
frekuensi ultrasonik yang disesuaikan dengan gerakan
yang diperiksa.
Untuk pemeriksaan : - Denyut jantung janin
- Kecepatan dan arah aliran darah
Ultrasonotherapy (UST)
Ultrasonik sebagai salah satu alternatif terbaik untuk diagnosa
dan terapi penyakit.
Keuntungan Ultrasonik sebagai terapi
Penggunaan praktis untuk semua umur
Tidak perlu ruangan khusus dan daya listrik tinggi
Harga terjangkau semua lapisan masyarakat

Efek biologis ultrasonic


Reaksi termal
Energi ultrasonic peningkatan permeabilitas membran dan
perubahan potensial membran panas
Reaksi non thermal
Energi ultrasonic peningkatan gradien konsentrasi ion ion
melintasi membran sel peningkatan kecepatan difusi
Dosis
Frekuensi 0,8 1 MHz
Intensitas 0,5 4 watt/cm2
Maksimum amplitudo 5 atm
Durasi perlakuan 5 10 menit per bidang
Perlakuan diberikan 2x sehari atau 3x per minggu
Indikasi
Diathermi : Rheumatoid arthritis, gangguan ligamen,
infratendon, gangguan capsul sendi, dan fraktur
Dosis frekuensi 1 5 MHz; intensitas 1 watt/ cm2
Parkinson disease dan Meniere Syndrome
Dosis = diathermi
Ultrasonic menghancurkan sel sel basal ganglion dan
jaringan dekat telinga tengah
Batu ginjal penghancuran batu dengan frekuensi 20 200
KHz selama 5 menit
Kontra Indikasi
Mata: Cavitasi humor aquaeus kerusakan mata
Uterus yang hamil: Cavitasi cairan amnion malformasi
fetus
Tumor: Pertumbuhan yang lebih cepat
Telinga dan pendengaran
Aspek fisik konkonduksi suara dalam telinga
Telinga sebagai biological transducer sebagai
microphone.

Gejala akustik telinga:


1. Tekanan dalam telinga berubah-ubah daya penguat
(amplifier action) atau pemindah (transformer action)
2. Energi yang hilang dihasilkan dari impedansi mekanik
(mechanical impedance)
3. Variasi frekuensi dihasilkan dari resonansi udara dalam
telinga (resonance phenomena)

Daya penguat struktur telinga:


Auricula berfungsi sebagai trompet untuk
mengkonsentrasikan suara dan pada canalis acusticus
externus resonansi taraf intensitas dengan cara
amplifikasi dan resonansi 17 22 dB pada frekuensi 300
MHz, panjang kanal .
Impedansi struktur telinga:
Impedansi penerima suara berhubungan dengan
besarnya gelombang pantul dan sudut fase antara
gelombang pantul dan gelombang datang.
Besarnya impedansi telinga dalam (inner car)
9x104 watt sec/cm2.
Rangsangan frekuensi suara pada telinga
tergantung dari elastisitas membrana tympani,
sistem ossicles dan membrana cochlearis.

Resonansi pada telinga


Frekuensi pada Canalis acusticus externus 2800
Hz dan cavum tympani 800 1500 Hz.
Telinga secara anatomi terdiri dari:
Telinga luar
Telinga tengah
Telinga dalam (labyrinth)

Telinga luar terdiri:


