Anda di halaman 1dari 42

OLEH

LA ODE MUH. NUZUL ANSI, S.IP., M.Si

1
Kriteria Penilaian
Variabel Prosentase

Nilai Ujian Mid Semester 30%

Nilai Ujian Akhir Semester 35%

Tugas 20%

Kehadiran 10 %

Kuis 5%
PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar filsafat negara RI yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945
Dalam perjalanan sejarah Pancasila kadang hanya
dijadikan alat legitimasi kekuasaan bukan dasar
filsafat negara dan pandangan hidup bangsa
Reformasi,mencabut Tap No. XVIII/MPR/1998
tentang pencabutan P-4 dan asas tunggal
Pancasila

3
Dampak sebaliknya adalah kalau ada pihak yang mengkaji
dan mengembangkan pancasila pada masa sekarang ini,
dianggap mengembalikan kewibawaan orde baru.
Akibatnya bisa memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Realitas saat ini hasil reformasi belum dapat dinikmati oleh
masyarakat, nasionalisme semakin rapuh, gerakan masa
brutal dan lain2.
Pengaruh ideologi liberal, sosialis, komunis masuk di era
reformasi dan demokrasi saat ini.
Meletakkan ideologi Pancasila sebagai ideologi negara
secara benar

4
Landasan Pendidikan Pancasila
a. Landasan Historis
b. Landasan Kultural
c. Landasan Yuridis
d. Landasan Filosofis

Ad. a. Landasan Historis


Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses sejarah
panjang sejak Kutai, Sriwijaya, Majapahit.
Tersimpul ciri khas, sifat dan karakteristik bangsa yang
berbeda dengan bangsa lain.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila secara
objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Sangat penting bagi generasi penerus untuk mengkaji,
memahami dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila
berdasarkan pendekatan ilmiah
5
Ad. b. Landasan Kultural
Setiap bangsa memiliki pandangan hidup, filsafat hidup
dan pegangan hidup agar tidak terombang-ambing dalam
kancah pergaulan masy. Internasional.
Nilai-nilai pancasila bukan merupakan hasil pemikiran
konseptual seseorang tetapi hasil karya besar bangsa
Indonesia, yaitu diangkat dari nilai-nilai kultural yang
dimiliki bangsa Indonesia. Proses refleksi historis pendiri
negara.
Ideologi Pancasila dapat disejajarkan dengan ideologi-
ideologi bangsa lain.
Generasi penerus harus mendalami dan mengembangkan
sesuai tuntutan zaman.

6
Ad. c. Landasan Yuridis
UUD 1945, Pasal 31 = setiap WN berhak mendapatkan
pendidikan
UU No. 30 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tujuan : Pendidikan Psl untuk meningkatkan kualitas
mental/emosional, yang tidak instan, jadi dibutuhkan
proses sehingga harus diberikan secara kontinu dalam
semua jenjang pendidikan.
Agar mahasiswa mampu mengambil sikap sesuai hati
nuraninya, mengenali masalah hidup, mengenali
perubahan serta mampu memaknai peristiwa sejarah,
nilai-nilai budaya demi persatuan bangsa.

7
Ad. d. Landasan Filosofis
Secara filosofis bangsa Indonesia berkeTuhanan dan
berkemanusiaan.
Syarat mutlak suatu negara adalah adanya persatuan yang
terwujudkan sebagai rakyat (unsur pokok negara). Harus
berpersatuan dan berkerakyatan
Dalam hidup bernegara nilai2 Psl merupakan dasar filsafat
negara. Konsekuensinya dalam setiap penyelenggaraan
negara harus bersumber pada nilai2 pancasila termasuk
sistem peraturan Per-UU-an di Indonesia.
Sumber nilai dalam pembangunan Politik, ekonomi,
hukum, sosial budaya, maupun hankam

