Anda di halaman 1dari 109

Pemicu 3

Kevin Harlan 405130065


Learning Objective
Mahasiswa Mampu Menjelaskan:
1. Undang-Undang Kedokteran Forensik
2. Menjelaskan Kematian
3. Pemeriksaan Forensik
4. Visum
LO 1
Undang-Undang Kedokteran Forensik
UU No.36 tahun 2009
Bagian Kedelapan Belas
Bedah Mayat
Pasal 117: Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung sirkulasi dan
sistem pernafasan terbukti telah berhenti secara permanen, atau apabila
kematian batang otak telah dapat dibuktikan.
Pasal 118
(1) Mayat yang tidak dikenal harus dilakukan upaya identifikasi.
(2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas
upaya identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya identifikasi mayat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
UU No.36 tahun 2009
Bagian Kedelapan Belas
Bedah Mayat
Pasal 119
(1) Untuk kepentingan penelitian dan pengembangan
pelayanan kesehatan dapat dilakukan bedah mayat klinis
di rumah sakit.
(2) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditujukan untuk menegakkan diagnosis dan/atau
menyimpulkan penyebab kematian.
(3) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan atas persetujuan tertulis pasien semasa
hidupnya atau persetujuan tertulis keluarga terdekat
pasien.
(4) Dalam hal pasien diduga meninggal akibat penyakit
yang membahayakan masyarakat dan bedah mayat klinis
mutlak diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan/atau
penyebab kematiannya, tidak diperlukan persetujuan.
UU No.36 tahun 2009
Bagian Kedelapan Belas
Bedah Mayat
Pasal 120
(1) Untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan biomedik dapat
dilakukan bedah mayat anatomis di rumah sakit pendidikan atau di institusi
pendidikan kedokteran.
(2) Bedah mayat anatomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dilakukan terhadap mayat yang tidak dikenal atau mayat yang tidak diurus oleh
keluarganya, atas persetujuan tertulis orang tersebut semasa hidupnya atau
persetujuan tertulis keluarganya.
(3) Mayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah diawetkan,
dipublikasikan untuk dicarikan keluarganya, dan disimpan sekurang-kurangnya 1
(satu) bulan sejak kematiannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bedah mayat anatomis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
UU No.36 tahun 2009
Bagian Kedelapan Belas
Bedah Mayat
Pasal 121
(1) Bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis hanya dapat dilakukan
oleh dokter sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.
(2) Dalam hal pada saat melakukan bedah mayat klinis dan bedah mayat
anatomis ditemukan adanya dugaan tindak pidana, tenaga kesehatan wajib
melaporkan kepada penyidik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 122
(1) Untuk kepentingan penegakan hukum dapat dilakukan bedah mayat
forensik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Bedah mayat forensik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh dokter ahli forensik, atau oleh dokter lain apabila tidak ada dokter ahli
forensik dan perujukan ke tempat yang ada dokter ahli forensiknya tidak
dimungkinkan.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas tersedianya
pelayanan bedah mayat forensik di wilayahnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan bedah mayat forensik
diatur dengan Peraturan Menteri.
UU No.36 tahun 2009
Bagian Kedelapan Belas
Bedah Mayat
Pasal 123
(1) Pada tubuh yang telah terbukti mati batang otak dapat dilakukan tindakan pemanfaatan organ
sebagai donor untuk kepentingan transplantasi organ.
(2) Tindakan pemanfaatan organ donor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan kematian dan pemanfaatan organ donor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 124
Tindakan bedah mayat oleh tenaga kesehatan harus dilakukan sesuai dengan norma agama,
norma kesusilaan, dan etika profesi.
Pasal 125
Biaya pemeriksaan kesehatan terhadap korban tindak pidana dan/atau pemeriksaan mayat untuk
kepentingan hokum ditanggung oleh pemerintah melalui APBN dan APBD.
LO 2
Menjelaskan Kematian
Kategori Kematian
Mati somatis (mati klinis) : terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang
kehidupan (saraf pusat, sistem KV, sistem pernapasan) yang
menetap/irreversible. Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks,
EEG datar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak
ada gerak pernapasan, suara napas tidak terdengar.
Mati suri : terhentinya ketiga sistem kehidupan, yang ditentukan
dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan canggih ketiga
sistem masih dapat berfungsi.
Kategori Kematian
Mati seluler (mati molekular) : kematian organ atau jaringan tubuh
yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis.
Mati serebral : kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversible kecuali
batang otak dan serebelum, kedua sistem lainnya masih berfungsi
dengan bantuan alat.
Mati batang otak : kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang
ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum
Tanda Kematian Tidak Pasti
Pernafasan berhenti, dinilai selama >10 menit
Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak
teraba
Kulit pucat
Tonus otot menghilang dan relaksasi
Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit
setelah kemarian
Pengeringan kornea keruh dalam waktu 10 menit yang masih
dapat dihilangkan dengan air
Tanda Kematian Pasti
Lebam mayat (livor mortis)
Kaku mayat (rigor mortis)
Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
Pembusukan (decomposition, putrefaction)
Adiposera (lilin mayat)
Mummifikasi
Cara Kematian
Wajar (natural death) = kematian korban oleh karena penyakit bukan
karena kekerasan atau rudapaksa.
Tidak wajar (un-natural death) = kecelakaan, bunuh diri, pembunuh.
Tidak dapat ditentukan (un-determined) = pada keadaan mayat telah
sedemikian rusak sehingga tidak dapat dinilai lagi.
Perkiraan Waktu Kematian
Perubahan mata
Kekeruhan kornea terjadi sejak 6 jam pasca mati, menjadi keruh pada 10-12
jam.
Perubahan pada retina menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati.
Tampak kekeruhan makula dan diskus optikus memucat hingga 30 menit
pasca mati.
Makula lebih pucat dan tepi tidak tajam pada 1 jam pasca mati.
Retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning pada 2 jam pertama
pasca mati.
Perkiraan Waktu Kematian
Perubahan mata
Pola vaskuler koroid menjadi kabur 3 jam pasca mati, setelah 5 jam menjadi
homogen dan lebih pucat.
6 jam pasca mati : diskus kabur, hanya pembuluh besar mengalami
segmentasi dengan latar belakang kuning-kelabu.
7-10 jam pasca mati : tepi retina dan batas diskus akan sangat kabur .
12 jam pasca mati : diskus hanya dapat dikenali melalui konvergensi bebera
pembuluh darah yang tersisa.
15 jam pasca mati : tidak ditemukan gambaran pembuluh darah retina dan
diskus, makula berwarna coklat gelap.
Perkiraan Waktu Kematian
Perubahan dalam lambung
Tidak dapat menunjukkan waktu pasti antara makan terakhir
dengan saat kematian.
Dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban sebelum
meninggal telah makan makanan tertentu.
Perubahan rambut
Menggunakan kecepatan tumbuh rambut kumis dan jenggot (0,4
mm/hari). Hanya pada keadaan tertentu.
Perubahan kuku
Menggunakan kecepatan tumbuh kuku (0,1 mm/hari). Hanya
pada keadaan tertentu.
Kadar kalium dalam cairan vitreus
Akurat dalam memperkirakan saat kematian antara 24-100 jam
pasca mati.
Perkiraan Waktu Kematian
Perubahan dalam cairan serebrospinal
< 10 jam : kadar nitrogen asam amino < 14mg%
< 24 jam : kadar nitrogen non-protein < 80mg%
< 10 jam : kadar kreatin < 5mg%
< 30 jam : kadar kreatin < 10mg%
Reaksi supravital : reaksi jaringan tubuh pasca mati
klinis yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh
pada seseorang yang hidup
Rangsang listrik : menyebabkan kontraksi otot mayat
hingga 90-120 menit pasca mati dan menyebabkan sekresi
keringat hingga 60-90 menit pasca mati.
Trauma : timbul perdarahan bawah kulit sampai 1 jam
pasca mati.
Proses Kematian
Lebam mayat (livor mortis)
Eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya
gravitasi, mengisi vena dan venula bercak ungu (livide)
pada bagian terbawah tubuh kecuali pada bagian tubuh
yang tertekan alat keras.
Mulai tampak 20-30 menit pasca mati, menetap setelah 8-
12 jam.
Lebam mayat yang hilang saat penekanan dan belum
menetap kematian < 8-12 jam.
Bila diiris dan disiram air warna merah akan hilang atau
memudar.
Proses Kematian
Kaku mayat (rigor mortis)
Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan
kerena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa
pemecahan cadang glikogen menjadi energi.
Dibuktikan dengan memeriksa persendian.
Mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis dimulai dari
bagian luar tubuh ke arah dalam, lengkap pada 12 jam,
dipertahankan selama 12 jam menghilang.
Faktor mempercepat : aktivitas sebelum mati, suhu tubuh
yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot otot kecil dan
suhu lingkungan tinggi.
Kekakuan pd mayat yg menyerupai kaku mayat : cadaveric
spasm, heat stiffening, cold stiffening.
Proses Kematian
Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
Faktor : suhu keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi
tubuh, pakaian
Cara pengukuran : 4-5 kali penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang
sama (minimal 15 menit)
Proses Kematian
Pembusukan (decomposition)
Tampak pada kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut
kanan bawah menyebar ke seluruh perut dan dada, PD bawah kulit tampak
melebar dan berwarna hijau kehitaman.
Pembentukan gas di dalam tubuh bagian tubuh
membengkak/mengembung.
Telur lalat beberapa jam pasca mati menetas dalam 24 jam pertama. Larva
lalat : kira kira 36-48 jam setelah mati identifikasi spesies lalat, panjang
larva usia larva usia mati.
Faktor mempercepat : suhu keliling optimal, kelembaban dan udara yang
cukup, banyak bakteri pembusuk, tubuh gemuk atau menderita penyakit
sepsis.
Proses Kematian
Adiposera
Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak, berbau
tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati.
Faktor mempercepat : kelembaban dan lemak tubuh yang cukup .
Faktor memperlambat : air yang mengalir yang membuang elektrolit.
Proses Kematian
Mummifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga
terjadi pengeringan jaringan yang selajutnya dapat menghentikan
pembusukan.
Jaringan berubah menjadi keras dan kering berwarna gelap, berkeript dan
tidak membusuk.
Faktor : suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang
dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu).
LO 3
Pemeriksaan Forensik
Alur Pemriksaan Forensik Klinik
KORBAN + SURAT PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM

Keterlibatan dokter forensik


DOKTER : dalam hal ini adalah di dalam
OBTETRI-GINEKOLOGI
pemeriksaan maupun
BEDAH
BIDANG SPESIALIS LAIN
pembuatan visum et
UMUM repertum, mengedit, agar
bahasa dalam pembuatan
visum et repertum dapat
dimengerti dan dipahami
DOKTER SPESIALIS oleh aparat penegak hukum
FORENSIK serta pihak penasehat
hukum

VISUM ET REPERTUM
Menentukan Sebab Kematian
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam pembedahan mayat (autopsi)
Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan toksikologis
Pemeriksaan bakteriologis
Cara Kematian
Wajar (natural death) = kematian korban oleh karena penyakit bukan
karena kekerasan atau rudapaksa
Tidak wajar (un-natural death) = kecelakaan, bunuh diri, pembunuh
Tidak dapat ditentukan (un-determined) = pada keadaan mayat telah
sedemikian rusak sehingga tidak dapat dinilai lagi
Identifikasi Forensik
Upaya untuk membantu penyidik menentukan identitas seseorang.
Identifikasi personal suatu masalah dalam kasus pidana / perdata.