1. Daun telinga (auricula): Berfungsi sebagai
pengumpul suara, merupakan tulang rawan yang
dilapisi kulit dan melekat erat pada perikondrium.
2. Canalis acusticus externus (CAE)Berfungsi
menghantarkan suara ke membran tympani.
Bagian medial terdapat rambut dan kelenjar
sebaceus serta cerominus cerumen sebagai
pelembab dan perhanan tubuh.
Telinga tengah terdiri dari:
1. Cavum tympani :
Merupakan suatu ruang (seperti box) tidak beraturan, berisi
udara, terletak di dalam tulang temporal dan berisi tulang
pendengaran serta musculus tensor tympani dan stapedius.
2. Cellulae Mastoideum (Cavum Mastoideum) :
Merupakan suatu bentukan 3 sisi pyramida , atapnya: fossa
cranii media, dinding medialnya : dinding lateral fossa cranii
posterior, dinding anterior ; aditus ad antrum, dinding lateral
bagian dari auricula
3. Tuba eustachius:
Menghubungkan telinga tengah dengan nasopharynx.
Terdiri dari: pars osseum lateral, pars cartilagenes medial.
Berfungsi:
a. Ventilasi : Sesuai Hukum Boyle, volume udara berbanding terbalik
dengan tekanannya.
Pada naik pesawat: Tekanan mula2 1 atm, setelah pesawat naik
tekanan udara menurun karena ketinggiannya nyeri.
Pada menyelam: Menurunya volume udara dalam cavum tympani
karena tekanan tinggi tertariknya membrana tympani ke arah
dalam nyeri.
b. Drainage : Berfungsi untuk membuang cairan telingan tengah.
c. Proteksi : Dengan tertutupnya tuba eustachius akan memproteksi
telinga tengah dari infeksi dan sekresi nasopharing.
Telinga dalam dan reseptor pendengaran:
Telinga dalam (labyrinh) berfungsi sebagai :
1. Sistem pendengaran.
2. Sistem keseimbangan.
Labyrinh mempunyai bagian tulang (lab. osseus) dan membrane
(lab.membranaseus). Reseptor sensoris sistem pendengaran
didalam lab. membranaseus didalam cochlea berbentuk seperti
rumah siput dengan lengkungan /putaran 2,5 kali dengan panjang
35 mm dengan axis sebagai modulus berisi kumpulan nervus dan
arteri.
Cochlea 3 bagian: scala vestibule, scala media dan scala tympani.
Sc Vest. dan sc Tymp. berisi perilympe dan bertemu diujung cochlea
~ helikotrema di sistem keseimbangan. Sc media sebagai lab.
membraneus berisi endolymph mempunyai konsentrasi ion K > ion
Na dan sebaliknya pada perylimph.
Atap sc media ~ membrane Reissners / vestibular yang
berhubungan scala vestibule; dasarnya ~ membrane basiler
berbatasan sc tymphani terdapat Organon of Corti ~ organ
preseptor pendengaran terdiri 1 deretan Inner Hair Cell (3.000
buah) dan deretam Outer Hair Cell (12.000 buah).
Pada sisi dekat foramen ovale, membrane basiler sempit dan
berfungsi menerima rangsangan frekuensi tinggi, sedangkan dekat
helikotrema lebar dan berfungsi menerima rangsangan frekuensi
rendah.
Organon Corti:
- Struktur mengandung sel2 reseptor pendengaran terletak pada
membrana basilaris sebagai sel rambut tersusun 2 baris.
- Fungsi mengubah energi mekanis energi listrik.

Fenomena Organon Corti:


1. Mekanik Impedense matching:
- Halangan tandingan antara gelombang suara dan getaran
suara dalam cochlea karena cairan cochlea mempunyai energi
lebih besar dari udara jumlah tekanan cairan naik akibat
gerakan membrana tympani dan system ossicles.
- 50 % 90 % sempurna untuk frekuensi 300 Hz 3000 Hz
penggunaan energi gelombang suara datang.
2. Listrik potensial endocochlear:
- Potensial listrik 80 mV terdapat sepanjang waktu pada
endolymph dan perilymph dengan muatan positif di dalam dan
negatif di luar scala media.
- Diakibatkan sekresi K + pada pompa ion dalam scala media.
Suara dan transmisinya
Suara dihantarkan melalui udara dalam rangkaian gelombang
dihantarkan di udara dengen kecepatan 1.235 km/jam atau 330
m/sec. Suara berfrekuensi tinggi (high pitch) mempuenyai frekuensi
15.000 Hz; suara frekuensi rendah (low sound) mempunyai frekuensi
100 Hz

Suara masuk ke dalam MAE dihantarkan ke CAE membran


tymphani (MT) yang berfungsi mengumpulkan suara pada
permukaannya dan bergetar terhadap suara 20-20.000 Hz.
Bila intensitas 60dB frekuensi yang dapat didengar 500-5.000 Hz.
Frekuensi getaran MT tergantung frekuensi suara dan besar gerakan
tergantung intensitas Semakin tinggi frekuensinya semakin cepat
gelombangnya, semakin besar intensitasnya semakin lebar
gerakannya.
Frekuensi getaran MT tergantung frekuensi suara dan besar
gerakan tergantung intensitas Semakin tinggi frekuensinya semakin cepat
gelombangnya, semakin besar intensitasnya semakin lebar gerakannya.
MT merubah gelombang suara (tekanan fisik) gerakan
mekanik. Tulang MIS dan di dalam telinga tengah membesarkan gerakan
MT dan mengkonduksikan getaran ke telinga dalam.

