Anda di halaman 1dari 22

By: Grup SGD 2

(Nerscomite, 2009).
Continous : Terus menerus selama 24
jam
Ambulatory : Bebas bergerak
Peritoneal : Peritoneum sebagai
membran semi permeable
Dialysis : Membersihkan tubuh dari zat
sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan.
Atau disebut DPMB (Dialisis Peritoneal Mandiri
Berkesinambungan)
(Argakyo, 2009)
(Sudoyo W, Aru. 2006)
Jadi dapat disimpulkan CAPD (Continous
Ambulatory Peritoneal Dialysis) merupakan
metode pencucian darah dengan
mengunakan peritoneum (selaput yang
melapisi perut dan pembungkus organ perut).
Indikasi Umum :
Gagal ginjal akut
Gagal ginjal terminal
Intoksikasi (barbiturat, alkohol, antidepresan, logam berat)

Indikasi Khusus
Indikasi mutlak pada pasien dgn gagal ginjal akut dan terminal bila :
Keadaan umum buruk, mual, mutah, paru uremia, koma
Hiperkalemia dengan K+ serum > 7 mEq/L
Asidosis dengan HCO3 < 10 mEq/L atau pH < 7,15
Ureum darah > 200 mg% atau kenaikan > 100 mg%/hr
Gangguan keseimbangan air dan elektrolit

Pasien-pasien yang lebih diindikasikan untuk menggunakan CAPD daripada HD, antara
lain:
Pasien dengan penyakit ginjal diabetik
Pasien dengan gangguan jantung
Pasien dengan hemoragic diathesis
Pasien dengan gangguan akses vaskularisasi, sehingga tidak bisa dipasang AV shunt
Pasien dengan hipertensi tak terkontrol
Pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil
Pasien yang tinggal jauh dari HD center (Parsudi, Siregar, & Roesli, 2007).
Kontraindikasi CAPD secara umum tidak boleh dilakukan pada penderita yang:
Menderita infeksi dinding perut
Perlengkatan akibat pembedahan atau penyakit inflamasi sistemik
Adanya riwayat kolostomi, ileostomi, nefrostomi atau ilealconduit
Pasien dengan pengobatan imunosupresif
Diverkulitis mengingat CAPD pernah disertai adanya rupture divertikulum
Pasien dengan atritis atau kekuatan tangan menurun
Kontraindikasi Absolut :
1. Kesulitan teknik operasi
2. Luka yang luas di dinding operasi
3. Perlekatan yang luas dalam rongga peritoneum
4. Tumor atau infeksi di dalam rongga abdomen (adneksitis )
5. Riwayat Ruptur divertikel, hernia berulang yang tidak dapat dikoreksi
6. Fistel antara peritoneum dengan rongga pleura

Kontraindikasi Relatif :
1. Obesitas tanpa residual renal finction
2. Gangguan jiwa
3. Gangguan penglihatan
4. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
5. Inflamasi kronik saluran cerna.
(Parsudi, Siregar, & Roesli, 2007).
Prinsip kerja dari CAPD cukup sederhan yaitu :
difusi dan osmosis
Difusi

Rongga peritonium mempunyai banyak sel-sel


darah merah kecil yang di sebut kapiler.
Membran peritoneal mempunyai banyak
lubang-lubang yang sangat kecil yang dapat
dilewati oleh partikel-partikel kecil dari darah
masuk ke dalam cairan dialysat
-Proses ini disebut difusi
Mengeluarkan kelebihan air-osmosis

Cairan peritoneal mengandung glukosa yang


berfungsi untuk mengambil kelebihan air dari
darah melewati membran peritonium
- proses ini di sebut osmosis
DEPKES RI, 2008 : Prosedur CAPD sebagai berikut:
Pemasangan kateter tenckhoff (intraperitoneal)
dilakukan oleh dokter spesialis bedah, spesialis
penyakit dalam (Sp PD) atau konsultan ginjal
hipertensi (KGH) yang terlatih bersama perawat CAPD.
Penggantian cairan CAPD dilakukan 3-4 kali sehari
atau sesuai dengan berat badan. Proses ini dilakukan
secara terus-menerus dengan teratur.
Memperhatikan kateter exit-site, merawat dan
mencegah infeksi. Pasien mencatat dalam buku
catatan: jumlah cairan masuk dan keluar, masalah
yang terjadi dalam prosedur ini, memperhatikan
cairan yang keluar(dalam hal kejernihan, kelainan
pada cairan dialisat serta tanda-tanda infeksi).
Konsultasi dengan dokter SpPD, KGH setiap 1-2 bulan
dengan memperlihatkan buku catatan dan
memperoleh resep dialisat serta obat-obatan yang
diperlukan.
Tiap 6 bulan dilakukan penggantian transfer set yang
dilakukan oleh perawat CAPD yang terlatih.
Komplikasi CAPD ada 2:
komplikasi teknis
(Parsudi,siregar&Rusdi, 2006)
Kebocoran
Gangguan aliran dialisat

