Anda di halaman 1dari 30

Akuntansi Sewa

KELOMPOK: IV
1. Sri Wulandari (15130310007)
2. M. Rico Ardi Setiawan (15130310011)
3. Bayu Dendi Pratama (15130310022)
4. Ainul Hidayatil Choiriah (15130310045)
5. Bobby Hermawan (15130310333)
6. Rendi Kurniawan (15130310334)

KELAS: 4-A.1 AKUNTANSI


Definisi Sewa
Sewa adalah perjanjian antara lessee (penyewa)
dengan lessor (pemberi sewa) di mana lessee diberikan
hak oleh lessor untuk menggunakan aset milik lessor
pada periode yang telah disepakati. Atas diperolehnya
hak tersebut, lessee diharuskan melakukan pembayaran
(serangkaian pembayaran) kepada lessor. Perjanjian
sewa memungkan aset tersebut menjadi milik lessee
atau dikembalikan kepada lessor pada akhir masa sewa.
Istilah sewa pada pembahasan ini dulunya dikenal
sebagai sewa guna usaha (leasing).
Keunggulan Sewa
Jika dibandingkan antara sewa dengan membeli tunai melalui utang bank, maka sewa memiliki beberapa keuntungan
sebagai berikut
Pendanaan 100%
Tingkat bunga tetap
Perlindungan terhadap keusangan
Fleksibel
Bunga lebih rendah
Keuntungan pajak
Pembiayaan off-balance sheet

Perkembangan Sewa di Indonesia


Sewa (leasing) sebagai salah satu bentuk pembiayaan mulai berkembang di indonesia pada tahun 1974 setelah terbitnya
surat keputusan bersama (SKB) tiga menntri yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian , dan Menteri Perdagangan.
berdasarkan laporan dari Asosiasi perusahaan pembiayaan Indonesia (APPI), pada tahun 2013, piutang pembiayaan
melalui sewa (leasing) menempati posisi kedua (33%) setelah pembiayaan konsumen (64%). Walaupun pertumbuannya
tidak sebesar pembiayaan konsumen, nilai piutang leasing diperkirakan terus mengalami peningkatan pada tahun 2014.
Jenis-Jenis Sewa
Sewa operasi
Sewa pembiayaan

Kriteria sewa pembiayaan


Suatu transaksi yang secara substansi mengalihkan resiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan suatu aset, biasanya memenuhi salah satu atau beberapa situasi berikut ini :
1. Perjanjian sewa menyatakan adanya pengalihan kepemilikan aset kepada lessee pada
akhir masa sewa.
2. Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan
nilai wajar oada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan
3. Masa sewa mencakup sebagai besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak
dialihkan.
4. Pada awal sewa, nilai kini darijumlah pembayaran sewa minimum secara substansial
mendekati nilai wajar aset sewaan
5. Aset sewaan besifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakan nya tanpa perlu
modifikasi secara material.
Analisis Perjanjian Sewa
Contoh 20.1 Transaksi yang mengandung Sewa
PT A mengadakan kontrak pembelian BBM yang dihasilkan oleh kilang milik PT B. Kilang transaksi oleh PT B
khusus menghasilkan BBM dalam rangka kontrak dengan PT A. Harga pembelian BBM yang dibayar oleh PT A
jauh diatas harga pasar yang berlaku. PT B harus memenuhi permintaan BBM dari PT A dan tidak boleh
memasok BBM tersebut dan kilang lain selain kilang yang dimaksud dalam kontrak PT B juga tidak dapat
menjual BBM dari kilang tersebut kepada pihak lain. Pada akhir tahun ke 21 sebagian diserahkan kepada PT
A.
Indikator lain juga mungkin ada pada sewa pembiayaan yang mencakup salah satu atau beberapa situasi
berikut:
1. Sewa yang tidak dapat dibatalkan
2. Awal sewa
3. Awal masa sewa
4. Masa sewa
5. Pembayaran sewa minimum
6. Rental kontinjen
7. Nilai residu yang dijamin
8. Umur ekonomis
9. Umur manfaat
Akuntansi Sewa Untuk Lessee
Sewa Pembiayaan
Pengakuan awal dan pengukuran
Pengakuan aset dan liabilitas
Pada sewa pembiayaan, lesse mengakui aset dan liabilitas di awal masa sewa sebesar nilai terendah antara nilai
wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembiayaan sewa minimum. Nilai aset dan liabilitas tersebut diakui
pada nilai yang sama, kecuali jika terdapat uang muka atas sewa, maka liabilitas diakui stelah dikurangi uang muka.
Sebagai contoh, jika nilai wajar aset adalah Rp 100.000.000 dari nilai kini pembiayaan sewa minimum adalah Rp
97.000.000, maka jurnal yang dicatat lessee pada awal masa sewa adalah sebagai berikut,
Aset sewa pembiayaan 97.000.000