Hantaran suara di dalam telinga bagian dalam


MT berkaitan dengan maleus, sedangkan stapes melekat pada
foramen ovale. Inkus diantara maleus dan stapes, karena ketiga tulang
ini berikatan gerakan MT menyebabkan gerakan menggoyangkan
stapes. Karena diameter MT 22 x lebih besar dan gerakan foramen
ovale 1 meter gerakan MT 22 meter gerakan foramen ovale
tekanan perilymph dan sc vestibuli. Karena cochlea di dalam tulang
gelombang hanya diteruskan ke foramen rotundum. Foramen ovale
bergerak masuk foramen rotundum bergerak keluar. Semakin keras
suara semakin kuat gerakannya; semakin tinggi frekuensi semakin
pendek durasi gerakannya. Kecuali frekuensi < 20 Hz tidak ada
pergerakan cairan vestibular ke sc tymphani.
Membran basiler dekat foraman rotundum, relative kaku dan
sempit bergetar oleh suara lebih tinggi, sedangkan ujung distal
relative lebih luar dan longgar akan bergetar oleh frekuensi rendah.
Sel rambut dalam sc media menyediakan informasi frekuensi dan
intensitas suara ke otak berupa dimana dan berapa jumlah distorsi
yang terjadi.

Perjalanan saraf pendengaran


Sel rambut menstimulasi aktifasi sensory neuron yang membawa informasi
ke otak. Proses pusat ini mengkoordinasi sejumlah respons ke stimuli akustik ~
reflek pendengaran mengubah posisi kepala akibat suraa keras dan
mendadak. Sebelum di korteks cerebri dan kesadaran; sensori pendengaran
bersinaps di thalamus korteks pendengaran di lobus temporalis. Jika
korteks pendengaran rusak respons suara dan reflek pendengaran normal,
kesulitan dan tidak dapat interpretasi serta pergerakan suara. Kerusakan di
dekat area asosiasi mampu mendengar tetapi tidak dapat mengartikan
Tahap2 sensasi pendengaran:
1. Gelombang suara tiba di membrane tympani.
2. Gerakan MT menyebabkan gerakan maleus.
3. Gerakan maleus menyebabkan gerakan inkus dan stapes.
4. Gerakan stapes mendorong foramen ovale gel. tekanan dalam
perilymph dari scala vestibuli.
5. Gelombang tekanan dalam perilymph mendistorsi membran basilaris.
6. Distorsi membran basilaris sel rambut organon corti.
7. Gerakan sel rambut organon corti stimulasi neuron sensoris n.
cochlearis.
Test Tajam Pendengaran
Fisiologi fase proses mendengar
1. Fase konduksi : Getaran dalam udara (energi mekanis) masuk meatus
acusticus externus (MAE) membrana tympani ossiculae (maleus, incus,
stapes). Secara anatomis proses konduksi berakhir dengan gerakan stapes,
secara fisiologis dilanjutkan dengan gelombang perilymphe.
2. Gel. perilymphe gel. endolymphe merangsang organ corti, perubahan energi
mekanis energi elektris.
3. Energi elektris : syaraf pendengaran pusat pendengaran.

Tujuan test tajam pendengaran:


Untuk mengetahui:
1. Pendengaran berkurang / tuli atau normal
2. Derajat ( berat / ringan ) kekurangan pendengaran
3. Lokalisasi penyebab ketulian
Macam tuli:
1. Tuli konduksi / conduction hearing loss:
Kelainan pada : MAE, membrana tympani dan ossicula (
maleus, incus, stapes)
2. Tuli persepsi / Perception hearing loss:
Kelainan pada : organa corti, saraf ( N vestibularis, N
cochlearis, dan pusat saraf pendengaran di otak)

Pelaksanaan TTP:
1. TTP bicara : Suara bisik dan suara konversi
2. TTP garpu tala
3. TTP audio-metri

Test suara konversi:


Kerugiannya :
1. Normal orang dapat mendengar suara konversi 200 m
2. Tak ada tempat pemeriksaan jarak 200 m
3. Suara konversi tak konstan : keras / lunak, tinggi / rendah,
nyaring / parau
TTP suara bisik
Suara bisik ~ suara yang dibisikkan dengan udara cadangan
dalam paru / udara yang tertinggal setelah ekspirasi normal.