Menentukan identitas personal dengan tepat penting dalam
penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam
proses peradilan.
Identifikasi Forensik
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi:
Pada jenazah tidak dikenal
Jenazah yang rusak
Membusuk
Hangus terbakar
Kecelakaan masal
Bencana alam
Huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal
Potongan tubuh manusia atau kerangka
Penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya
Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit 2 metode yang digunakan
memberikan hasil + (tidak meragukan).
Pemeriksaan Sidik Jari
Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari
antemortem.
Merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya u/
menentukan identitas seseorang.
Penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk
pemeriksaan sidik jari pembungkusan kedua tangan jenazah
dengan kantong plastik.
Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang
yang merasa kehilangan anggota keluarga / temannya.
Hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih
mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh > dari 1 org.
Hal ini perlu diperhatikan karena kemungkinan ada faktor emosi yang
turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal
identitas jenazah tsb.
Pemeriksaan Dokumen
Dokumen kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang
kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan
sangat membantu mengenali jenazah tsb.
Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam
tas / dompet yang berada dekat jenazah belum tentu milik jenazah
yang bersangkutan.
Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, dapat diketahui
merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang
semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi
pembusukan pada jenazah.
Khusus anggota ABRI, identifikasi dipermudah oleh adanya nama
serta NRP yg tertera pada kalung logam yang dipakainya.
Identifikasi Medik
Metode ini menggunakan :
Data umum : TB, BB, rambut, mata, hidung, gigi
Data khusus : tatto, tahi lalat, jar parut, cacat kongenital, patah
tulang
Metode ini punya nilai tinggi karena dilakukan oleh
seorang ahli dengan berbagai cara/modifikasi (termasuk
pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatannya
cukup tinggi.
Pada tengkorak/kerangka masih dapat dilakukan metode
ini.
Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin,
ras, perkiraan umur dan TB, kelainan pada tulang.
Pemeriksaan Gigi
Meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi
dan rahang.
Odontogram memuat data tentabg jumlah, bentuk, susunan,
tambalan, protesa gigi dsb.
Setiap individu memiliki susunan gigi yang khas dapat dilakukan
indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data
pembanding antemortem.
Pemeriksaan Serologik
Untuk menentukan golongan darah jenazah.
Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk
dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.
Metode Eksklusi
Digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yg
dapat diketahui identitasnya.
Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya
dengan menggunakan metode indentifikasi yang lain, sedangkan
identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode
tersebut diatas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar
penumpang.
Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus
Mutilasi)
Untuk menentukan apakah potongan jaringan berasal dari
manusia / hewan.
Menggunakan pemeriksaan pengamatan jaringan secara
makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik
berupa reaksi Ag-Ab(reaksi presipitin), kemudian tentukan
apakah potongan tersebut dari 1 tubuh.
Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, TB,
cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara
pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.
Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemeriksaan
makroskopik dan harus diperkuat dengan pem
mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks
wanita, seperti Drumstick pada leukosit dan badan Barr
pada sel epitel serta jaringan otot.
Identifikasi Kerangka
Untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah
kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur
dan TB, ciri khusus dan deformitas dan bila
memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah. Juga
dicari tanda kekerasan pada tulang dan
memperkirakan sebab kematian.
Perkiraan saat kematian memperhatikan
kekeringan tulang.
Metode superimposisi menumpukkan foto
Rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah orang
tersebut yang dibuat berukuran sama dan diambil
dari sudut pengambilan yang sama dicari adanya
titik-titik persamaan.
Identifikasi Kerangka
Pemeriksaan Anatomik u/ memastikan bahwa kerangka
adalah kerangka manusia.
Kesalahan penafsiran dapat timbul jika hanya terdapat sepotong
tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik/
reaksi presipitin dan histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal
Havers).
Penentuan ras pemeriksaan antropologik pada
tengkorak, gigi geligi, tulang panggul atau lainnya.
Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang
berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras
Mongoloid.
Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang
panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta
skapula dan metakarpal.
Identifikasi Kerangka
Tulang yang diukur dalam keadaan kering lebih pendek
2mm dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung
TB perlu diperhatikan.
Rata-rata TB laki-laki > wanita.
Ukuran pada tengkorak, tulang dada, dan telapak kaki
juga dapat digunakan u/ menilai TB.
Bila tidak ada individu yang dicurigai sebagai korban,
maka dapat diupayakan rekonstruksi wajah pada
tengkorak menambal tulang tengkorak tersebut
dengan menggunakan data ketebalan jaringan lunak pada
berbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada
masyarakat u/ memperoleh masukan mengenai
kemungkinan identitas kerangka tersebut.
Autopsi
Pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi
pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam,
dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau
adanya cedera, melakukan interpretasi atau
penemuan-penemuan tersebut, menerangkan
penyebab kematian serta mencari hubungan sebab
akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan
dengan penyebab kematian.
Tujuan :
Menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera
Melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan
tersebut
Menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab
akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan
penyebab kematian
Jenis Autopsi
Autopsi Klinik
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita
penyakit, dirawat di RS tetapi kemudian meninggal
Tujuan :
Menentukan sebab kematian yang pasti
Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama
perawatan sesuai dengan diagnosis postmodern
Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan
dengan diagnosis klinis dan gejala-gejala klinik
Menentukan efektivitas pengobatan
Mempelajari lazim suatu proses penyakit
Pendidikan para mmahasiswa kedokteran dan para dokter
Jenis Autopsi
Autopsi Klinik
Mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang
bersangkutan
Autopsi klinik lengkap
Pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut/ panggul, melakukan
pemeriksaan terhadap seluruh alat-alat dalam/organ
Autopsi klinik parsial
Terbatas pada satu/dua organ tertentu
Needle necroscopy terhadap organ tubuh tertentu pemeriksaan
histopatologik
Jenis Autopsi
Autopsi forensik/ Autopsi medikolegal
Terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan UU
Tujuan :
Membantu penentuan identitas mayat
Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara
kematian serta memperkirakan saat kematian
Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk
penentuan identitas benda penyebab serta identitas pelaku
kejahatan
Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta
dalam bentuk visum et repertum
Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam
penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang
bersalah
Perlu surat Permintaan/ Pembuatan visum et repertum dari pihak
penyidik, izin keluarga tidak diperlukan
Mutlak perlu pemeriksaan lengkap
Autopsi Forensi / Autopsi Medikolegal
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan autopsi
forensik/medikolegal adalah:
Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan otopsi yang
akan dilakukan, termasuk surat izin keluarga, surat
permintaan pemeriksaan/pembuatan visum et repertum.