liabilitas sewa pembiayaan 97.000.000

Perhitungan nilai kini atas pembayaran sewa minimum dapat dilihat pada contoh 20.2. pada saat pengakuan awal,
nilai liabilitas yang diakui sama dengan nilai aset kecualli telah terdapat pembayaran atas sebagian liabilitas.
Jika nilai wajar aset adalah Rp 97.000.000 dan lessee sudah membayar uang muka sebesar Rp 10.000.000 maka
jumlahnya sebagai berikut.
Aset sewa pembiayaan 97.000.000
uang muka sewa 10.000.000
liabilitas sewa pembiayaan 87.000.000
Contoh 20.2 Sewa Pembiayaan bagi Lessee tanpa Nilai Residu
Pada tanggal 1 januari 2015, PT lessee menandatangani kontrak sewa sebuah mesin
selama 4 tahun dengan PT Lessor. Nilai wajar mesin saat awal sewa sebesar Rp
150.000.000, tanpa nilai residu. PT Lesse telah menggunakan mesin tersebut pada
tanggal 2 januari 2015. Pada akhir masa sewa mesin dikembalikan ke PT lessor yaitu
tanggal 31 desember 2018. PT lessor menetapkan sewa dilakukan secara tahunan tiap
awal periode mulai 2 januari 2015 sebesar Rp 41.933.445. PT lesse mambayar biaya
langsung awal sebesar Rp 10.000.000 diluar pembayaran sewa. Tingkat bunga implisit
yang ditetapkan PT lessor sebesar 8% (diketahui oleh PT lessor) sedangkan tingkat
bunga inkremental bagi PT lesse adalah sebesar 10%. Umur ekonomik mesin
diestimasikan 5 tahun. Metode penyusutan yang digunakan untuk pencatatan adalah
garis lurus.
Langkah peertama yang harus dilakukan adalah melakukan analisis atas jenis sewa, yaitu sebagai
berikut :
1. Perjanjian sewa menyatakan adanya pengalihan kepemilikan aset kepada lesse pada akhir masa
sewa. Kriteria ini tidak terpenuhi karena aset dikembalikan ke PT lessor pada masa akhir sewa.
2. Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai
wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa
opsi bisa dilaksanakan. Kriteria ini juga tidak terpenuhi karena tidak ada opsi untuk membeli aset
yang ditawarkan kepada PT lesse dalam perjanjian sewa.
3. Masa sewa mencakup sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak dialihkan.
Kriteria ini terpenuhi karena masa sewa (4 tahun) meliputi sebaian besar umur ekonomis (5 tahun).
4. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara subtansional wajar
aset sewaan. Kriteria ini tidak terpenuhi dengan perhitungan sebagai berikut :
Pembayaran sewa minimum Rp 41.933.445
Faktor nilai kini anuitas due of / (n = 4,1 = 8%*) Rp 35.730.369
Nilai kini pembayaran sewa minimum** Rp 150.000.000.000
Nilai wajar aset Rp 150.000.000.000

5. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakan tanpa perlu dimodifikasi
secara material. Kriteria ini tidak terpenuhi karena tidak terdapat informasi terkait
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jenis Sewa adalah sewa pembiayaan, sehingga PT lesse
mengakui aset dan liabilitas terkait di awal masa sewa dengan jurnal sebagai berikut

2 Januari 2015 Asset sewa pembelian 160.000.000


Liabilitas sewa pembiayaan 150.000.000
Kas 10.000.000

Jika tidak terdapat biaya langsung awal, maka nilai aset yang diakui sama dengan nilai liabilitas nya. Perlu
diperhatikan bahwa pengakuan hasil dilakukan pada awal masa sewa yaitu tanggal 2 Januari 2015, sedangkan
tanggal 1 Januari 2015 adalah masa sewa. Untuk memudahkan pencatatan selanjutnya, sebaiknya menggunakan
tabel amortisasi seperti pada tabel 20.1