Syarat Test
1. Kamar pemeriksa :
- Ukuran kamar 4 x 5 6 meter.
- Sunyi dan tak menimbulkan gaung.
2. Penderita:
- Telinga yang diuperiksa dihadapkan pemeriksa dan
tidak diperiksa ditutup kapas yang dibasahi glyserin.
- Mata ditutup.
3. Pemeriksa:
- Kata2 yang dibisikkan bersuku satu / dua (mama, susu
sapi) mengandung huruf lunak: b, d, h, k, l, m, n, g dan
huruf desis : s, f, c.
Pelaksanaan:
Dimulai pada jarak 1m, bila kata kata didengar dengan betul, periksa
dilanjutkan dengan jarak 2m, 3m, 4m, 5m, dan 6m.

Hasil pemeriksaan:
1. Kuantitatif:
Bila mendengar suara bisik pada jarak:
- 10 6 m : Normal
- 6 4 m : Praktis normal
-1m : Tuli sedang
- 10 cm : Tuli berat
- 0 cm : Tuli total
Pegawai negeri: - Ke 2 telinga mendengar suara bisik 4 meter
- Bila telinga yang satu 2m dan lainnya 6 meter
2. Kualitatif: Untuk menentukan apakah tuli konduksi atau tuli persepsi
Secara konvensional
Tuli konduksi Tidak dapat mendengar perkataan huruf lunak.
Gajah diulang kaca, meja becah
Tuli persepsi Tidak dapat mendengar perkataan huruf desis.
Cecak diulang kakak, susu uu
TTP Garpu tala
Macam TTP dengan garpu tala:
Menentukan garis pendengaran ( batas atas dan batas bawah
)
Test Schwabach
Test Weber
Test Rinne

Menentukan garis pendengaran ( batas atas dan batas bawah )


Cara : Garpu tala disentuh dengan lunak terdengar oleh
telinga normal dipegang di muka
MAE dalam posisi tegak lurus, kedua kaki garpu tala
berada dalam satu garis lurus yang
menghubungkan MAE kanan dan kiri dari frekuensi
paling rendah ke paling tinggi
dibunyikan dan dicatat setiap telinga.
Batas Bawah ( frekuensi terendah):
~ frekuensi terendah yang masih dapat didengar.
16 Hz, 32 Hz, 64 Hz, tidak dapat didengar, hanya dirasakan
sebagai vibration.
mulai dapat mendengar f = 128 Hz.
128 Hz atau 256 Hz ( nada rendah ) tidak terdengar ~ tuli
konduksi batas bawah meningkat.

Batas atas ( frekuensi tertinggi ):


~ frekuensi tertinggi yang masih dapat didengar.
Frekuensi tertinggi yang dapat didengar pada dewasa normal /
anak yaitu 16.000 Hz / 20.000 Hz batas atas.
Audiometer memeriksa frekuensi tinggi ( 8000 10.000 Hz ).
Pemeriksaan frekuensi tinggi ( 20.000 Hz ) digunakan untuk riset.
Batas atas menurun pada tuli persepsi tidak dapat mendengar
frekuensi / nada tinggi seperti normal.
Test Schwabach
Dasar:
Gelombang gelombang dalam endolymphe dapat karena:
1. Getaran getran yang datang melalui udara.
2. Getaran yang datang melaui kranium tengkorak khususnya os
temporalis.
Normal : 256 512 Hz didengar melalui tulang dalam 70 detik.
Tuli konduksi frekuensi tersebut perlu waktu > 70 detik.
Tuli persepsi frekuensi tersebut perlu waktu < 70 detik.

Tujuan:
Membandingkan daya transpor melalui tulang ( mastoid ) antara
pemeriksa pada pendengaran normal dengan penderita.
Teknik:
Garputala 512 Hz dibunyikan keras, karena bila dengan 256 Hz bisa
meragukan dan dapat dirasakan sebagai vibrasi.
Tangkai garputala diletakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
Pemeriksa tidak mendengar bunyi garputala diletakkan pada planum
mastoid penderita dalam posisi tegak lurus.
Telinga kanan dan kiri diperiksa secara terpisah.

