Pemicu 3 Etika Kevin Harlan
Pemicu 3 Etika Kevin Harlan
VISUM ET REPERTUM
Menentukan Sebab Kematian
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam pembedahan mayat (autopsi)
Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan toksikologis
Pemeriksaan bakteriologis
Cara Kematian
Wajar (natural death) = kematian korban oleh karena penyakit bukan
karena kekerasan atau rudapaksa
Tidak wajar (un-natural death) = kecelakaan, bunuh diri, pembunuh
Tidak dapat ditentukan (un-determined) = pada keadaan mayat telah
sedemikian rusak sehingga tidak dapat dinilai lagi
Identifikasi Forensik
Upaya untuk membantu penyidik menentukan identitas seseorang.
Identifikasi personal suatu masalah dalam kasus pidana / perdata.
Menentukan identitas personal dengan tepat penting dalam
penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam
proses peradilan.
Identifikasi Forensik
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi:
Pada jenazah tidak dikenal
Jenazah yang rusak
Membusuk
Hangus terbakar
Kecelakaan masal
Bencana alam
Huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal
Potongan tubuh manusia atau kerangka
Penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya
Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit 2 metode yang digunakan
memberikan hasil + (tidak meragukan).
Pemeriksaan Sidik Jari
Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari
antemortem.
Merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya u/
menentukan identitas seseorang.
Penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk
pemeriksaan sidik jari pembungkusan kedua tangan jenazah
dengan kantong plastik.
Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang
yang merasa kehilangan anggota keluarga / temannya.
Hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih
mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh > dari 1 org.
Hal ini perlu diperhatikan karena kemungkinan ada faktor emosi yang
turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal
identitas jenazah tsb.
Pemeriksaan Dokumen
Dokumen kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang
kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan
sangat membantu mengenali jenazah tsb.
Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam
tas / dompet yang berada dekat jenazah belum tentu milik jenazah
yang bersangkutan.
Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, dapat diketahui
merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang
semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi
pembusukan pada jenazah.
Khusus anggota ABRI, identifikasi dipermudah oleh adanya nama
serta NRP yg tertera pada kalung logam yang dipakainya.
Identifikasi Medik
Metode ini menggunakan :
Data umum : TB, BB, rambut, mata, hidung, gigi
Data khusus : tatto, tahi lalat, jar parut, cacat kongenital, patah
tulang
Metode ini punya nilai tinggi karena dilakukan oleh
seorang ahli dengan berbagai cara/modifikasi (termasuk
pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatannya
cukup tinggi.
Pada tengkorak/kerangka masih dapat dilakukan metode
ini.
Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin,
ras, perkiraan umur dan TB, kelainan pada tulang.
Pemeriksaan Gigi
Meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi
dan rahang.
Odontogram memuat data tentabg jumlah, bentuk, susunan,
tambalan, protesa gigi dsb.
Setiap individu memiliki susunan gigi yang khas dapat dilakukan
indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data
pembanding antemortem.
Pemeriksaan Serologik
Untuk menentukan golongan darah jenazah.
Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk
dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.
Metode Eksklusi
Digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yg
dapat diketahui identitasnya.
Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya
dengan menggunakan metode indentifikasi yang lain, sedangkan
identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode
tersebut diatas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar
penumpang.
Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus
Mutilasi)
Untuk menentukan apakah potongan jaringan berasal dari
manusia / hewan.
Menggunakan pemeriksaan pengamatan jaringan secara
makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik
berupa reaksi Ag-Ab(reaksi presipitin), kemudian tentukan
apakah potongan tersebut dari 1 tubuh.
Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, TB,
cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara
pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.
Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemeriksaan
makroskopik dan harus diperkuat dengan pem
mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks
wanita, seperti Drumstick pada leukosit dan badan Barr
pada sel epitel serta jaringan otot.
Identifikasi Kerangka
Untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah
kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur
dan TB, ciri khusus dan deformitas dan bila
memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah. Juga
dicari tanda kekerasan pada tulang dan
memperkirakan sebab kematian.