Tanggal Penerimaan sewa Pendapatan Pengurangan pokok Piutang sewa


bunga(8%) piutang
2/1/15 150.000.000

2/1/15 41.933.445 41.933.445 108.066.555

2/1/16 41.933.445 8.645.324 33.288.121 74.778.434

2/1/17 41.933.445 5.982.275 35.951.170 38.827.264

2/1/18 41.933.445 3.106.181 38.827.264


Pada tabel 20.1 dapat dilihat bahwa untuk tanggal 2 Januari 2015 ada dua baris karena pembayaran sewa pertama dilakukan langsung di awal masa
sewa, sehingga seluruh pembayaran merupakan pelunasan pokok. Beban bunga dihitung 8% dikali liabilitas sewa pada tanggal pembayaran
sebelumnya, sehingga tidak ada beban bunga yang diakui tanggal 2 Januari 2015 perlu diperhatikan bahwa beban bunga belum terjadi jika waktu
belum berjalan dari awal masa sewa. Pengurangan pokok liabilitas diperoleh dari selisih antara pembayaran sewa dengan beban bunga. Atas barang
tersebut PT lesse mencatat jurnal berikut

2 Januari 2015 Liabilitas sewa pembiayaan 41.933.445


Kas 41.933.445

Pada akir tahun 2015 PT lesse mencatat penyusutan atas aset sewaan sebesar Rp 40.000.000 ( Rp 160.000.000/4 tahun). Aset disusutkan selama 4
tahun bukan lima tahun karena PT lesse mengembalikan aset ke PT lessor pada akhir masa sewa. Jurnal penyusutan nya adalah sebagai berikut

31 Desember 2015 Beban penyusutan 40.000.000


Akumulasi penyusutan 40.000.000

Berikutnya adalah tanggal 2 Januari 2016. Namun sesuai prinsip akrual pada akhir tahun 2010 PT lesse harus mengakui beban bunga terkait jumlah
yang akan dibayar pada awal tahun 2011 (Rp 8.645 324,39 pada tabel 20.1) dengan jurnal sebagai berikut

31 Desember 2015 Beban penyusutan 8.645.324


Utang bunga 8.645.324
Pada saat pembayaran tanggal 2 Januari 2016, PT lesse Tinggal menghapus utang bunga yang sudah diakui pada akhir tahun lalu( dengan asumsi
tidak ada jurnal pembalik) sebagai berikut

2 januari 2016 Asset sewaan pembiayaan 33.288.121


Utang Bungan 8.645.324
Kas 41.933.445
Untuk mengajaknya bunga yang dicatat selama dan lainnya mengacu pada tanggal selanjutnya dalam tabel 20.1 sedangkan pada akhir masa sewa PT
lesse mengembalikan asset sewaan kepada PT lessor dan menghentikan pengakuannya sebagai berikut

31 Desember 2018 Akm penyusutan 160.000.000


Asset sewa pembiayaan 160.000.000
Contoh 20.3 sewa pembiayaan bagi PT lesse dengan nilai residu

Pada tanggal 1 Januari 2015 PT Lessemenandatangani kontrak sewa sebuah mesin selama 4 tahun dengan PT LeeSor.
Nilai wajar mesin saat harga sewa sebesar Rp 150 000.000 dengan nilai residu Rp 30.000.000 . PT lessemulai
menggunakan mesin pada tanggal 2 Januari 2015 akhir masa sewa masih dikembalikan kepada PT lessor yaitu pada
tanggal 31 Desember 2018. PT lesor menetapkan pembayaran sewa dilakukan secara tahunan di awal periode mulai
2 Januari 2015 sebesar Rp 35 768 978. Tingkat bunga implisit yang ditetapkan PT lessor sebesar 8% sedangkan
tingkat bunga inkremental PT lesse adalah sebesar 10%

Jika nilai residu dijamin oleh PT lesse berdasarkan analisis sewa di atas maka nilai ini dari jumlah pembayaran sewa
minimum adalah sebagai berikut

Pembayaran sewa Rp 35.768.978


Faktor nilai kini anuitas due of l(n-4,i=8%) 3,5770969
Nilai kini pembayaran sewa Rp 127.949.104
Nilai residu yang dijamin Rp 30.000.000
Faktor nilai kini (n=4,i=8%) 0,7350298
Nilai kini residu yang dijamin Rp 22.050.896
Jumlah nilai kini pembayaran sewa minimum Rp 150.000.000

Nilai wajar asset Rp 150.000.000


Perhitungan diatas juga memenuhi kriteria sewa pembiayaan karena jumlah nilai kini pembayaran sewa minimum sama dengan
nilai wajarnya jika nilai residu tidak dijamin oleh PT maka nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum adalah sebagai
berikut

Pembayaran sewa Rp 35.768.978


Faktor nilai kini anuitas due of l(n-4,i=8%) 3,5770969
Nilai kini pembayaran sewa Rp 127.949.104
Nilai residu yang dijamin Rp 00
Faktor nilai kini (n=4,i=8%) 0,7350298
Nilai kini residu yang dijamin Rp 00
Jumlah nilai kini pembayaran sewa minimum Rp 127.949.104