Kemungkinan hasil:
Penderita masih mendengar bunyi lebih lama dari pemeriksa yang normal
test Schwabach memanjang tuli konduksi
Penderita tidak mendengar bunyi pemeriksaan diulangi tetapi dimulai dari
penderita lalu pemeriksa, bila pemeriksa :
1. Tidak mendengar ( setelah penderita tidak mendengar ) penderita
dan pemeriksa normal
2. Masih mendengar ( setelah penderita tidak mendengar ) penderita
mendengar lebih pendek dari pemeriksa test Schwabach memendek
tuli persepsi
Test Weber
Getaran melalui tulang dialirkan segala arah dari tengkorak terdengar di
seluruh bagian kepala.
Patologis MAE / cavum tympani ( Otitis media purulanta pada telinga kanan ):
Pus di cavum tympani ikut bergetar bila dibunyikan getaran terdengar di
sebelah kanan lateralisasi kanan.
Tujuan:
Membandingkaan daya transpor melalui tulang sebelah kanan dan kiri
penderita.
Teknik:
Garpu tala 512 Hz dibunyikan keras.
Diletakkan secara vertikal di garis median dari kepala: atas kepala, kening,
glabella, rahang atas.
Tanyakan pada penderita disisi mana yang lebih keras terdengar.
Hasil:

ormal kanan kiri sama keras.

Lebih keras sebelah kanan lateralisasi ke kanan bisa karena :


1.Tuli konduksi kanan ( Otitis media di telinga kanan ).
2.Tuli konduksi kedua telinga tetapi kanan > kiri.
3.Tuli persepsi kiri karena hantaran kesebelah kiri terganggu maka
didengar di sebelah kanan.
4.Tuli persepsi kedua telinga tepi kiri > kanan.
5.Tuli persepsi kiri dan tuli konduksi kanan ( jarang ).
Dengan test Weber saja diagnosa ketulian tidak dapat dipastikan.
Test Rinne
Dasar:
Bila garputala dibunyikan getaran melalui udara didengar dua kali
lebih lama dari pada melalui tulang.
Normal melalui tulang : 70 detik dan melalui udara 140 detik.
Tujuan:
Membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara pada
penderita.
Teknik:
Garputala 512 Hz dibunyikan keras.
Diletakkan pada planum mastoid penderita secara tegak lurus ( posisi I ).
Penderita tidak mendengar lagi garputala diangkat dan dibawa ke
permukaan MAE dalam posisi vertikal ( posisi II ).
Kedua kaki garputala terletak pada garis lurus menghubungkan MAE
kanan dan kiri pada jarak 1 cm dari tragus.
Hasil:
Bila pada posisi I penderita masih mendengar Rinne + ;
bila sebaliknya Rinne -.
Normal: Rinne +.
Tuli konduksi: Rinne -, karena getaran dapat didengar melalui
tulang lebih lama.
Tuli persepsi:
1. Rinne + posisi II masih mendengar.
2. Rinne posisi II ragu ragu mendengar atau tidak.
3. Pseudonegatif posisi I mendengar, telinga kiri normal,
sehingga mula2 positif timbul negative tuli persepsi kanan.

Penilaian test pendengaran:


Tuli konduksi: Terapi perbaikan pendengaran lebih banyak dengan
pengobatan atau operasi kecil prognosa lebih baik.
Tuli persepsi: Usaha terbatas keadaan berat , pengobatan tidak
memuaskan prognosa lebih jelek
Skema perbedaan tuli konduksi dan tuli persepsi

Keterangan Tuli konduksi Tuli persepsi


No (Conduction hearing loss) (Perseption hearing loss)

1 Test suara bisik -- +


- Huruf lunak + --
- Huruf desis

2 Batas bawah Naik Normal

3 Batas atas Normal Menurun

4 Test Schwabach Memanjang Memendek

5 Test Weber Lateralisasi ke sisi sakit Lateralisasi ke sisi sehat

6 Test Rinne -- +
( ragu ragu ) pseudonegatif
Audiometri
Audiologi ~ ilmu pengetahuan mempelajari tentang pendengaran.
Audiometri ~ pemeriksaan pendengaran dengan alat elektrokustik.
Audiometer ~ alat elektroakustik untuk memeriksa pendengaran.
Audiogram ~ gambaran hasil pemeriksaan pendengaran dengan audiometer.
1.Sesuatu bunyi adalah suatu bentuk dari pada tenaga / energi yang dialirkan
melalui udara.
2.Tiap bunyi/nada/pure tone selalu ditentukan frekuensi (satuan : Hz atau
cycle/sec) amplitudo/intensitas (satuan : dB).
3.Nada yang sensitif untuk telinga : f = 1000 Hz reference tone.
4.Jumlah energi yang sekecil-kecilnya yang diperlukan untuk dapat mendengar nada dari
1000 Hz : 1.10-16 W/cm2.
5.Untuk nada dari 1000 Hz ini maka tenaga tersebut dinamakan angka bawah, batas
bawah, threshold value, reference level, atau minimum audible.
6.Bila energi < 1.10-16 W/cm2 1.10-16 W/cm2.maka f = 1000 Hz tidak terdengar, tapi jika >
1.10-16 W/cm2 akan terdengar lebih keras karena amplitudo bertambah.
7.Dengan E = 10-11 W/cm2 bunyi yang enak didengar telinga disebut kekerasan bunyi
optimal dan bila dibandingkan dengan threshold value maka kekerasannya sama dengan :

10 11
= 105 kali lebih
10 16 keras
Intensitas sumber bunyi:

20 dB intensitas suara bisik atau suara daun ditiup angin


30 dB suara dalam kamar sunyi
40 dB suara lemah
50 dB percakapan sehari-hari = suara konversasi = optimal
60 dB suara keras
70 dB suara pada suasana jalan ramai
80 dB 20 cm berteriak dari auriculum
90 dB suara klakson mobil
100 dB suara mesin propeller pesawat terbang
180 dB suara mesin jet
Pure tone audiometri
Adalah pemeriksaan pendengaran dengan alat elektronakustik yang
memproduksi pure tone mulai f = 125 - 8000 Hz dengan menentukan
threshold dari frekwensi tersebut dalam satuan dB.
Threshold : Jumlah energi se-kecil2 nya yang diperlukan untuk
mendengarkan frekwensi pure tone.
Untuk nada dengan f = 1000 Hz perlu energi dengan 10-16 W/cm2 (reference
level = 0 dB)
Pada frekwensi lain memerlukan energi yang besarnya berlainan untuk
mencapai threshold
Pada keadaan patologis akan meningkat : Tuli perlu E = 10-12 W/cm2 untuk
dapat mendengar suara (pure tone) dengan f = 1000 Hz, perlu energi
sebesar 40 dB (sedang orang normal cukup 0 dB)
Di klinik tidak perlu nilai mutlak, tetapi cukup perbandingannya dengan orang
normal dimana yang diukur treshold melalui udara (air conduction) dan
melalui tulang (bone conduction).

Syarat pemeriksaan:
1. Tempat untuk pemeriksaan harus sunyi (sound treated/proof).
2. Audiometer yang sensitif dan dipelihara dengan seksama.
3. Pemeriksaan dikerjakan seorang tenaga pemeriksa berpengetahuan
tentang teknik pemeriksaan.
Teknik pemeriksaan:
1.Threshold ditentukan untuk tiap frekwensi.
2.Mulai dengan 1000 Hz karena paling sensitif untuk telinga.
3.Kemudian frekwensi : 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz lalu f = 500 Hz, f = 250 Hz,
f = 125 Hz.
4.Mulai dilakukan pemeriksaan pada telinga penderita yang menurut penderita
sendiri lebih baik pendengarannya.
5.Pemeriksaan :
a. Air conduction diperiksa dengan earphone.
b. Bone conduction dengan oscillator / vibrator diletakkan
pada planum mastoideum penderita.

Kesulitan teknik pemeriksaan:


1. Penderita tidak mengerti prosedur pemeriksaan dan jawabannya salah; konsentrasi
penderita karena
lelah / mengantuk sehingga pemeriksaan tidak boleh terlalu lama.
2. Pemeriksa yang tidak sabar dan terburu-buru.
3. Kalibrasi dan pemeliharaan audiometer 6 bulan sekali agar intensitas dan frekwensi
baik.
4. Tinitus aurium (berdenging) sukar mendengar pure tone terutama bila dekat treshold.
5. Perbedaan besar antara ketajaman pendengaran telinga kanan dan kiri penderita,
sedang masking tidak diberikan dengan baik.
Telinga kanan tuli tetapi telinga kiri tidak tuli ditest telinga kanan telinga kiri
yang sehat / pendengaran jauh lebih baik lateralisasi hal ini dapat dicegah jika
telinga yang tidak ditest dimasking dengan white noise ( kumpulan bunyi yang
ber-macam2 frekwensi dengan intensitas yang sama sehingga suaranya seperti angina)
telinga kiri tidak ikut mendengar.
Hasil pemeriksaan:

Sebagai grafik audiogram dengan frekwensi


dicantumkan pada
Absis dan intensitas pada ordinat.
*Reference point suatu nada: Intensitas terkecil
yang diperlukan
untuk dapat mendengar suatu nada oleh telinga
normal.
Telinga normal ditentukan secara experimental
dari orang
berumur 15 -20 tahun yang belum pernah
terkena penyakit telinga.
Tiap frekwensi mempunyai referensi point
tersendiri
audiometri membandingkan pendengaran penderita
dengan orang normal untuk suatu frekwensi tertentu.
Yang dapat dibaca dari audiogram
a.Derajat ketulian:
Frekuensi percakapan antara 300 - 3000 Hz (250 Hz - 2000 Hz)
Untuk menentukan derajat tuli: Angka yang diperoleh dari threshold frekwensi 500
Hz, 1000 Hz, 2000 Hz speech frequency.
Berdasarkan angka rata2 frekwensi ini ditentukan threshold :
0 - 15 dB : Normal
15 - 35 dB : Tuli ringan
35 - 60 dB : Tuli sedang
60 - 80 dB : Tuli berat
> 80 dB : Berteriak baru didengar penderita.
b.Macam tuli:
1.Tuli konduksi:
Audiogram: -Bone conduct threshold : Normal.
- Air conduct threshold : Menurun. air bone gap ( gap antara konduksi
melalui tulang dan udara ).
Telinga ditandai: - kanan ~ air conduct o-------o------o
bone conduct [--------[-------[
- kiri ~ air conduct x -------x------x
bone conduct ]--------]-------]
2. Tuli persepsi (sensor/neural hearing loss):
Audiogram: Bone dan air conduct threshold : Menurun pada level yang
sama
3. Tuli campuran (mixed hearing loss):
Audiogram: Bone conduct threshold: Menurun.
Air conduct threshold : Menurun tetapi lebih jelek dari pada
bone conduct threshold air bone gap.

Audiometri Vocal ( Speechaudiometri )


Kegunaannya untuk mempelajari nilai sosial dari pendengaran individu.
Audiometri tonal hanya memberi gambaran pendengaran untuk pure tone sehingga
harus disempurnakan dan disesuaikan dengan audiometri vocal.

Cara :
1.Ear phone:
Telinga kanan & kiri di test terpisah / bersamaan pemeriksa mengucapkan
kata2 yang disusun dalam deretan 10 - 20 kata, setiap deretan penderita
menirukan apa yang didengar dicatat berapa persen dapat menirukannya.
Permulaan kata2 diucapkan pada intensitas dengan nilai ambang rata2
audiometri tonal (misal 30 dB maka dimulai dari 30 dB) intensits dinaikkan
sampai ulangan kata2 oleh penderita mencapai 100% benar, misal dengan
intensitas 60 dB, 70 dB, dst.
Sering diklinik kata2 telah direkam pada tape kemudian dimasukkan audiometer
dan dipakai untuk mentest penderita.
Di test telinga satu / keduanya, diatur dari 0-120 dB.
2. Lip reading (lecture labial):
Penderita tuli masih tetap berusaha agar dapat berkomunikasi dengan
kompensasi membaca gerakan bibir.
Penderita tuli tidak dapat melaksanakan lip reading tetapi dalam waktu lama
akan lebih pandai dalam mempergunakan lip reading.
Syarat kata-kata yang digunakan :
Pada kata-kata itu harus sama banyaknya antara frekwensi tinggi dan rendah.
Suku kata yang digunakan harus sama banyaknya.
Pemilihan kata harus disesuaikan dengan lingkungan atau pekerjaan penderita.
Hasil
Grafik yang didapat disebut curve intelligibility.
Absis ~ intensitas kata yang diucapkan.
Ordinat ~ persentage kata-kata yang dimengerti penderita.

Kurva
Normal : bentuk S
Abnormal :
Lebih tegak dari pada normal
Tuli konduksi: Sejajar dengan normal tetapi intensitasnya lebih tinggi.
Tuli persepsi: Bentuk parabola, bentuk bell, tidak sejajar dengan normal, bentuk
plateau, bentuk lebih landai daripada normal.
Hasil yang terbaik harus diperiksa yaitu tonal audiometri dan speech audiometri.

Anda mungkin juga menyukai