Memastikan mayat yang akan diotopsi adalah mayat yang
dimaksud dalam surat tersebut.
Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan
terjadinya kematian selengkap mungkin untuk membantu
memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan.
Memastikan alat-alat yang akan dipergunakan telah
tersedia.
Mempersiapkan format otopsi, hal ini penting untuk
memudahkan dalam pembuatan laporan otopsi.
Teknik Autopsi
Teknik Virchow
Teknik tertua
Setelah pembukaan rongga tubuh, organ-organ dikeluarkan satu persatu dan
langsung diperiksa
Kelainan masing-masing organ bisa segera dilihat, tapi hubungan anatomik
antar beberapa organ yang tergolong dalam satu sistm hilang
Kurang baik digunakan dalam teknik autopsi forensik, terutama kasus
penembakan dengan senjata api dan penusukkan dengan senjata tajam (perlu
penentuan saluran luka, arah, serta dalamnya penetrasi yang terjadi)
Teknik Autopsi
Teknik Rokitansky
Setelah organ tubuh dibuka, dilihat dan diperiksa dengan
melakukan beberapa irisan in situ
Setelah itu seluruh organ dikeluarkan dalam kumpulan-
kumpulan organ (en bloc)
Jarang dipakai , tidak baik untuk autopsi forensik
Teknik Letulle
Setelah dibuka, organ leher, dada, diafragma dan perut
dikeluarkan sekaligus (en masse)
Hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh
organ dikeluarkan dari tubuh
Kerugian : sukar dilakukan tanpa pembantu, serta sukar
dalam penanganannya karena panjangnya kumpulan
organ-organ yang dikeluarkan sekaligus
Teknik Autopsi
Teknik Ghon
Setelah dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan
limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ (bloc)
Tenggelam
Asfiksia
Keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernapasan, mengakibatkan O2 darah berkurang (hipoksia) disertai
dengan peningkatan CO2 (hiperkapnea).
Penyebab asfiksia :
Alami
Trauma mekanik
Keracunan
Asfiksia Mekanik
Mati lemas yang terjadi saat udara pernapasan terhalang memasuki
saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan, misalnya:
Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas
Pembekapan (smothering)
Penyumbatan (gagging dan choking)
Penekanan dinding saluran pernapasan
Penjeratan (strangulation)
Pencekikan ( manual strangulation, throttling)
Gantung (hanging)
Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)
Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)
Asfiksia Mekanik
Gejala asfiksia dibedakan dalam 4 fase :
Fase dispnea : penimbunan CO2 dalam plasma
merangsang pusat pernapasan amplitudo dan frekuensi
napas , nadi , TD , tampak tanda sianosis pada muka
dan tangan.
Fase konvulsi : rangsangan SSP kejang klonik kejang
tonik spasme opistotonik.
Fase apnea : depresi pusat napas pernapasan melemah,
kesadaran , relaksasi sfingter.
Fase akhir : paralisis pusat napas napas berhenti.
Asfiksia Mekanik
Pemeriksaan bedah jenazah
Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer.
Busa halus dalam saluran pernapasan.
Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh
organ menjadi berat, gelap, dan banyak darah saat diiris.
Petekie pada mukosa usus halus, epikardium bagian
belakang jantung, subpleura viseralis paru, kulit kepala
sebelah dalam terutama otot temporal, mukosa epiglotis,
daerah subglotis.
Edema paru.
Kelainan-kelainan lain yang berhubungan dengan
kekerasan.
Asfiksia Mekanik
Pembekapan
Penutupan lubang hidung dan mulut yang
menghambat masuknya udara ke paru-paru.
Tanda-tanda yang dapat ditemukan :
Luka lecet jenis tekan/geser
Goresan kuku
Luka memar pada pada ujung hidung, bibir, pipi, dan dagu
Luka memar atau lecet pada bagian dalam bibir dan bagian
belakang tubuh korban
Tanda-tanda asfiksia
Tanda kekerasan yang ditemukan tergantung dari
jenis benda yang digunakan.
Asfiksia Mekanik
Penyumbatan
Terjadi sumbatan jalan napas oleh benda asing.
Gagging : sumbatan pada orofaring; choking : sumbatan pada
laringofaring.
Mekanisme kematian :
Asfiksia
Refleks vagal
Tanda yang dapat ditemukan :
Tanda asfiksia
Dalam rongga mulut ditemukan sumbatan
Tanda kekerasan yang diakibatkan oleh benda asing
Asfiksia Mekanik
Pencekikan
Penekanan leher dengan tangan, sehingga dinding
saluran napas bagian atas tertekan dan menyempit.
Mekanisme kematian :
Asfiksia
Refleks vagal
Tanda yang ditemukan :
Perbendungan pada muka dan kepala
Tanda kekerasan pada leher : luka lecet pada kulit
Luka memar pada kulit
Memar atau perdarahan pada otot bagian dalam leher
Fraktur os hyoid dan kornu superior rawan gondok
Tanda asfiksia
Asfiksia Mekanik
Penjeratan
Penekanan benda asing yang melingkari atau
mengitari leher yang makin lama makin kuat sehingga
saluran pernapasan tertutup.