Nilai wajar asset Rp 150.000.000


*Dibulatkan

Jumlah nilai kini pembayaran sewa minimum masih mendekati nilai wajarnya sehingga memenuhi kriteria sewa pembiayaan. Tabel amortisasi untuk
nilai residu yang dijamin dan tidak dijamin dapat dilihat pada tabel 20.2 dan tabel 20.3 sebagai berikut
Tanggal Penerimaan sewa Pendapatan bunga(8%) Pengurangan pokok Piutang sewa
piutang
2/1/15 150.000.000
2/1/15 35.768.978 35.768.978 114.231.022
2/1/16 35.768.978 9.138.482 26.630.497 87.600.525
2/1/17 35.768.978 7.008.042 28.760.936 58.839.589
2/1/18 35.768.978 4.707.167 31.061.811 27.777.778
31/12/18 30.000.000 2.222.222 27.777.778
Pada tabel 20.2 nilai residu dijamin sebesar Rp 30.000.000 ikut diperhitungkan sebagai nilai pada akhir masa
sewa, sehingga masih ada pengakuan beban bunga dan pelunasan pokok pada saat itu. Sedangkan pada nilai
residu itu yang tidak dijamin nilai liabilitas yang diakui lebih rendah dan nilai residu tidak diperhitungkan pada
akhir masa sewa seperti terlihat pada tabel 20.3
Tanggal Penerimaan sewa Pendapatan bunga(8%) Pengurangan pokok Piutang sewa
piutang
2/1/15 127.949.104
2/1/15 35.768.978 35.768.978 92.180.126
2/1/16 35.768.978 7.374.410 28.394.568 63.785.558
2/1/17 35.768.978 5.120.845 30.666.134 33.119.484
2/1/18 35.768.978 2.649.554 33.119.424
31/12/18
Pada tabel 20.4 dapat dilihat perbandingan jurnal yang dicatat oleh PT antara sewa dengan nilai residu dijamin
dan tidak dijamin
Tanggal Jurnal Nilai Residu Dijamin Nilai Residu Tidak dijamin
2/1/10 Aset sewa pembiayaan 150.000.000 127.949.104
liabilitas sewa pembiayaan 150.000.000 127.949.104

Liabilitas Sewa Pembiayaan 35.768.978 35.768.978


kas 35.768.978 35.768.978

31/12/10 Beban penyusutan 30.000.000 31.987.276


Akumulasi penyusutan 30.000.000 31.987.276

Beban bunga 9.138.482 7.374.410


Utang bunga 9.138.482 7.374.410
2/1/11 Liabilitas sewaan 26.630.497 28.394.568
Utang bunga 9.138.482 7.374.410
Kas 35.768.978 35.768.978
31/12/13 Liabilitas sewa pembiayaan 27.777.778
Beban bunga 2.222.222
Akumulasi penyusutan 120.000.000 127.949.104
Aset sewa pembiayaan 150.000.000 127.949.104

Jurnal pada tabel 20.4 mengasumsikan nilai wajar aset pada akhir masa sewa sama dengan nilai residu yang dijamin
yaitu Rp 30 000 000. Jika nilai wajar aset pada akhir masa sewa hanya Rp 20.000000 maka PT harus membayar
sejumlah Rp 10.000.000 pada saat mengembalikan sel tersebut dengan jurnal sebagai berikut:
31 desember 2018 Liabilitas sewa pembiayaan 27.777.778
Beban bunga 2.222.222
Kerugian 10.000.000
Akumulasi Penyusutan 120.000.000
Aset sewa pembiayaan 150.000.000
Kas 10.000.000

Penyajian dan pengungkapan


Silahkan lihat di buku halaman 331-333
Laporan laba rugi
Pada sewa pembiayaan, lesse mengakui beban penyusutan dan beban bunga dalam laporan laba rugi, kecuali jika beban tersebut
dimasukkan dalam jumlah tercatat asset lainnya

Sewa operasi
Pengkuan dan pengukuran
Pengakuan beban
Perlakuan akuntansi untuk sewa operasi sangat sederhana karena lesse hanya untuk mengakui beban atas pembayaran sewa
dengan dasar garis lurus Selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu
dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Mengacu pada contoh 20.1 jika sewa dikategorikan sebagai suatu hari maka PT lesse
membuat jurnal pada tiap tanggal pembayaran sewa sebagai berikut
beban sewa 41.933.445
kas 41.933.445