Perkiraan saat kematian memperhatikan
kekeringan tulang.
Metode superimposisi menumpukkan foto
Rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah orang
tersebut yang dibuat berukuran sama dan diambil
dari sudut pengambilan yang sama dicari adanya
titik-titik persamaan.
Identifikasi Kerangka
Pemeriksaan Anatomik u/ memastikan bahwa kerangka
adalah kerangka manusia.
Kesalahan penafsiran dapat timbul jika hanya terdapat sepotong
tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik/
reaksi presipitin dan histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal
Havers).
Penentuan ras pemeriksaan antropologik pada
tengkorak, gigi geligi, tulang panggul atau lainnya.
Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang
berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras
Mongoloid.
Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang
panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta
skapula dan metakarpal.
Identifikasi Kerangka
Tulang yang diukur dalam keadaan kering lebih pendek
2mm dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung
TB perlu diperhatikan.
Rata-rata TB laki-laki > wanita.
Ukuran pada tengkorak, tulang dada, dan telapak kaki
juga dapat digunakan u/ menilai TB.
Bila tidak ada individu yang dicurigai sebagai korban,
maka dapat diupayakan rekonstruksi wajah pada
tengkorak menambal tulang tengkorak tersebut
dengan menggunakan data ketebalan jaringan lunak pada
berbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada
masyarakat u/ memperoleh masukan mengenai
kemungkinan identitas kerangka tersebut.
Autopsi
Pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi
pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam,
dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau
adanya cedera, melakukan interpretasi atau
penemuan-penemuan tersebut, menerangkan
penyebab kematian serta mencari hubungan sebab
akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan
dengan penyebab kematian.
Tujuan :
Menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera
Melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan
tersebut
Menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab
akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan
penyebab kematian
Jenis Autopsi
Autopsi Klinik
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita
penyakit, dirawat di RS tetapi kemudian meninggal
Tujuan :
Menentukan sebab kematian yang pasti
Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama
perawatan sesuai dengan diagnosis postmodern
Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan
dengan diagnosis klinis dan gejala-gejala klinik
Menentukan efektivitas pengobatan
Mempelajari lazim suatu proses penyakit
Pendidikan para mmahasiswa kedokteran dan para dokter
Jenis Autopsi
Autopsi Klinik
Mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang
bersangkutan
Autopsi klinik lengkap
Pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut/ panggul, melakukan
pemeriksaan terhadap seluruh alat-alat dalam/organ
Autopsi klinik parsial
Terbatas pada satu/dua organ tertentu
Needle necroscopy terhadap organ tubuh tertentu pemeriksaan
histopatologik
Jenis Autopsi
Autopsi forensik/ Autopsi medikolegal
Terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan UU
Tujuan :
Membantu penentuan identitas mayat
Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara
kematian serta memperkirakan saat kematian
Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk
penentuan identitas benda penyebab serta identitas pelaku
kejahatan
Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta
dalam bentuk visum et repertum
Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam
penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang
bersalah
Perlu surat Permintaan/ Pembuatan visum et repertum dari pihak
penyidik, izin keluarga tidak diperlukan
Mutlak perlu pemeriksaan lengkap
Autopsi Forensi / Autopsi Medikolegal
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan autopsi
forensik/medikolegal adalah:
Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan otopsi yang
akan dilakukan, termasuk surat izin keluarga, surat
permintaan pemeriksaan/pembuatan visum et repertum.
Memastikan mayat yang akan diotopsi adalah mayat yang
dimaksud dalam surat tersebut.
Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan
terjadinya kematian selengkap mungkin untuk membantu
memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan.
Memastikan alat-alat yang akan dipergunakan telah
tersedia.
Mempersiapkan format otopsi, hal ini penting untuk
memudahkan dalam pembuatan laporan otopsi.