Mekanisme kematian :
Asfiksia
Refleks vagal
Tanda yang dapat ditemukan :
Jejas jerat terletak lebih rendah dan mendatar
Luka lecet tekan sekitar jejas jerat (kaku seperti kertas
perkamen)
Resapan darah pada otot leher sebelah dalam
Asfiksia Mekanik
Gantung
Mekanisme kematian :
Kerusakan batang otak dan medula spinalis
Asfiksia
Iskemi otak
Refleks vagal
Jenis gantung diri :
Typical hanging : titik gantung di atas daerah oksiput dan
tekanan pada arteri karotis paling besar.
Atypical hanging : titik gantung di samping, leher dalam
posisi sangat miring, hambatannya pada arteri karotis dan
arteri vertebralis.
Kasus dengan letak titik gantung di depan atau dagu.
Asfiksia Mekanik
Gantung
Tanda yang ditemukan :
Jerat kecil & keras : hambatan total arteri muka pucat
dan tidak ada petekie pada kulit dan konjungtiva.
Jerat lebar & lunak : tampak perbendunga pada daerah
sebelah atas ikatan. Dapat terlihat petekie.
Jejas jerat terletak lebih tinggi dan meninggi pada simpul.
Luka lecet.
Memar pada jaringan bawah kulit dan otot sebelah dalam.
Patah tulang lidah dan rawan gondok.
Lebam mayat terdistribusi pada daerah kaki, tangan, dan
genitalia eksterna.
Asfiksia Traumatik
Terjadi karena penekanan dari luar dinding dada sehingga dada
terfiksasi dan mengganggu gerak pernapasan.
Mekanisme kematian : kegagalan pernapasan dan sirkulasi.
Tanda yang ditemukan :
Sianosis dan bendungan hebat
Perbendungan pada muka muka bengkak penuh petekie, konjungtiva
edema, perdarahan subkonjungtiva.
Petekie pada leher, bokong, dan kaki.
Tenggelam/Drowning
Akibat masuknya cairan yang cukup banyak ke dalam
saluran nafas/paru, sehingga tidak selalu terendam di
dalam air
Mayat terendam air:
Kontak lama tubuh dengan air: tanda basah, kutis anserina,
ujung jari keriput bukan mati tenggelam
Inhalasi air asfiksia (air sedikit),
hemodilusi/hemokonsentrasi (air banyak)
Sumbatan air pernapasan dipaksakan dan sekresi
bronkus busa halus berwarna putih atau
kemerahan
Kematian karena asfiksia, GJA/VF (air tawar), edema
patu (air asin)
Tenggelam di Air Tenggelam di Air
Tawar Asin
Air masuk alveoli, diabsorbsi ke Air asin masuk alveoli osmosis
sirkulasi air dari sirkulasi keluar ke alveoli
hipervolemia/hemodilusi edema paru fulminan dan
elektrolit darah kecuali K hemokonsentrasi
Hipervolemia mendadak gagal Hipotensi, hipovolemia, bradikardi
jantung akut 20 ml/kgBB kematian
Hiponatremia VF (Fisher dalam
Harrison, 1974)
Menurunnya ion K dalam otot
jantung VF (Gradwohl, 1974)
Vf terjadi jika hemodilusi disertai
hipoksia
Pemeriksaan Mayat Terendam dalam Air
Tanda reaksi vital:
1. Tanda asfiksia, sering tidak jelas. Tardieus spot tidak muncul pada pleura
2. Cadaveric spasm
3. Ditemukan diatome pada darah jantung kiri, ginjal atau sumsum tulang panjang
4. Perdarahan liang telinga tengah
5. Benda air di dalam saluran cerna atau nafas
6. Bercak paltouf di permukaan paru karena pecahnya beberapa alveoli dan
kapiler
7. Berat jenis berbeda antara darah di jantung kanan dan kiri
menandakan korban masih hidup sewaktu masuk ke dalam air
*nomor 3,6,7 petunjuk sebab kematian
Pemeriksaan Mayat Terendam dalam Air
Tanda-tanda kekerasan:
Luka normal akibat gerakan tubuh menyelamatkan diri atau
bertabrakan dengan benda di sekitar post mortal
Biasa pada daerah belakang kepala, siku, jari tangan, lutut, dan ujung
kaki berupa luka lecet
Bedakan dengan kekerasan sebelum tenggelam pola letak, jenis,
intravitalitas
Pencarian mayat pada hari ke 2-3 sampai 5-7 karena gas pembusukan
terbatas pada kulit yang masih utuh mengapung
Pemeriksaan Mayat Terendam dalam Air
Cara kematian:
Pemeriksaan mayat lengkap, toksikologi dan mikroskopik
jaringan (dengan kecurigaan) sebab kematian
Pemeriksaan jenazah, TKP, investigasi lain cara
kematian
Luka lecet dan memar tenggelam di air deras,
penganiayaan
Faktor: alkohol, obat, penyakit (epilepsi), kelelahan, dsb
Pemeriksaan histologik jaringan:
Penipisan dinding alveoli hingga setipis kapiler
Kapiler semakin oval dan sering ruptur
Distensi septum maksimal ruptur intraseptal sering
Luka Tembak
Luka Akibat Tembakan
Senjata api : senjata yang dengan menggunakan
tenaga hasil peledakan mesiu, dapat melontarkan
anak peluru dengan kecepatan tinggi
Senjata api yang beralur dibedakan :
Senjata api dengan alur ke kiri
Senjata api dengan alur ke kanan
Keparahan luka tembak akibat anak peluru
tergantung :
Besar dan bentuk anak peluru
Balistik (kecepatan, energi kinetik, stabilitas anak peluru)
Kerapuhan anak peluru
Kepadatan jaringan sasaran
Vurnerabilitas jaringan sasaran
Luka Akibat Tembakan
Luka tembak tempel (contact wounds)
Moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan.