Pengukuran beban

Pada dasarnya nilai beban sewa diukur berdasarkan jumlah pembayaran sewa yang dilakukan oleh Pt lesse. Namun terkadang lesse
mendapat insentif tertentu dari lessor agar bersedia melaksanakan perjanjian sewa.
Sebagai ilustrasi pada awal tahun 2015 PT lesse penyewa gedung selama 4 tahun kepada PTlessor dengan pembayaran sewa Rp
10.000.000 sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi PT lessor membebaskan PT lesse atas pembayaran sewa selama 6 bulan
pertama sehingga PT mengakui dan membayar beban sewa pada tahun 2015 sebesar Rp 60.000.000 sekalipun gedung telah
digunakan selama 1 tahun berdasarkan ISAK 23 PT lesse seharusnya mengakui beban sewa tahun 2015 sebesar Rp 105 juta dengan
perhitungan sebagai berikut
Jumlah pembayaran sewa keseluruhan Rp 420.000.000
Periode sewa sesuai perjanjian 48 bulan
Beban sewa per bulan Rp 8.750.000
Beban sewa per tahun berdasarkan ISAK 23 Rp 105.000.000
AKUNTANSI SEWA BAGI LESSOR

Pengakuan awal dan pengukuran


Pengakuan piutang
Dalam sewa pembiayaan pada awal masa lesor mengakui tentang sewa sebesar nilai investasi bersih yaitu investasi
faktor yang didiskontokan dengan tingkat bunga implisit investasi kotor adalah pembayaran sewa minimum yang
akan diterima lessor berdasarkan sewa pembiayaan ditambah nilai residu (jika ada) jadi nilai piutang
(investasibersih) yang diakui lessor pada awal masa Sewa adalah sebesar nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
minimum yang akan diterima ditambah nilai residu (jika ada)

Selain mengakui piutang sewa masih juga menghentikan pengakuan aset sewaan karena semua resiko dan manfaat
yang terkait dengan kepemilikan aset telah dialihkan kepada lease nilai piutang yang diakui biasanya sama dengan
nilai aset yang digantikan berapanya kecuali jika terdapat uang muka atas sewa maka piutang yang diakui setelah
dikurangi uang muka sebagai ilustrasi nilai wajar aset pada awal masa sewa adalah Rp100.000.000 yang sama
dengan nilai investasi bersih yang dicatat lessor adalah sebagai berikut
piutang sewa pembiayaan 100.000.000
asset 100.000.000
Jika lese telah membayar uang muka sewa sebesar Rp 10.000.000 maka jurnal yang dicatat lessor adalah sebagai
berikut
piutang sewa pembiayaan 90.000.000
sewa diterima dimuka 10.000.000
asset 100.000.000
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Pembayaran sewa yang dihitung oleh oleh lessor setelah memperhitungkan penghasilan pembiayaan bagi lessor
Oleh karena itu lessor harus memisahkan antara bagian pendapatan sewa bunga dan pelunasan pokok atas
pembayaran sewa minimum pada setiap periode pengakuan pendapatan sewa didasarkan pada suatu pola yang
mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas itu investasi bagi lessor dalam sewa
pembiayaan

Contoh 20.5 sewa pembiayaan bagi lessor tanpa nilai residu


Mengacu pada contoh 20.2 nilai pembayaran sewa yang ditentukan oleh lessor berasal dari perhitungan berikut :
Nilai wajar aset sewaan Rp 150.000.000
Nilai gini atas nilai residu 0
Jumlah yang akan diperoleh kembali melalui pembayaran sewa Rp 150.000.000
Faktor nilai kini anuitas due of l (n=4,i=8%) 3,57770969
Nilai pembayaran sewa tahunan Rp 41.933.455

Karena perhitungan pembayaran sewa berdasarkan nilai wajar aset sewaan maka nilai piutang atau nilai kini dari
jumlah pembayaran sewa minimum yang akan diterima lessor berdasarkan sewa pembiayaan ditambah nilai
residu jika ada akan sama dengan nilai wajar aset sewaan pada awal masa sewa laser akan mencatat sebagai
berikut
2 januari 2015 piutang sewwa pembiayaan 150.000.000 asset
150.000.000
Contoh 20.5 sewa pembiayaan bagi lessor tanpa nilai residu
Mengacu pada contoh 20.2 nilai pembayaran sewa yang ditentukan oleh lessor berasal dari perhitungan berikut :
Nilai wajar aset sewaan Rp 150.000.000
Nilai gini atas nilai residu 0
Jumlah yang akan diperoleh kembali melalui pembayaran sewa Rp 150.000.000
Faktor nilai kini anuitas due of l (n=4,i=8%) 3,57770969
Nilai pembayaran sewa tahunan Rp 41.933.455