Teknik Autopsi
Teknik Virchow
Teknik tertua
Setelah pembukaan rongga tubuh, organ-organ dikeluarkan satu persatu dan
langsung diperiksa
Kelainan masing-masing organ bisa segera dilihat, tapi hubungan anatomik
antar beberapa organ yang tergolong dalam satu sistm hilang
Kurang baik digunakan dalam teknik autopsi forensik, terutama kasus
penembakan dengan senjata api dan penusukkan dengan senjata tajam (perlu
penentuan saluran luka, arah, serta dalamnya penetrasi yang terjadi)
Teknik Autopsi
Teknik Rokitansky
Setelah organ tubuh dibuka, dilihat dan diperiksa dengan
melakukan beberapa irisan in situ
Setelah itu seluruh organ dikeluarkan dalam kumpulan-
kumpulan organ (en bloc)
Jarang dipakai , tidak baik untuk autopsi forensik
Teknik Letulle
Setelah dibuka, organ leher, dada, diafragma dan perut
dikeluarkan sekaligus (en masse)
Hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh
organ dikeluarkan dari tubuh
Kerugian : sukar dilakukan tanpa pembantu, serta sukar
dalam penanganannya karena panjangnya kumpulan
organ-organ yang dikeluarkan sekaligus
Teknik Autopsi
Teknik Ghon
Setelah dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan
limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ (bloc)
Tenggelam
Asfiksia
Keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernapasan, mengakibatkan O2 darah berkurang (hipoksia) disertai
dengan peningkatan CO2 (hiperkapnea).
Penyebab asfiksia :
Alami
Trauma mekanik
Keracunan
Asfiksia Mekanik
Mati lemas yang terjadi saat udara pernapasan terhalang memasuki
saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan, misalnya:
Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas
Pembekapan (smothering)
Penyumbatan (gagging dan choking)
Penekanan dinding saluran pernapasan
Penjeratan (strangulation)
Pencekikan ( manual strangulation, throttling)
Gantung (hanging)
Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)
Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)
Asfiksia Mekanik
Gejala asfiksia dibedakan dalam 4 fase :
Fase dispnea : penimbunan CO2 dalam plasma
merangsang pusat pernapasan amplitudo dan frekuensi
napas , nadi , TD , tampak tanda sianosis pada muka
dan tangan.
Fase konvulsi : rangsangan SSP kejang klonik kejang
tonik spasme opistotonik.
Fase apnea : depresi pusat napas pernapasan melemah,
kesadaran , relaksasi sfingter.
Fase akhir : paralisis pusat napas napas berhenti.
Asfiksia Mekanik
Pemeriksaan bedah jenazah
Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer.
Busa halus dalam saluran pernapasan.
Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh
organ menjadi berat, gelap, dan banyak darah saat diiris.
Petekie pada mukosa usus halus, epikardium bagian
belakang jantung, subpleura viseralis paru, kulit kepala
sebelah dalam terutama otot temporal, mukosa epiglotis,
daerah subglotis.
Edema paru.
Kelainan-kelainan lain yang berhubungan dengan
kekerasan.
Asfiksia Mekanik
Pembekapan
Penutupan lubang hidung dan mulut yang
menghambat masuknya udara ke paru-paru.
Tanda-tanda yang dapat ditemukan :
Luka lecet jenis tekan/geser
Goresan kuku
Luka memar pada pada ujung hidung, bibir, pipi, dan dagu
Luka memar atau lecet pada bagian dalam bibir dan bagian
belakang tubuh korban
Tanda-tanda asfiksia
Tanda kekerasan yang ditemukan tergantung dari
jenis benda yang digunakan.
Asfiksia Mekanik
Penyumbatan
Terjadi sumbatan jalan napas oleh benda asing.
Gagging : sumbatan pada orofaring; choking : sumbatan pada
laringofaring.
Mekanisme kematian :
Asfiksia
Refleks vagal
Tanda yang dapat ditemukan :
Tanda asfiksia
Dalam rongga mulut ditemukan sumbatan
Tanda kekerasan yang diakibatkan oleh benda asing
Asfiksia Mekanik
Pencekikan
Penekanan leher dengan tangan, sehingga dinding
saluran napas bagian atas tertekan dan menyempit.