Tekanan pada tubuh erat disebut hard contact, sedangkan
yang tidak erat disebut soft contact.
Luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang sama
lebarnya pada setiap bagian.
Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau
merah coklat yang menggambarkan bentuk dari moncong
senjata jejas laras.
Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
Aluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-
butir mesiu, jelaga dan minyak pelumas.
Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya
COHb.
Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan /
densitas jaringan yang berada di bawahnya.
Luka Akibat Tembakan
Luka tembak jarak dekat (close range wounds)
Jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban masih dalam jangkauan
butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat), atau jangkauan jelaga dan api
(luka tembak jarak sangat dekat).
Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya peluru, di
sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelim tato) dan atau jelaga (kelim
jelaga).
Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang bewarna merah atau hangus
terbakar.
Luka Akibat Tembakan
Luka tembak jarak jauh (long range wound)
Jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar jangkauan butir
mesiu.
Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
Senjata yg sering diberi minyak, pada kelim lecet dapat dilihat pengotoran
bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.
Luka Tembak Masuk
Jenis LTM Pembentuk Bentuk
LTM jarak jauh Komponen anak peluru Lubang dengan kelim lecet dan
kelim kesat pada dindingnya

LTM jarak dekat Komponen anak peluru dan Lubang dengan kelim lecet,
butir-butir mesiu yang tidak kelim kesat, kelim tatoo
habis terbakar dan jelaga dan/atau kelim jelaga
LTM jarak sangat Komponen anak peluru, butir Lubang dengan kelim lecet,
dekat mesiu, jelaga, dan panas/api kelim kesat, kelim tatoo
dan/atau kelim jelaga, dengan
kelim api di tepi lubangnya

LTM tempel Seluruh komponen tersebut Saluran luka akan berwarna


(yang akan masuk seluruhnya hitam dan jejas laras akan
atau sebagian ke dalam saluran tampak mengelilingi di luar LTM
luka) dan jejas laras sebagai luka lecet tekan
Luka Tembak Masuk
Akibat api (flame effect) : Luka bakar (kulit kering, hangus,
dan kaku pada perabaan)
Akibat asap (smoke effect) : Jelaga, klaim jelaga tampak
kelabu kehitaman disekitar lubang luka, mudah
dihilangkan dengan cara dihapus
Akibat butir-butir mesiu (gun powder effect)
Tattoo/ stippling
Klem tatoo tampak sebagai bintik hitam yang bercampur dengan
luka lecet dan perdarahan
Tidak dapat dihilangkan karena butir mesiu masuk ke kulit
Akibat anak peluru (bullet effect)
Luka terbuka yang dikelilingi kelim lecet
Bila senjata yang dipakai sering dibersihkan dinding luka dan
kelim lecet ada kelim kesat/ kelim lemak
Luka Tembak Masuk
Akibat partikel logam (metal effect)
fouling tampak sebagai luka-luka lecet atau luka robek kecil-
kecil disekitar lubang luka
Et : partikel logam yang terbentuk akibat goresan antara anak
peluru dengan laras yang beralur, partikel logam dapat masuk
kedalam kulit atau menempel pada pakaian
Akibat moncong senjata (muzzle effect)
Jejas laras luka tembak tempel dan tampak sebagai luka lecet
tekan atau memar yang bentuknya sesuai moncong senjata
Jejas dipengaruhi ada tidaknya tulang dekat permukaan kulit,
tebalnya tulang dan posisi senjata terhadap tubuh korban
Kelainan pada tulang : Kerusakan pada bagian luar (tabula
externa) < kerusakan dalam (tabula interna) lubang
bentuk corong
Luka Tembak Masuk
Mengenai kulit secara tangensial (miring)
Terdapat kelim lecet berbentuk seperti sayap karena anak peluru
menggesek kulit dulu sebelum masuk ke dalamnya.
Bentuk sayap menunjukkan arah tembakannya.
Memantul (ricochet luar)
Sebelum mengenai tubuh anak peluru itu telah mengenai sasaran lain dan
memantul.
Anak peluru itu sudah berubah bentuk dan masuk ke dalam tubuh dalam
bermacam posisi (melintang, miring, dsb) bentuk luka tembak masuknya
tergantung dari bentuk dan posisi ini.
Luka Tembak Masuk
Menempel (contact shot, a bout touchant)
Pada umumnya akibat bunuh diri lokasi tertentu : pelipis,
dahi, leher, dalam mulut, dada kiri
Di bawahnya langsung ada rongga
Keluar dari laras anak peluru, mesiu yang tidak terbakar,
mesiu yang setengah terbakar, gas-gas, serta api masuk ke dalam
rongga tubuh.
Pada kulit akan tampak lubang luka dan kelim lecet serta jejak
laras berupa luka bakar berbentuk cincin.
Laras telah menjadi panas seolah-olah kulit ditempeli logam
panas.
Di bawahnya tidak langsung ada rongga
Pada daerah pelipis terdapat otot (daging) yang keluar dari
laras tidak dapat langsung masuk ke dalam rongga tengkorak.
Terutama gas-gas akan masuk di antara otot-otot dan kemudian
sebagian keluar lagi dengan membuat luka seperti bintang.