Karena perhitungan pembayaran sewa berdasarkan nilai wajar aset sewaan maka nilai piutang atau nilai kini dari
jumlah pembayaran sewa minimum yang akan diterima lessor berdasarkan sewa pembiayaan ditambah nilai residu
jika ada akan sama dengan nilai wajar aset sewaan pada awal masa sewa laser akan mencatat sebagai berikut

2 januari 2015 piutang sewa pembiayaan 150.000.000


asset 150.000.000

Untuk memudahkan pencatatan selanjutnya sebaiknya menggunakan tabel amortisasi seperti pada tabel 20.5
pada dasarnya nilai pada tabel 20.5 sama dengan tabel 20.1 sekilas karena tingkat bunga yang digunakan
keduanya sama yaitu 8% perbedaannya hanya pada istilah pembayaran beban dan liabilitas yang diganti dengan
penerimaan pendapatan dan piutang
Tanggal Penerimaan sewa Pendapatan bunga 8% Pengurangan pokok piutang Piutang sewa
2/1/15 150.000.000
2/1/15 41.933.445 41.933.445 108.066.555
2/1/16 41.933.445 8.645.324 33.288.121 74.778.434
2/1/17 41.933.445 5.982.275 35.951.170 38.827.264
2/1/18 41.933.445 3.106.181 38.827.36 0

Berdasarkan perjanjian sewa pembayaran sewa pertama dilakukan langsung di awal masa sewa atas
penerimaan sewa tersebut PT lessor mencatat jurnal sebagai berikut
Penerimaan sewa berikutnya adalah tanggal 2 Januari 2016 namun sesuai prinsip akrual pada akhir tahun 2010
PT lessor harus mengakui pendapatan sewa pembiayaan pendapatan bunga terkait jumlah yang akan diterima
pada awal tahun 2016 dengan jurnal sebagai berikut

2 januari 2015 asset 150.000.000


piutang sewa pembiayaan 150.000.000

Penerimaan sewa berikutnya adalah tanggal 2 Januari 2016 namun sesuai prinsip akrual pada akhir tahun 2010
PT lessor harus mengakui pendapatan sewa pembiayaan pendapatan bunga terkait jumlah yang akan diterima
pada awal tahun 2016 dengan jurnal sebagai berikut

31 desember 2015 piutang bunga 8.645.324


pendapatan sewa pembiayaan 8.646.324
Alternatif pencatatan
PSAK 30 revisi 2011 menyatakan bahwa selisih antara nilai investasi bruto dengan investasi neto diakui sebagai
pendapatan pembiayaan tangguhan. Pembahasan diatas belum menyinggung istilah tersebut. Oleh karena itu PT
lesor juga memiliki alternatif pencatatan dengan mengakui piutang sebesar investasi kotor. Nilai piutang dicatat
berdasarkan penjumlahan pembayaran sewa faktor diskonto yaitu sebesar Rp 167.733.780,25. Nilai ini lebih
besar dari investasi bersih atau nilai aset yang dihentikan pengakuannya. Berikut adalah serangkaian jurnal
alternatifnya

2 Januari 2015 Piutang sewa pembiayaan 167.733.780


Asset 150.000.000
Pendapatan Pembiayaan Tangguhan 17.733.780

2 Januari 2015 Kas 41.933.445


Piutang Sewa Pmbiayaan 41.933.445
31 Desember Pendapatan Pembiyaan tangguhan 8.645.324
2015 Pendapatan Sewa Pembiyaan 8.645.324
2 Januari 2016 Kas 41.933.445
Piutang Sewa Pembiayaan 41.933.445
Contoh 20.6 sewa pembiayaan bagi lessor dengan nilai residu
Mengacu pada contoh 20.3 terlepas apakah nilai residu dijamin atau tidak, maka nilai pembayaran sewa yang
ditentukan oleh resor berasal dari perhitungan berikut :
Nilai wajar aset sewaan Rp 150.000.000
Nilai kini atas residu (Rp30.000.000 x 0,73502985) Rp 22.050.895
Jumlah yang akan diperoleh kembali melalui pembayaran sewa Rp 127.949.140
Faktor nilai Kinii anuitas due of l (n=4,i=8) Rp. 3,5770969
Nilai pembayaran sewa tahunan Rp 35.768.978
*Factor nilai kini single sum n=4,i=8%

