Anda di halaman 1dari 9

OBAT-OBAT

HIGH ALERT

OLEH :
FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIS
KELAS A
PSPA ANGKATAN 33
OBAT HIGH ALERT

High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering


menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang
berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) (PMK, NO
58 Thn 2014)

High Alert adalah obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications)


adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/ kesalahan serius (sentinel
event), obat yang berisiko tinggi yang menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.
(Hestiawati,2015)
Kelompok Obat high-alert diantaranya:

Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip


(Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau
Look Alike Sound Alike/LASA).
Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat,
natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
Obat-Obat sitostatika. (PMK NO 58 THN 2014)
Obat yang termasuk High Alert
No. Obat kategori High Alasan Sebagai Obat High Alert
Alert
1. Elektrolit Pekat, Dapat menyebabkan hiperkalemia jika digunakan pada
yaitu NaCL >0,9% konsentrasi pekat, yang berdampak lebih lanjut yaitu asidosis
(mis. 3% dan 15%), dan nekrosis jaringan (CMAJ, 2004).
KCl injeksi, injeksi
kalium fosfat <2,5 meq (Hipokalemia) atau >7,0 meq/L (Hiperkalemia) dapat
menyebabkan henti jantung.

Label High alert diperlukan untuk menjamin larutan tersebut


diencerkan sebelum digunakan.

2. Adrenergic Agonis, Adrenergic Agonis bekerja sebagai vasokontriktor yang sangat


yaitu Epinefrin, Nor poten dan merupakan stimulant jantung, yakni memperkuat
Epinefrin, dan mempercepat konstraksi otot jantung sehingga
phenylefrin, menyebabkan curah jantung meningkat akibatnya kebutuhan
jantung akan oksigen juga meningkat.
3. Narkotika injeksi, yaitu Morfin, Pada dosis tinggi morfin dapat
Pethidin, Fentanyl menyebabkan gangguan pernafasan dan
hipotensi dengan gangguan peredaran
darah dan memperdalam koma. Kematian
dapat disebabkan karena kegagalan
pernafasan.

Dosis yang tinggi atau pemberian pethidin


dengan cepat secara intravena dapat
menyebabkan terjadinya depresi
pernafasan secara cepat, apnea, hipotensi,
kolaps sirkulasi peripherial, bradikardia
bahkan berhentinya denyut jaantung.

4. Obat sedatif injeksi, yaitu Midazolam Karena dapat menimbulkan Insomnia pada
psikosis, depresi berat, kerusakan otak
organik, insufisiensi pernapasan, gangguan
hati
5. Anestesi injeksi, yaitu Propofol, Gangguan fungsi jantung, pernafasan, hati,
Ketamin ginjal.Hepovolemia atau pasien
lemah.Gangguan metabolisme lemak
harus menjadi perhatian. Monitor lemak
darah pada pasien yang beresiko. Hindari
pada kehamilan, karena bisa
mengakibatkan terminasi pada trisemester
I. Kemampuan mengemudi dan
mengoperasikan mesin berkurang.Jangan
untuk anestesi obstetric.Resiko kejang bila
diberikan pada pasien epilepsy.Monitor
tanda hipotensi, obstruksi saluran nafas,
desaturasi oksigen.
6. Antikoagulan, yaitu Heparin Pada penggunaan yang tidak tepat dapat
terjadi perdarahan serius seperti pada
gastrointestinal dan intraperitonial
7. Insulin U-500 Efek Hipoglikemia yang disebabkan oleh
penggunaan insulin yang tidak tepat.
8. Sediaan Sitostatika injeksi Asam folat dapat menurunkan respon terapi
MTX, MTX jika diberikan bersama
trimetropim/ sulfametoksazol akan terjadi
peningkatan ES supresi sumsum tulang.
Dapat meningkatkan efek sitotoksik
penggunaan obat sitostatika (Vinkristin)
dengan obat Allopurinol.

9. Antiaritmia (Amiodaron) Pada kondisi pasien tertentu dapat


menyebabkan reaksi hipersentivitas seperti
reaksi anafilaksis dan reaksi angioedema.

Sumber : ISMP (Institute For Safe Medication Practices), 2014

Anda mungkin juga menyukai