komplikasi medis
Peritonitis
Nyeri
Kehilangan protein
(Callaghan.2007)
Komplikasi Lainnya
Perdarahan
Hernia abdomen karena peningkatan tekanan
intra abdomen yang terus menerus
Hipertrigliseridemia
6. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Sebelum dialisa
Tinjau kembali catatan medis untuk menentukan alasan
perawatan di rumah sakit.
Ketidakpatuhan terhadap rencana tindakan.
Fistula tersumbat bekuan.
Pembuatan fistula
Menanyakan tipe diet yang digunakan dirumah, jumlah cairan
yang diijinkan,obat-obatan yang saat ini digunakan, jadwal
hemodialisa, dan jumlah haluaran urin.
Kaji kepatenan fistula bila ada. Bila paten, getaran (pulsasi) akan
terasa desiran akan terdengar dengan stetoskop di atas sisi. Tak
adanya pulsasi dan bunyi desiran menandakan fistula tersumbat.
Kaji terhadap manifestasi klinis dan laboratorium tentang
kebutuhan tentang dialisa : Peningkatan berat badan 3 pon atau
lebih diatas berat badan padatindakan dialisa terakhir.
Rales, pernafasan cepat pada saat istirahat, peningkatan sesak
nafas dengan kerjafisik maksimal.
Kelelahan dan kelemahan menetap.
Hipertensi berat
Peningkatan kreatinin, BUN, dan elektrolit khususnya kalium.
Kemungkinan perubahan EKG pada adanya hiperkalemia.
Sesudah dialisa
Kaji terhadap hipotensi dan perdarahan. Volume besar dari pembuangan cairan selama dialisa dapat mengakibatkan
hipotensi ortostatik dengan menggunakan anti koagulan selama tindakan menempatkan pasien pada risiko
perdarahan dari sisi akses dan terhadap perdarahan internal
Pengkajian Riwayat Penyakit
Riwayat kesehatan umum, meliputi gangguan / penyakit yang lalu, berhubungan dengan penyakit sekarang. Contoh:
ISPA
Riwayat kesehatan sekarang, meliputi; keluhan / gangguan yang berhubungan dengan penyakit saat ini. Seperti;
mendadak, nyeri abdomen,Pinggang, edema.
Pengkajian Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat\
Gejala : Kelemahan/malaise, kelelahan estrem, gangguan pola tidur
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus otot, penurunan rentang gerak
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama/berat, anemia
Tanda : Hipertensi, pucat, edema
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, perubahan pola berkemih (oliguri), anuria
Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan BB (edema), anoreksia, mual, muntah
Tanda : Distensi abdomen/asites, Penurunan haluaran urine
Pernafasan
Gejala : Nafas pendek, dispnea noktural paroksismal
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri pinggang, sakit kepala, keram otot/nyeri kaki, gatal
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
Pemeriksaan Penunjang
Pada laboratorium didapatkan:
Hb menurun
Ureum dan serum kreatinin meningkat
Elektrolit serum (natrium meningkat)
urinalisis (BJ Urine meningkat, albumin, Eritrosit , leukosit)
Pada rontgen :
IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:
Pre-CAPD:
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan terhadap informasi ditandai dengan pasien mengatakan
belum tahu mengenai tindakan CAPD, pasien menanyakan cara melakukan CAPD.
Ansietas berhubungan dengan status kesehatan ditandai dengan pasien tampak gelisah, pasien tampak bertanya
tanya.
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri ditandai dengan pasien mau belajar dalam melakukan proses
dialisis, pasien tampak antusias dengan pengobatan yang diberikan.
Post-CAPD:
Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen.
Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan disfungsi ginjal.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan terapi penyakit (pasien dengan CAPD) ditandai dengan pasien
mengatakan malu dengan keadaan perutnya yang membesar, pasien tampak menyembunyikan bagian perut.
Risiko ketidakseimbangan gula darah berhubungan dengan manajemen medikasi (pemasukan cairan dialisat yang
mengandung dekstrosa ).
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (CAPD meliputi instrument dan cairan dialysat yang memberi beban
pada rongga abdomen) ditandai dengan klien mengeluh nyeri punggung.
Kelebihan volume cairan berhubungan terapi penyakit (prosedur CAPD pemasangan kateter secara permanen dan
frekwensi terapi berulang 4-5 x sehari, peningkatan lingkar pinggang)ditandai dengan adanya udema.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gatal (tidak adekuatnya dialysis yang menyebabkan akumulasi produk
sisa metabolisme seperti urea di darah , peningkatan hormot paratirooid).