Kelim
Kelim lecet : bagian yang kehilangan kulit ari yang mengelilingi lubang
akibat anak peluru yang menembus kulit
Kelim kesat : usapan zat yang melekat pada anak peluru (pelumas,
jelaga, dan elemen mesiu) pada tepi lubang
Kelim tatoo : butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar yang
tertanam pada kulit di sekitar kelim lecet
Kelim jelaga : penampilan jelaga/asap pada permukaan kulit di sekitar
lubang luka tidak masuk
Kelim api : daerah hiperemi / jaringan yang terbakar yang terletak
tepat di tepi lubang luka
LTM Akibat Senjata Api Tak Beralur
Disebut juga : Entrance Shotgun Wound
Tampak kelainan yang disebabkan oleh komponen-komponen yang keluar
sewaktu penembakan, yaitu :
Mesiu
Api
Asap
Pellet
Sumbat peluru (wad)
Membantu dalam menentukan arah tembakan
Membantu dalam menentukan sikap korban sewaktu penembakan
Dapat memberikan gambaran yang variabel
Umumnya lukanya berbentuk bundar atau oval dengan tepi yang terangkat keluar
(elevated margins)
Pemeriksaan Mikroskopis dari LTM
Untuk kasus-kasus yang meragukan, yang pada dasarnya akibat dari
trauma mekanis dan thermis
Ditemukan :
Kompresi dari epitel, elongasi, distorsi
Tampak perdarahan serta butir-butir mesiu
Nekrosis koagulatip
Sembabnya epitel
Vakuolisasi sel-sel basal
Menjadi piknotiknya inti sel
Pada pewarnaan HE > banyak mengambil warna biru (basophilic staining)
Pemeriksaan Kimiawi dari LTM
Dapat dideteksinya unsur-unsur yang terdapat dalam mesiu
Misalnya :
Pada smokeless goundpowder dapat dideteksi nitrit dan cellulosa nitrate
Black powder black goundpowder dapat dideteksi karbon, nitrit, sulfid, sulfat,
karbonat, tiosianat, tiosulfat
Senjata yang lebih modern : timah hitam, antimon, merkuri
Dapat ditemukan unsur dari laras senjata dan anak peluru : timah
hitam, antimon, nikel, tembaga, bismut, perak, dan thalium
Pemeriksaan Radiologis
Sinar X :
Mencari anak peluru dan partikel logam dalam tubuh korban
Menentukan apakah korban merupakan korban penembakan senjata api yang
tidak beralur dan pada kasus khusus, yaitu dimana jumlah anak peluru >
jumlah luka tembak, pada penembakkan dengan senjata api yang beralur
(tandem bullet injury)
Internal Ricochet
Terjadi bila kekuatan anak peluru tidak cukup untuk menembus
jaringan tubuh
Misalnya saat anak peluru mengenai kepala
Dapat terjadi variasi dari perjalanan anak peluru yang perlu diketahui
:
Single ricochet
Double ricochet
Inner tangantial at contralateral side
Inner tangantial at contralateral side and ricochet
Inner tangential at entrance side
Luka Tembak Keluar (LTK)
Akibat peluru meninggalkan tubuh korban.
Memberikan informasi :
Arah tembakan
Sikap dari korban pada saat penembakan
Jumlah peluru yang masih terdapat di tubuh korban
Luka Tembak Keluar (LTK)
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya perbedaan
besarnya luka tembak luar :
Velocity (kecepatan)
Luas permukaan anak peluru pada tempat keluar
Yawing dan tumbling of the bullet (pergerakan anak peluru yang tidak
beraturan dalam tubuh dan pergerakan berputar menurut poros penunjang
Ada tidaknya fragmen tulang yang ikut keluar
Ada tidaknya tulang dibawah kulit tempat luka tembak keluar
Ada tidaknya benda yang menekan kulit pada tempat keluarnya anak peluru
LO 4
Visum
Visum et Repertum
Laporan tertulis untuk justisi yang dibuat dokter atas sumpah, tentang
segala sesuatu yang diamati (yg dilihat dan ditemukan) pada benda
yang diperiksa berdasarkan pengetahuan sebaik-baiknya.
Bagian-bagian visum et repertum :
PRO JUSTISIA
Pendahuluan
Pemberitaan
Kesimpulan
Penutup
Bagian Visum et Repertum
1. PRO JUSTISIA
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, sehingga visum et repertum tidak perlu
bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP
2. Pendahuluan
Identitas korban
Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban
dirawat, waktu korban meninggal
Keterangan mengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada
dokter dan waktu saat korban diterima dirumah sakit
Bagian Visum et Repertum
3. Pemberitaan
Syarat-syarat :
Menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti
Angka harus ditulis dengan huruf
Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka (luka bacok, luka tembak
dll)
Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat
dan ditemukan) :
Hasil pemeriksaan luar termasuk identitas korban
Hasil pemeriksaan dalam, membuka rongga tengkorak, dada dan perut
serta organ dalam, rongga mulut dan leher
Pemeriksaan penunjang jika diperlukan seperti konsultasi dengan ahli
lain : Pemeriksaan PA, Toksikologi, Balistik, Serologi, Immunologi,
Enzimatologis, Trace Evidence
Bagian Visum et Repertum
3. Pemberitaan berjudul Hasil Pemeriksaan dan berisi :
Hasil pemeriksaan medis ttg keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban
yang berkaitan dgn perkaranya
Tindakan medis yang dilakukan
Keadaan setelah pengobatan
Bila dilakukan autopsi, maka diuraikan ttg seluruh alat dalam yg berkaitan
dgn matinya orang tsb
Temuan hasil pemeriksaan yg bersifat rahasia tidak berkaitan dgn perkara
dianggap sbg rahasia kedokteran.