Tabel amortisasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel 20.6 yang nilainya sama dengan tabel 20.2 ( untuk lease
ketika nilai residu dijamin) kecuali tingkat bunga yang digunakan
berbeda antara lessor dan lessee. Padahal esor perhitungan untuk nilai residu yang tidak dijamin sama dengan nilai
residu dijamin. Jadi perlu diperhatikan bahwa nilai pada tabel amortisasi lese akan sama dengan lessor jika tingkat
bunga yang digunakan sama dan nilai residu dijamin. Jadi perlu diperhatikan bahwa nilai pada tabel amortisasi Lies
akan sama dengan restore jika :

1. Tingkat bunga yang digunakan sama dan


2. Tidak ada nilai residu atau nilai residu dijamin
Jika kondisi ini tidak terpenuhi maka kita harus membuat tabel amortisasi untuk masing-masing pihak
Tabel 20.6 tabel amortalisasi bagi lessor nilai residu dijamin dan tidak dijamin
Tanggal Penerimaan sewa Pendapatan bunga Pengurangan pokok Piutang sewa
(8%) piutang
2/1/10 150.000.000
2/1/10 35.768.978 0 35.768.978 114.231.022
2/1/11 35.768.978 9.138.482 26.630.497 87.600.525
2/1/12 35.768.978 7.008.042 28.760.936 58.839.589
2/1/13 35.768.978 4.707.167 31.061.811 27.777.778
31/12/13 30.000.000 2.222.222 27.777.778 0

Jurnal yang dicatat beda rasa sama dengan pembahasan sebelumnya namun nilainya mengacu pada tabel
20.6. Pada akhir masa sewa PT lese mengembalikan aset sewaan kepada PT lessor. Jika nilai residu dijamin
dan lewat nilai aset pada akhir masa sewa hanya rp 20.000.000, maka PT resor menerima pembayaran
sejumlah Rp.10.000.000 dari PT lesse . PT lese akan mencatat jurnal sebagai berikut:

31 desember Kas 10.000.000


2018
Asset 20.000.000
Piutang Sewa Pembayaran 27.777.778

Pendapatan Sewa Pembiyaan 2.222.222


Sewa Operasi

Pengakuan dan pengukuran


Pengakuan pendapatan
Sama halnya dengan Lesse perlakuan akuntansi untuk sewa operasi bagi lessor juga sederhana karena lessor
hanya perlu mengakui pendapatan atas pembayaran sewa yang diterima. Ilustrasi 20.1 jika sewa dikategorikan
sebagai sewa operasi maka PT lessor membuat jurnal pada tiap tanggal pembayaran sewa sebagai berikut
Kas 41.933.445
pendapatan sewa 41.933.445

Contoh 20.7 Sewa bagi Lessor Pabrikan atau Dealer


Mengacu pada contoh 20.5 dan 20.6, jika biaya perolehan aset bagi PT Lessor adalah Rp 100.000.000 maka
berikut perhitungan yang diperlukan.

Akun Nilai Residu


Dijamin Tidak Dijamin
Piutang Sewa Pembayaran 150.000.000 150.000.000

Pendapatan Penjualan 150.000.000 127.949.104


Biaya Penjualan 100.000.000 77.949.102
Laba Penjualan 50.000.000 50.000.000
Tabel amortisasi yang digunakan dalam sewa pembiayaan bagi lessor pabrikan atau dealer sama dengan sewa
pembiayaan pada umumnya. Dalam kasus ini mengacu kepada Tabel 20.6. Sedangkan jurnal yang harus dicatat
oeh lessor adalah sebagai berikut.
Tanggal Jurnal Nilai Residu Dijamin Nilai Residu Tidak DIjamin
2/1/15 Piutang Sewa Pembiayaan 150.000.000 150.000.000
Biaya Penjualan 100.000.000 77.949.104
Pendapatan Penjualan 150.000.000 150.000.000
Aset 100.000.000 77.949.104

Kas 35.768.978 35.768.978


Piutang Sewa Pembiayaan 35.768.978 35.768.978

31/12/15 Piutang Bunga 9.138.481 9.138.481


Pendapatan Sewa Pembiayaan 9.138.481 9.138.481

2/1/16 Kas 35.768.978 35.768.978


Piutang Bunga 9.138.481 9.138.481
Piutang Sewa Pembiayaan 26.630.497 26.630.497

31/12/18 Aset 30.000.000 30.000.000


Piutang Sewa Pembiayaan 27.777.778 27.777.778
Pendapatan Sewa Pembiayaan 2.222.222 2.222.222
TRANSAKSI JUAL DAN SEWA-BALIK
Pembayaran sewa dan harga jual biasanya saling terkait karena keduanya dinegosiasikan dalam satu paket.
Dalam transaksi ini, pihak yang awalnya menjual aset akan menjadi lessee dan yang membeli aset akan menjadi
lessor, seperti pada Gambar 20.3. Perlakuan akuntansi untuk transaksi jual dan sewa-balik bergantung pada jenis
sewanya, apakah penyewaan kembali tersebut memenuhu kategori sewa pembiayaan atau sewa operasi.