Diagnosa prioritas
Gangguan citra tubuh berhubungan terapi penyakit (prosedur CAPD pemasangan kateter secara permanen dan
frekwensi terapi berulang 4-5 kai sehari, peningkatan lingkar pinggang)ditandai dengan verbalisasi perubahan gaya
hidup
Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan disfungsi ginjal.
Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan terhadap informasi ditandai dengan pasien mengatakan
belum tahu mengenai tindakan CAPD, pasien menanyakan cara melakukan CAPD.
KASUS
Tn. W (50 tahun) menderita CKD sejak tahun
2016 dan menjalani CAPD rutin 3x sehari.
Klien melakukan CAPD di rumah dan kontrol
ke RS 1 bulan sekali. Pengkajian yang
dilakukan saat pasien kontrol ke RS
didapatkan data: Klien mengatakan badan
terasa lemas. Klien mengatakan BAK tidak
lancar hanya sedikit-sedikit. BB 50 kg. K/U
lemah, RR 20x/m, TD 170/100 mmHg,
N:80x/m, suhu 36.8C, kesadaran CM.
Tampak eodem di bagian abdomen. Buatlah
asuhan keperawatan pada Tn. W!
PENGKAJIAN
Nama : Tn. W
Umur : 50 tahun
Data Subjektif
Keluhan Utama: Pasien datang mengeluh badan terasa lemas
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang mengeluh badan
terasa lemas disertai BAK tidak lancar hanya sedikit-sedikit.
Riwayat Penyakit Dulu: Pasien menderita CKD sejak tahun
2016 dan menjalani CAPD rutin 3x sehari. Klien melakukan
CAPD di rumah dan kontrol ke RS setiap 1 bulan sekali
Data Objective
Inspeksi : Tampak eodem di bagian abdomen
Tanda Vital
K/U lemah, RR 20x/m
BB 50 kg, N:80x/m
TD 170/100 mmHg, Suhu 36.8C
Kesadaran kompos mentis G(4)C(5)S(6)
DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Klien CAPD .Kelebihan volume


mengatakan cairan
badan terasa
lemas, BAK Gradien Intake Cairan
tidak lancar Osmotik Cairan Dialisat
hanya sedikit- Tidak seimang berlbh tdk smb
sedikit
DO : pasien
tampak edema
di bagian Perpindahan pembuangan
abdomen, Air menuju cairan
Kompartemen berlbh
tidak
Adekuat

Kelebihan Vol Cairan


DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : - CAPD . Ggn citra Tubuh


DO : pasien
tampak edema
di bagian Proses penampungan cairan
abdomen Dialysis di rongga perut

Penyerapan cairan dlm perut tdk


efektif

Tampak perut membesar

Ggn citra Tubuh


DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : pasien CAPD . Resiko Infeksi


menjalani
CAPD rutin 3x Post operasi
sehari di
rumah dan Pemasangan Tranchoff Kateter
kontrol ke RS
1 bulan sekali
DO : - Luka Insisi Pada Tempat
Pemasangan
(Port dentry infeksi)

Lingkungan Tidak Steril

Resiko infeksi
Diagnosa :
Kelebihan volume cairan b/d proses terapi
penyakit yang dilakukan (prosedur CAPD proses
dialysis di dalam rongga perut yang bekerja
sebagai penampung cairan dialysis) d/d Klien
mengatakan badan terasa lemas, BAK tidak lancar
hanya sedikit-sedikit,pasien tampak edema di
bagian abdomen,
Gangguan citra tubuh b/d terapi penyakit
(prosedur CAPD pemasangan kateter secara
permanen dan frekwensi terapi berulang 4-5 kai
sehari, peningkatan lingkar pinggang)ditandai
dengan verbalisasi perubahan gaya hidup, tampak
edema pd abdomen
Risiko infeksi b/d peningkatan pemajanan
lingkungan terhadap patogen
PERENCANAAN (Terlampir)
IMPLEMENTASI :
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai
rencana keperawatan, menyangkut keadaan
biopsiko-sosio-spiritual, menyangkut sumber daya
yang ada, perawat mengobservasi respon pasien
terhadap tindakan keperawatan, revisi tindakan
berdasarkan hasil evaluasi, semua tindakan yang
dilaksanakan dicatat secara ringkas dan jelas
EVALUASI : (Terlampir)
Alam,Syamsir & Hadibroto,Iwan.2007.Gagal Ginjal: Informasi Lengkap
utk Pend. Jakarta.: PT.Gramedia Pustaka Utama. ( diakses : 14 Maret
2017.15.30)
Dave,Patrick.2005. At a Glance Medicine. Jakarta:Erlangga. . ( diakses
: 14 Maret 2017.15.45)
Rasjidi,Imam.Dr.Sp.OG(K).2008.Panduan Pelayanan Medik Model
Interdisiplin Penatalaksanaan. Jakarta:EGC. . ( diakses : 14 Maret
2017.15.45)
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth.Jakarta:EGC. . ( diakses : 14 Maret 2017.16.00)
Kozier,Barbara & Erb,Glenora.2009. Buku Ajar Praktik keperawatan
Klinis Kozier Erb. Jakarta:EGC. . ( diakses : 14 Maret 2017.16.30)
Cambridge University Hospital. Journal How to care your Peritoneal
Dialysis (PD) catheter. January 2011 . . ( diakses : 15 Maret
2017.12.40)
Maryam,R.Siti .dkk.Menengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya.Jakarta:Salemba Medika,2008. . ( diakses : 16 Maret
2017.15.30)
SHR Nursing Practice Committee. Journal Peritoneal Catheter Exit Site
Care. March 2012. . ( diakses : 14 Maret 2017.20.30)
Network Health . Journal Kidney Disease: How to Take Care of Your
PD Catheter.April 2012. . ( diakses : 16 Maret 2017.20.30)

Anda mungkin juga menyukai