Mekanisme kematian :
Asfiksia
Refleks vagal
Tanda yang ditemukan :
Perbendungan pada muka dan kepala
Tanda kekerasan pada leher : luka lecet pada kulit
Luka memar pada kulit
Memar atau perdarahan pada otot bagian dalam leher
Fraktur os hyoid dan kornu superior rawan gondok
Tanda asfiksia
Asfiksia Mekanik
Penjeratan
Penekanan benda asing yang melingkari atau
mengitari leher yang makin lama makin kuat sehingga
saluran pernapasan tertutup.
Mekanisme kematian :
Asfiksia
Refleks vagal
Tanda yang dapat ditemukan :
Jejas jerat terletak lebih rendah dan mendatar
Luka lecet tekan sekitar jejas jerat (kaku seperti kertas
perkamen)
Resapan darah pada otot leher sebelah dalam
Asfiksia Mekanik
Gantung
Mekanisme kematian :
Kerusakan batang otak dan medula spinalis
Asfiksia
Iskemi otak
Refleks vagal
Jenis gantung diri :
Typical hanging : titik gantung di atas daerah oksiput dan
tekanan pada arteri karotis paling besar.
Atypical hanging : titik gantung di samping, leher dalam
posisi sangat miring, hambatannya pada arteri karotis dan
arteri vertebralis.
Kasus dengan letak titik gantung di depan atau dagu.
Asfiksia Mekanik
Gantung
Tanda yang ditemukan :
Jerat kecil & keras : hambatan total arteri muka pucat
dan tidak ada petekie pada kulit dan konjungtiva.
Jerat lebar & lunak : tampak perbendunga pada daerah
sebelah atas ikatan. Dapat terlihat petekie.
Jejas jerat terletak lebih tinggi dan meninggi pada simpul.
Luka lecet.
Memar pada jaringan bawah kulit dan otot sebelah dalam.
Patah tulang lidah dan rawan gondok.
Lebam mayat terdistribusi pada daerah kaki, tangan, dan
genitalia eksterna.
Asfiksia Traumatik
Terjadi karena penekanan dari luar dinding dada sehingga dada
terfiksasi dan mengganggu gerak pernapasan.
Mekanisme kematian : kegagalan pernapasan dan sirkulasi.
Tanda yang ditemukan :
Sianosis dan bendungan hebat
Perbendungan pada muka muka bengkak penuh petekie, konjungtiva
edema, perdarahan subkonjungtiva.
Petekie pada leher, bokong, dan kaki.
Tenggelam/Drowning
Akibat masuknya cairan yang cukup banyak ke dalam
saluran nafas/paru, sehingga tidak selalu terendam di
dalam air
Mayat terendam air:
Kontak lama tubuh dengan air: tanda basah, kutis anserina,
ujung jari keriput bukan mati tenggelam
Inhalasi air asfiksia (air sedikit),
hemodilusi/hemokonsentrasi (air banyak)
Sumbatan air pernapasan dipaksakan dan sekresi
bronkus busa halus berwarna putih atau
kemerahan
Kematian karena asfiksia, GJA/VF (air tawar), edema
patu (air asin)
Tenggelam di Air Tenggelam di Air
Tawar Asin
Air masuk alveoli, diabsorbsi ke Air asin masuk alveoli osmosis
sirkulasi air dari sirkulasi keluar ke alveoli
hipervolemia/hemodilusi edema paru fulminan dan
elektrolit darah kecuali K hemokonsentrasi
Hipervolemia mendadak gagal Hipotensi, hipovolemia, bradikardi
jantung akut 20 ml/kgBB kematian
Hiponatremia VF (Fisher dalam
Harrison, 1974)
Menurunnya ion K dalam otot
jantung VF (Gradwohl, 1974)
Vf terjadi jika hemodilusi disertai
hipoksia
Pemeriksaan Mayat Terendam dalam Air
Tanda reaksi vital:
1. Tanda asfiksia, sering tidak jelas. Tardieus spot tidak muncul pada pleura
2. Cadaveric spasm
3. Ditemukan diatome pada darah jantung kiri, ginjal atau sumsum tulang panjang
4. Perdarahan liang telinga tengah
5. Benda air di dalam saluran cerna atau nafas
6. Bercak paltouf di permukaan paru karena pecahnya beberapa alveoli dan
kapiler
7. Berat jenis berbeda antara darah di jantung kanan dan kiri
menandakan korban masih hidup sewaktu masuk ke dalam air
*nomor 3,6,7 petunjuk sebab kematian