(1) Menjual Aset


Lessee Lessor

(2) Menyewakan Aset

Gambar 20.3 Skema Transaksi Jual dan Sewa-Balik

Sewa Pembiayaan
Pengakuan dan Pengukuran
Lesse (Penjual)
Jika suatu transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa pembiayaan, maka selisih lebih hasil penjualan dari
jumlah tercatat tidak dapat diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual (lessee), tetapi ditangguhkan dan
diamortisasi selama masa sewa.
Sedangkan untuk pengakuan aset sewaan dan liabilitas terkait pada saat penjual (lesse) menyewa kembali mengacu pada
ketentuan dalam sewa pembiayaan seperti yang sudah dibahas sebelumnya.
Contoh 20.8 Transaksi Jual dan Sewa-Balik
Mengacu pada Contoh 20.2 dan 20.4, sebelumnya menyewanya dari PT Lessor, PT Lessee memiliki aset sewaan tersebut dengan
biaya perolehan Rp 100.000.000 dan kemudian menjualnya kepada PT Lessor seharga Rp 150.000.000. PT Lessor akan mengakui
nilai wajar aset tersebut sebesar RP150.000.000 dan kemudian digunakan sebagai dasar perhitungan pembayaran sewa kepada PT
Lessee. Asumsi tidak ada biaya langsung awal untuk kedua pihak, maka jurnal yang dicatat oleh kedua belah pihak seperti yang
disajikan pada Tabel 20.9
PT Lessee PT Lessor
2/1/15
Kas 150.000.000 Aset 150.000.000
Aset 100.000.000 Kas 150.000.000
Pendapatan Tangguhan 50.000.000
Piutang Sewa Pembiayaan 150.000.000
Aset Sewa Pembiayaan Aset
Liabilitas Sewa Pembiayaan 150.000.000 150.000.000
150.000.000 Kas
Liabilitas Sewa Pembiayaan Piutang Bunga 41.933.445
Kas 41.933.445
41.933.445 Tidak ada jurnal
31/12/15
Beban Penyusutan 41.933.445 Piutang Bunga
Akumulasi Penyusutan Pendapatan Sewa Pembiayaan 8.645.324

Beban Bunga 37.500.000* Tidak ada jurnal 8.645.324


Utang Bunga 37.500.000

Pendapatan Tangguhan 8.645.324


Pendapatan Penjualan 8.645.324
SEWA OPERASI

Pengakuan dan Pengukuran


Lessee (Penjual)
Jika suatu transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa operasi:
1. Jika lessee menjual aset tersebut pada nilai wajarnya, maka laba atau rugi diakui segera;
2. Jika harga jual di bawah nilai wajarnya, maka laba atau rugi diakui segera, kecuali rugi tersebut
dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan yang lebih rendah dari harga pasar, maka rugi tersebut
harus ditangguhkan dan diamortisasi secara proporsional dengan pembayaran sewa selama periode penggunaan
aset;
3. Jika harga jual di atas nilai wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut ditangguhkan dan diamortisasi
selama periode penggunaan aset;
4. Jika nilai wajar aset pada saat transaksi jual dan sewa-balik lebih rendah daripada jumlah tercatatnya, rugi
sebesar selisih antara jumlah tercatat dan nilai wajar diakui segera.
Harga Jual = Harga Jual > Nilai Wajar Harga Jual < Nilai Wajar
Nilai Wajar (160>50) (130<150)
(150=150)
Nilai Wajar > Biaya Laba sebesar Laba sebesar 50 (nilai wajar Laba sebesar 30 (harga jual biaya
Perolehan 50 diakui biaya perolehan) diakui segera. perolehan) diakui segera
(150>100) segera
Laba sebesar 10 (harga jual nilai
wajar) ditangguhkan dan
diamortisasi.
Nilai Wajar < Biaya Rugi sebesar Rugi sebesar 50 (biaya prolehan Rugi sebesar 70 (biaya perolehan harga
Perolehan 50 diakui nilai wajar) diakui segera. jual) diakui segera.
(150<200) segera
Laba sebesar 10 (harga jual nilai Jika rugi tersebut dikompensasikan
wajar) ditangguhkan dan dengan pembayaran sewa di masa depan
diamortisasi yang lebih rendah dari harga pasar,
maka rugi tersebut harus ditangguhkan
dan diamortisasi

Anda mungkin juga menyukai