Bagian Visum et Repertum
4. Kesimpulan
Identitas jenazah
Kelainan yang terdapat pada tubuh korban
Hubungan kausal dan kelainan yang didapati pada
pemeriksaan (penyebab luka, persentuhan dengan benda
tajam)
Sebab dan saat kematian/klasifikasi luka
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang
memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan sesuai dgn
pengetahuan yang sebaik-baiknya
Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca
indera (pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman
dan perabaan)
Sifatnya subjektif
Bagian Visum et Repertum
5. Penutup
Berisikan kalimat baku : Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan
sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dengan sumpah sesuai dengan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter
Jenis Visum et Repertum
Visum et Repertum perlukaan (termasuk keracunan)
Visum et Repertum kejahatan susila
Visum et Repertum jenazah
Visum et Repertum psikiatrik
Visum et Repertum Korban Hidup
Untuk korban luka-luka / kekerasan, keracunan, perkosaan, psikiatri
Visum et Repertum langsung langsung diberikan setelah pemeriksaan
korban
Visum et Repertum sementara
VetR yang diberikan pada korban yang masih dirawat
VetR yang diterbitkan belum ada kesimpulan
karena menunggu observasi lebih lanjut
Visum et Repertum Korban Hidup
Visum et Repertum sementara, manfaatnya :
Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak
Mengarahkan penyelidikan
Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan
sementara terhadap terdakwa
Menentukan tuntutan jaksa
Medical record
Visum et Repertum lanjutan
Setelah selesai perawatan korban sembuh
Setelah mendapat perawatan, korban meninggal
Perawatan belum selesai, korban pindah RS atau dokter lain
Perawatan belum selesai, korban pulang paksa atau melarikan diri
Visum et repertum
Merupakan salah alat bukti sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184
KUHAP.
Berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia.
Pemberitahuan atau hasil pemeriksaan dokter merupakan alat bukti
merupakan pengganti benda bukti laporan tentang yang dilihat
dan ditemukan (fakta).
Memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil
pemeriksaan medik.
Produk Dokter yang Setara Visum Et Repertum
Pasal 186 KUHAP : keterangan ahli ialah apa yang
seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan
Keterangan ahli dapat diberikan pada waktu pemeriksaan
oleh penyidik atau penuntut umum dalam suatu bentuk
laporan
Pasal 187 (c) KUHAP : surat keterangan dari seorang
ahli yang memuat pendapat berdasarkan kahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang
diminta secara resmi dari padanya
Alat bukti yang sah sesuai KUHAP pasal 184 ayat 1:
Keterangan saksi
Keterangan ahli apa yang ahli nyatakan di sidang pengadilan
Surat visum et repertum (surat keterangan dari seorang ahli / dokter)
Petunjuk
Keterangan terdakwa
Visum et repertum
Keterangan ahli mengenai pidana yg berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia
Tidak hanya terbatas pada apa yg dilihat dan ditemukan oleh si pembuat tetapi juga
atas dasar pemeriksaan medik
Digunakan utk membedakan surat/keterangan ahli yg dibuat dokter dengan
surat/keterangan ahli yang dibuat oleh ahli lain bukan dokter.
Permohonan Visum
Permohonan harus secara tertulis.
Korban adalah barang bukti, maka permohonan surat VeR harus
diserahkan sendiri oleh petugas kepolisian bersama : korban,
tersangka, atau barang bukti lain kepada dokter.
Tidak disarankan mengajukan permintaan VeR tentang peristiwa yang
sudah lama, mengingat rahasia kedokteran.
Permintaan diajukan kepada dokter ahli pemerintah sipil atau ahli
kedokteran kehakiman pemerintah sipil untuk korban yang meninggal
dunia.
Pencabutan Surat Permohonan
Visum et Repertum
Penarikan/pencabutan kembali visum et repertum tidak dapat
dibenarkan.
Bila terpaksa, maka hal tersebut hanya dapat diberikan oleh
Komandan Kesatuan paling rendah setingkat Komres dan untuk kota
besar hanya oleh Dantabes.
Tata Cara Permohonan
Visum et Repertum
Pasal 133 ayat (2) KUHAP :
Permintaan Keterangan ahli dilakukan secara tertulis, dan
dalam surat tersebut disebutkan dengan tegas untuk
memeriksa luka / mayat / bedah mayat.
Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus
dibuat dengan menggunakan format sesuai dengan
jenis kasus yang sedang ditangani.
SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang syarat
kepangkatan dan pengangkatannya diatur dalam BAB
II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27 tahun
1983.
Pembuatan VeR
Untuk membuat VeR:
Korban harus datang diantar petugas
Surat permintaan VER ditanda tangani penyidik
Dokter pemeriksa mencocokkan nama tersebut dalam surat dengan korban,
bila tidak sesuai harap dikembalikan kepada penyidik
Petugas pengantar menulis nama, pangkat dan jabatan serta tanda tangan.
VeR dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan saat permintaan
diajukan.
Dasar Hukum Visum et Repertum
Pasal 133 KUHAP : Untuk kepentingan peradilan, penyidik berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli dalam menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yg merupakan tindak pidana. Permintaan dilakukan secara
tertulis.
Landasan Hukum
Pasal 120 KUHAP
(penyidik dapat meminta bantuan seorang ahli dan ahli tersebut membantu
dengan pengetahuan yang sebaik-baiknya)
Pasal 133 KUHAP
(penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk pemeriksaan kedokteran
forensik)
Pasal 179 KUHAP
(dokter wajib melakukan pemeriksaan kedokteran forensik bila diminta oleh
penyidik berwenang)
Visum et Repertum
Pihak yang berhak meminta visum et repertum :
Penyidik
Hakim pidana
Hakim perdata
Hakim agama
Visum et Repertum Jenazah
Jenazah yang akan dimintakan VeR harus diberi label yang
memua t : identitas mayat, di-lak dengan diberi cap
jabatan, yang diikatkan pada bagian tubuh jenazah.
Pada surat permintaan VeR harus jelas pemeriksaan apa
yang diminta untuk jenazah.
Autopsi dilakukan setelah keluarga korban tidak keberatan
atau bila dalam 2 hari tidak ada tanggapan dari keluarga,
diatur dalam pasal 134 KUHP.
Jenazah yang diperiksa dapat berupa jenazah yang
didapat dari penggalian kuburan (pasal 135 KUHP).
Bila tidak dilakukan pemeriksaan bedah jenazah maka
penyebab kematian tidak disebutkan pada kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai