Prinsip :
Gel. ulrasonik 1 10 MHz dari transducer
perubahan bentuk kristal Piezo-elektrik gaya2
mekanis kristal tegangan listrik medan listrik
polaritas ke amplifier pulsa listrik
ossiloskop cahaya.
Mekanisme :
Mode display:
Dicken (1976), Bertim dan Crow (1977), Taylor (1978), pemeriksaan
organ tubuh dengan USG mode A, B dan M.
1. A mode ( Amplitudo modulation, A scan):
a. Gelombang suara bagian permukaan organ 1 demensi.
(informasi kurang dari X ray)
b. Gambaran pada axis ossiloscope gambaran amplitudo
c. Gambaran defleksi vertical.
d. Pemeriksaan cerebral Echo-encephalografi.
2. B mode (Brightness Modulation, B scan):
a. Gambaran titik2 terang berbeda penampang
organ tubuh 2 dimensi.
b. Echo sebagai seri titik2 dan garis terang gelap.
c. Menggerakan transducer kumparan titik ~
tomografi.
d. Pemeriksaan:Thyroid, mammae, hati, empedu,
pancreas, renal, uterus, dan tumor abdomen.
Pelaksanaan TTP:
1. TTP bicara : Suara bisik dan suara konversi
2. TTP garpu tala
3. TTP audio-metri
Syarat Test
1. Kamar pemeriksa :
- Ukuran kamar 4 x 5 6 meter.
- Sunyi dan tak menimbulkan gaung.
2. Penderita:
- Telinga yang diuperiksa dihadapkan pemeriksa dan
tidak diperiksa ditutup kapas yang dibasahi glyserin.
- Mata ditutup.
3. Pemeriksa:
- Kata2 yang dibisikkan bersuku satu / dua (mama, susu
sapi) mengandung huruf lunak: b, d, h, k, l, m, n, g dan
huruf desis : s, f, c.
Pelaksanaan:
Dimulai pada jarak 1m, bila kata kata didengar dengan betul, periksa
dilanjutkan dengan jarak 2m, 3m, 4m, 5m, dan 6m.
Hasil pemeriksaan:
1. Kuantitatif:
Bila mendengar suara bisik pada jarak:
- 10 6 m : Normal
- 6 4 m : Praktis normal
-1m : Tuli sedang
- 10 cm : Tuli berat
- 0 cm : Tuli total
Pegawai negeri: - Ke 2 telinga mendengar suara bisik 4 meter
- Bila telinga yang satu 2m dan lainnya 6 meter
2. Kualitatif: Untuk menentukan apakah tuli konduksi atau tuli persepsi
Secara konvensional
Tuli konduksi Tidak dapat mendengar perkataan huruf lunak.
Gajah diulang kaca, meja becah
Tuli persepsi Tidak dapat mendengar perkataan huruf desis.
Cecak diulang kakak, susu uu
TTP Garpu tala
Macam TTP dengan garpu tala:
Menentukan garis pendengaran ( batas atas dan batas bawah
)
Test Schwabach
Test Weber
Test Rinne
Tujuan:
Membandingkan daya transpor melalui tulang ( mastoid ) antara
pemeriksa pada pendengaran normal dengan penderita.
Teknik:
Garputala 512 Hz dibunyikan keras, karena bila dengan 256 Hz bisa
meragukan dan dapat dirasakan sebagai vibrasi.
Tangkai garputala diletakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
Pemeriksa tidak mendengar bunyi garputala diletakkan pada planum
mastoid penderita dalam posisi tegak lurus.
Telinga kanan dan kiri diperiksa secara terpisah.
Kemungkinan hasil:
Penderita masih mendengar bunyi lebih lama dari pemeriksa yang normal
test Schwabach memanjang tuli konduksi
Penderita tidak mendengar bunyi pemeriksaan diulangi tetapi dimulai dari
penderita lalu pemeriksa, bila pemeriksa :
1. Tidak mendengar ( setelah penderita tidak mendengar ) penderita
dan pemeriksa normal
2. Masih mendengar ( setelah penderita tidak mendengar ) penderita
mendengar lebih pendek dari pemeriksa test Schwabach memendek
tuli persepsi
Test Weber
Getaran melalui tulang dialirkan segala arah dari tengkorak terdengar di
seluruh bagian kepala.
Patologis MAE / cavum tympani ( Otitis media purulanta pada telinga kanan ):
Pus di cavum tympani ikut bergetar bila dibunyikan getaran terdengar di
sebelah kanan lateralisasi kanan.
Tujuan:
Membandingkaan daya transpor melalui tulang sebelah kanan dan kiri
penderita.
Teknik:
Garpu tala 512 Hz dibunyikan keras.