8
Tujuan Pendidikan Pancasila
Untuk menghasilkan peserta didik yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
dengan sikap dan perilaku :
1. memiliki kemampuan untuk mengambil sikap
yang bertgjwb sesuai hati nuraninya.
2. Memiliki kemampuan untuk mengenali
masalah hidup dan kesejahteraan dan cara2
pemecahannya.
3. Mengenali perubahan2 dan perkembangan ilmu
pengetahuan, tek, dan seni.
4. Memiliki kemampuan untuk memaknai
peristiwa sejarah dan nilai2 budaya bangsa
untuk menggalang persatuan Indonesia.
9
PENGERTIAN PANCASILA
A. Secara Etimologis
Secara Etimologis/bahasa, menurut tingkatannya, Pancasila itu berasal
dari bahasa sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana)
Menurut Mohammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan
Pancasila ada 2 macam arti yaitu :
- Panca artinya lima.
- Syila, artinya batu sendi, alas atau dasar
- Syiila, artinya peraturan tingkah laku yang penting/baik/senonoh.
Kata sila dalam bahasa Indonesia menjadi susila artinya tingkah laku
yang baik.
Maka perkataan Panca-syila artinya berbatu sendi yang lima.
Sedangkan perkataan Panca-syiila artinya lima aturan tingkah laku yang
penting.

10
Perkataan Pancasila mula-mula dipergunakan oleh pemeluk
Agama Budha di India. Ajaran Budha bersumber pada kitab
suci Tri Pitaka :
Sutha Pitaka
Abhidama Pitaka
Vinaya Pitaka
Dalam ajaran-ajaran Budha antara lain memuat tentang ajaran-
ajaran moral, dimana untuk setiap golongan berbeda
kewajiban moralnya antara lain :
Dasasyila
Saptasyila
Pancasyila
Ajaran Pancasila menurut Budha merupakan lima aturan
(larangan) atau Five Moral Principles yang harus ditaati dan
dilaksanakan oleh para penganut biasa (awam) dalam
agama Budha yang menurut bahasa aslinya bahasa Pali.

11
Pancasila yang berisi lima larangan atau pantangan yang
dalam kitab budhisme berbunyi sebagai berikut :
1. Panatipala veramani sikhapadam samadiyani
(Janganlah mencabut nyawa makhluk hidup/dilarang
membunuh)
2. Adinna dana veramani shikapadam samadiyani
(janganlah mengambil barang yang tidak
diberikan/dilarang mencuri)
3. Kameshu micchacara veramani sikhapadam samadiyani
(Janganlah berhubungan kelamin/dilarang berzina)
4. Musawada veramani sikhapadam samadiyani
(Janganlah berkata palsu/dilarang berdusta)
5. Sura-meraya-majja-pamada-tthana sikhapadam
samadiyani
(Janganlah meminum-minuman yang menghilangkan
pikiran, yang maksudnya dilarang minum minuman
keras)

12
Perkataan Pancasila dalam khasanah kesusasteraan
Indonesia di Jaman Majapahit dapat ditemukan pada Kitab
Negarakertagama karangan Empu Prapanca tahun 1365.
Dalam sarga 53 bait ke 2 berbunyi
Yatnaggewani pancasyila kertasangskarabhisekakarama,
artinya Raja menjalankan dengan setia kelima pantangan
(Pancasila) itu.
Kata-kata tersebut digunakan pada upacara-upacara ibadat
dan penobatan-penobatan.
Dalam budaya Jawa, ada Ma lima (lima prinsip moral),
dilarang :
Mateni (membunuh)
Maling (mencuri)
Madon (berzina)
Mabok,madat (minum-minuman keras)
Main (berjudi)

13
B. Secara Historis
Konsep Pancasila dibahas dalam Sidang BPUPKI.
Sidang I : tgl 29 Mei- 1 Juni 1945, Sidang II : tgl 10-16 Juli 1945.
Mr. Muhammad Yamin, secara lisan dalam pidatonya (29 Mei 1945) :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Secara tertulis Muh. Yamin menyampaikan usul :


1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

14
Mr. Soepomo dalam pidatonya (31 Mei 1945)
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat

Ir. Soekarno dalam pidatonya (1 Juni 1945) :


1. Kebangsaan Nasionalisme
2. Perikemanusiaan- Internasionalisme
3. Mufakat Demokrasi
4. Keadilan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Menurut Bung Karno kelima sila ini bisa diperas menjadi Tri sila yaitu :
1. Socio-nasionalisme
2. socio-demokratie
3. Ke-Tuhanan
Menurut Bung Karno Tri sila tersebut dapat diperas lagi menjadi eka sila
yaitu gotong royong.

15
Piagam Jakarta (22 Juni 1945) disusun oleh Panitia 9 :
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 (18 Agustus 1945) :


1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi seluruh rakyat Indoesia

16
Konstitusi RIS (29 Desember 1949 s.d. 17 Agustus 1950),
rumusan dasar negara berbunyi sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial

UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)rumusan dasar


negara sama seperti yang tercantum dalam Konstitusi RIS.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, isinya : membubarkan badan
konstituante, kembali ke UUD 1945, membentuk MPRS
dan DPAS
Dari keseluruhan rumusan Pancasila itu yang sah adalah
yang tercantum dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945.

17
Amandemen UUD 1945
I. 1999
II. 2000
III. 2001
IV. 2002

18
C. ASAL MULA PANCASILA

Pengertian
Pancasila sebagai dasar filasafat Negara Republik
Indonesia digali dari nilai-nilai budaya dan nilai-nilai
agama-agama bangsa Indonesia. Menurut Prof.
Notonagoro, S.H., Pancasila kalau ditinjau asal mulanya;
atau sebab terjadinya maka Pancasila memenuhi syarat
empat sebab (kausalitas) sebagaimana menurut Aristoteles
yaitu :
Causa materialis, (asal mula bahan)
Causa formalis, (asal mula bentuk)
Causa Efisien, (asal mula karya)
Causa Finalis, (asal mula tujuan)

19
Penjelasannya :
Causa materialis (asal mula bahan)
Sebelum Pancasila dirumuskan sebagai asas kehidupan
kenegaraan, unsur-unsurnya telah terdapat pada Bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu, terdapat dalam adat-
istiadat, kebudayaan dan dalam agama-agama yang ada
di Indonesia.

Causa Formalis, (asal mula bentuk)


Yaitu, bahwa bagaimana asal mula bentuk, atau
bagaimana bentuk Pancasila itu dirumuskan. Artinya
adalah Pembentukan Negara oleh para pendiri negara
diantaranya, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai
anggota BPUPKI, bersama-sama dengan anggota BPUPKI
lainnya. Dimana pada sidang BPUPKI pertama
dirumuskan dan dibahas Pancasila.

20
Causa Efisien, (asal mula karya)
Yaitu, sejak mulai dirumuskannya, dibahas
dalam sidang BPUPKI pertama dan kedua, juga
dalam proses pengesahan Pancasila Dasar
Filsafat Negara oleh PPKI tanggal 18 Agustus
1945 yang dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta merupakan asal mula karya.
Juga di dalam Panitia Sembilan pada tanggal 22
Juni 1945 yang merumuskan Piagam Jakarta
yang memuat calon rumusan Dasar Negara
Pancasila sebagai asal mula sambungan.

21
Causa Finalis, (asal mula tujuan)
Yaitu, asal mula dalam hubungannya dengan
tujuan dirumuskannya Pancasila sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia. Hal ini diwujudkan
oleh Panitia Sembilan termasuk Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta, dimana semuanya sebagai
anggota BPUPKI yang menyusun Piagam Jakarta
(Pembukaan UUD 1945) pertama kali dibentuk,
dan memuat Pancasila.
Kemudian PPKI menerima rancangan tersebut
dengan segala perubahannya, hal ini
dimaksudkan bahwa tujuan dibentuknya
Pancasila adalah sebagai Dasar Filsafat Negara
Republik Indonesia.

22
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat
B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai suatu
sistem
C. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat
D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi
Bangsa dan negara Republik Indonesia
E. Inti Sila Sila-sila Pancasila

23
A. Pengertian Filsafat

Secara Etimologis Filsafat berasal dari bahasa Yunani


philein yang artinya cinta dan sophos yang
artinya hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom.
Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung
makna cinta kebijaksanaan.

24
Arti filsafat meliputi berbagai masalah dapat
dikelompokkan menjadi 2 macam :
Pertama : Filsafat sebagai produk yang mencakup
pengertian, yaitu :
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu,
konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf
pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan
suatu aliran atau sistem filsafat tertentu,
misalnya rasionalisme, materialisme,
pragmatisme dan lain sebagainya.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang
dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari
aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencuri suatu
kebenaran yang timbul dari persoalan

25
Kedua : Filsafat sebagai suatu proses yang dalam hal ini
filsafat diartikan dalam bentuk aktivitas berfilsafat,
dalam proses pemecahan masalah dengan menggunakan
suatu cara dan metode tertentu sesuai dengan objeknya
Cabang-cabang Filsafat yang pokok :
1. Metafisika, membahas hal-hal yang bereksistensi dibalik
fisis, meliputi bidang-bidang: ontologi, kosmologi dan
antropologi
2. Epistemologi, berkaitan dengan persoalan hakikat
pengetahuan
3. Metodologi, berkaitan dengan persoalan hakikat metode
dalam ilmu pengetahuan
4. Logika, berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu
rumus-rumus dan dalil-dalil berfikir yang benar.
5. Etika, berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia
6. Estetika, berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan

26
B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila
Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri 5 sila pada hakikatnya


merupakan sistem filsafat.
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh.

27
1. Susunan Kesatuan Pancasila
yang bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan
Pancasila merupakan satu kesatuan yang majemuk
tunggal. Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak
saling bertentangan.
Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis pada
hakikatnya bersumber pada hakikat dasar ontologis
manusia monopluralis yang memiliki unsur-unsur:
- Susunan Kodrat = jasmani-rohani
- Sifat kodrat = individu-makhluk sosial
- Kedudukan kodrat = pribadi berdiri sendiri-makhluk
Tuhan YME
Sila-sila Pancasila merupakan penjelmaan hakikat manusia
monopluralis yang merupakan satu kesatuan organis.
28
2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan
Berbentuk Piramidal
Pengertian hierarkhis piramidal digunakan untuk
menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila
Pancasila dalam urut-urutan luas (kwantitas) dan isi
sifatnya (kwalitas).
Urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian
tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya merupakan
pengkhususan dari sila-sila dimukanya.

29
Lima sila ada hubungan yang mengikat satu
dengan yang lain sehingga pancasila merupakan
suatu keseluruhan yang bulat.

Hierarkhis Piramidal, maka Sila Ketuhanan YME


menjadi basis dari kemanusiaan,
persatuan,kerakyatan, dan keadilan,
Sebaliknya Ketuhanan YME adalah Ketuhanan
yang berkemanusiaan, berpersatuan,
berkerakyatan serta berkeadilan sosial sehingga di
dalam setiap sila terkandung sila-sila lainnya.

30
Hierarkhis dan Piramidal
1
2

31
Rumusan Pancasila Bersifat Hierarkhis dan
Berbentuk Piramidal
1. Sila Pertama : Ketuhanan YME adalah meliputi dan menjiwai
sila-sila..2, 3,4, 5
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
diliputi dan dijiwai oleh sila 1, meliputi dan menjiwai sila-sila
3, 4, 5
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai
sila 1, 2, meliputi dan menjiwai sila-sila 4, 5
4. Sila Empat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan adalah
diliputi dan dijiwai oleh sila 1, 2, 3 meliputi dan menjiwai sila-
sila 5
5. Sila Lima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
adalah diliputi dan dijiwai sila 1, 2, 3, 4.

32
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang
saling mengisi dan saling Mengkualifikasi
Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Majemuk
Tunggal, hierarkhi Piramidal juga memiliki sifat
saling mengisi dan saling mengkualifikasi.
Maksudnya dalam setiap sila terkandung nilai
keempat sila lainnya.
1. Sila Ketuhanan YME adalah berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia
dst
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah
ber-Ketuhanan YME, berpersatuan Indonesia,
dst
3. Dst
33
C. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem
Filsafat
Pada hakikatnya bukan hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal logis saja, namun
jg meliputi : kesatuan dasar ontologis, dasar
epistemologis, dasar aksiologis dari sila-sila
Pancasila.

Pengertian Ontologi :
Bidang/cabang filsafat yang menyelidiki
hakikat dari realita yang ada.
Ontologi meliputi masalah apa hakikat ilmu itu, apa
hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren
dengan pengetahuan yang tidak terlepas dari
persepsi kita tentang apa dan bagaimana yang
ada.
34
1. Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila
Pancasila yang terdiri 5 sila setiap sila bukanlah
berdiri sendiri-sendiri, melainkan satu kesatuan
dasar ontologis.

Dasar Ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah


manusia yang memiliki hakikat mutlak
monopluralis. Oleh karena itu hakikat dasar ini
juga disebut sebagai dasar Antropologis.
35
Pancasila adalah dasar filsafat negara, adapun
pendukung pokok negara adalah rakyat dan unsur
rakyat adalah manusia itu sendiri.
Sehingga Hakikat dasar antropologis sila-sila
Pancasila adalah manusia.

Hubungan kesesuaian antara negara dengan


landasan sila-sila Pancasila adalah berupa
hubungan sebab-akibat,yaitu :
1. negara sebagai pendukung hubungan
2. Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil
sebagai pokok pangkal hubungan.

36
Landasan sila-sila Pancasila yaitu
Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai
sebab adapun negara sebagai akibat.

37
Hubungan Kesesuaian antara Negara dengan
Landasan Sila-sila Pancasila

Tuhan,
manusia,
Satu, Negara
rakyat,
adil
Sebab Akibat
(Pangkal Hubungan) (Pendukung Hubungan)
38
Syarat-syarat berdirinya Negara
A. Unsur Konstitutif
1. Rakyat
2. Wilayah
3. Pemerintah yang berdaulat
B. Unsur Deklaratif
Pengakuan dari negara lain.

39
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan suatu sistem pengetahuan.

Pengertian Epistemologi :
cabang filsafat yang membahas tentang sumber, batas, proses
hakikat dan validitas pengetahuan.

Pancasila sebagai pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia


dalam kehidupan.
Pancasila menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-
keyakinan yang menyangkut praktis. Karena dijadikan
landasan bagi cara hidup manusia/kelompok masyarakat.
Hal ini berarti filsafat telah menjelma menjadi ideologi.

40
Dasar Epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak
dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
Pancasila sebagai objek pengetahuan pada hakikatnya
meliputi :
a. sumber pengetahuan Pancasila
adalah : nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia
sendiri, yang memiliki nilai-nilai adat-istiadat serta
kebudayaan dan nilai religius.

b. susunan pengetahuan Pancasila


Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal
logis baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila
maupun isi arti sila-sila Pancasila. Susunan
kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
hierarkhis dan berbentuk piramidal.

41
3. Dasar Aksiologis nilai-nilai Pancasila
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki
satu kesatuan dasar aksiologisnya sehingga nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila pada
hakikatnya juga merupakan satu kesatuan.
Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal
ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut
pandangnya masing-masing dalam menentukan
tentang pengertian nilai dan hierarkinya, misal
materialisme, hedonisme.

42

Anda mungkin juga menyukai