Pemeriksaan Mayat Terendam dalam Air
Tanda-tanda kekerasan:
Luka normal akibat gerakan tubuh menyelamatkan diri atau
bertabrakan dengan benda di sekitar post mortal
Biasa pada daerah belakang kepala, siku, jari tangan, lutut, dan ujung
kaki berupa luka lecet
Bedakan dengan kekerasan sebelum tenggelam pola letak, jenis,
intravitalitas
Pencarian mayat pada hari ke 2-3 sampai 5-7 karena gas pembusukan
terbatas pada kulit yang masih utuh mengapung
Pemeriksaan Mayat Terendam dalam Air
Cara kematian:
Pemeriksaan mayat lengkap, toksikologi dan mikroskopik
jaringan (dengan kecurigaan) sebab kematian
Pemeriksaan jenazah, TKP, investigasi lain cara
kematian
Luka lecet dan memar tenggelam di air deras,
penganiayaan
Faktor: alkohol, obat, penyakit (epilepsi), kelelahan, dsb
Pemeriksaan histologik jaringan:
Penipisan dinding alveoli hingga setipis kapiler
Kapiler semakin oval dan sering ruptur
Distensi septum maksimal ruptur intraseptal sering
Luka Tembak
Luka Akibat Tembakan
Senjata api : senjata yang dengan menggunakan
tenaga hasil peledakan mesiu, dapat melontarkan
anak peluru dengan kecepatan tinggi
Senjata api yang beralur dibedakan :
Senjata api dengan alur ke kiri
Senjata api dengan alur ke kanan
Keparahan luka tembak akibat anak peluru
tergantung :
Besar dan bentuk anak peluru
Balistik (kecepatan, energi kinetik, stabilitas anak peluru)
Kerapuhan anak peluru
Kepadatan jaringan sasaran
Vurnerabilitas jaringan sasaran
Luka Akibat Tembakan
Luka tembak tempel (contact wounds)
Moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan.
Tekanan pada tubuh erat disebut hard contact, sedangkan
yang tidak erat disebut soft contact.
Luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang sama
lebarnya pada setiap bagian.
Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau
merah coklat yang menggambarkan bentuk dari moncong
senjata jejas laras.
Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
Aluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-
butir mesiu, jelaga dan minyak pelumas.
Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya
COHb.
Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan /
densitas jaringan yang berada di bawahnya.
Luka Akibat Tembakan
Luka tembak jarak dekat (close range wounds)
Jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban masih dalam jangkauan
butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat), atau jangkauan jelaga dan api
(luka tembak jarak sangat dekat).
Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya peluru, di
sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelim tato) dan atau jelaga (kelim
jelaga).
Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang bewarna merah atau hangus
terbakar.
Luka Akibat Tembakan
Luka tembak jarak jauh (long range wound)
Jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar jangkauan butir
mesiu.
Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
Senjata yg sering diberi minyak, pada kelim lecet dapat dilihat pengotoran
bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.
Luka Tembak Masuk
Jenis LTM Pembentuk Bentuk
LTM jarak jauh Komponen anak peluru Lubang dengan kelim lecet dan
kelim kesat pada dindingnya
LTM jarak dekat Komponen anak peluru dan Lubang dengan kelim lecet,
butir-butir mesiu yang tidak kelim kesat, kelim tatoo
habis terbakar dan jelaga dan/atau kelim jelaga
LTM jarak sangat Komponen anak peluru, butir Lubang dengan kelim lecet,
dekat mesiu, jelaga, dan panas/api kelim kesat, kelim tatoo
dan/atau kelim jelaga, dengan
kelim api di tepi lubangnya