Diletakkan secara vertikal di garis median dari kepala: atas kepala, kening,
glabella, rahang atas.
Tanyakan pada penderita disisi mana yang lebih keras terdengar.
Hasil:
6 Test Rinne -- +
( ragu ragu ) pseudonegatif
Audiometri
Audiologi ~ ilmu pengetahuan mempelajari tentang pendengaran.
Audiometri ~ pemeriksaan pendengaran dengan alat elektrokustik.
Audiometer ~ alat elektroakustik untuk memeriksa pendengaran.
Audiogram ~ gambaran hasil pemeriksaan pendengaran dengan audiometer.
1.Sesuatu bunyi adalah suatu bentuk dari pada tenaga / energi yang dialirkan
melalui udara.
2.Tiap bunyi/nada/pure tone selalu ditentukan frekuensi (satuan : Hz atau
cycle/sec) amplitudo/intensitas (satuan : dB).
3.Nada yang sensitif untuk telinga : f = 1000 Hz reference tone.
4.Jumlah energi yang sekecil-kecilnya yang diperlukan untuk dapat mendengar nada dari
1000 Hz : 1.10-16 W/cm2.
5.Untuk nada dari 1000 Hz ini maka tenaga tersebut dinamakan angka bawah, batas
bawah, threshold value, reference level, atau minimum audible.
6.Bila energi < 1.10-16 W/cm2 1.10-16 W/cm2.maka f = 1000 Hz tidak terdengar, tapi jika >
1.10-16 W/cm2 akan terdengar lebih keras karena amplitudo bertambah.
7.Dengan E = 10-11 W/cm2 bunyi yang enak didengar telinga disebut kekerasan bunyi
optimal dan bila dibandingkan dengan threshold value maka kekerasannya sama dengan :
10 11
= 105 kali lebih
10 16 keras
Intensitas sumber bunyi:
Syarat pemeriksaan:
1. Tempat untuk pemeriksaan harus sunyi (sound treated/proof).
2. Audiometer yang sensitif dan dipelihara dengan seksama.
3. Pemeriksaan dikerjakan seorang tenaga pemeriksa berpengetahuan
tentang teknik pemeriksaan.
Teknik pemeriksaan:
1.Threshold ditentukan untuk tiap frekwensi.
2.Mulai dengan 1000 Hz karena paling sensitif untuk telinga.
3.Kemudian frekwensi : 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz lalu f = 500 Hz, f = 250 Hz,
f = 125 Hz.
4.Mulai dilakukan pemeriksaan pada telinga penderita yang menurut penderita
sendiri lebih baik pendengarannya.
5.Pemeriksaan :
a. Air conduction diperiksa dengan earphone.
b. Bone conduction dengan oscillator / vibrator diletakkan
pada planum mastoideum penderita.
Cara :
1.Ear phone:
Telinga kanan & kiri di test terpisah / bersamaan pemeriksa mengucapkan
kata2 yang disusun dalam deretan 10 - 20 kata, setiap deretan penderita
menirukan apa yang didengar dicatat berapa persen dapat menirukannya.
Permulaan kata2 diucapkan pada intensitas dengan nilai ambang rata2
audiometri tonal (misal 30 dB maka dimulai dari 30 dB) intensits dinaikkan
sampai ulangan kata2 oleh penderita mencapai 100% benar, misal dengan
intensitas 60 dB, 70 dB, dst.
Sering diklinik kata2 telah direkam pada tape kemudian dimasukkan audiometer
dan dipakai untuk mentest penderita.
Di test telinga satu / keduanya, diatur dari 0-120 dB.
2. Lip reading (lecture labial):
Penderita tuli masih tetap berusaha agar dapat berkomunikasi dengan
kompensasi membaca gerakan bibir.
Penderita tuli tidak dapat melaksanakan lip reading tetapi dalam waktu lama
akan lebih pandai dalam mempergunakan lip reading.
Syarat kata-kata yang digunakan :
Pada kata-kata itu harus sama banyaknya antara frekwensi tinggi dan rendah.
Suku kata yang digunakan harus sama banyaknya.
Pemilihan kata harus disesuaikan dengan lingkungan atau pekerjaan penderita.
Hasil
Grafik yang didapat disebut curve intelligibility.
Absis ~ intensitas kata yang diucapkan.
Ordinat ~ persentage kata-kata yang dimengerti penderita.
Kurva
Normal : bentuk S
Abnormal :
Lebih tegak dari pada normal
Tuli konduksi: Sejajar dengan normal tetapi intensitasnya lebih tinggi.
Tuli persepsi: Bentuk parabola, bentuk bell, tidak sejajar dengan normal, bentuk
plateau, bentuk lebih landai daripada normal.
Hasil yang terbaik harus diperiksa yaitu tonal audiometri dan speech audiometri.