Anda di halaman 1dari 14

BATU PIROKLASTIK

Kelompok
1. Arditya tholib (1604012)
2. Rusdiana (1604020)
3. David roberto (1604022)
4. M.mahardika (1604031)
5. Rades saputra (1604032)
6. Susanto (1604040)
Dosen Pembimbing : Sefilra Andalucia ST MT

POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG


TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA
2017
Batu Piroklastik
Batuan piroklastik atau pyroclastics adalah merupakan jenis batuan volkaniklastik atau dengan kata
lain merupakan batuan yang terbentuk dari hasil aktivitas volkanik yang materialnya tetap berasal
dari magma sehingga masih ada kecenderungan kemiripan dengan batuan beku, meskipun sistem
depositional mengacu pada batuan sedimen.
Genesa Batuan Piroklastik
Keterbentukannya batuan piroklastik diawali oleh meletusnya gunung api, mengeluarkan magma
dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat besar yaitu gaya endogen dari pusat bumi.
Gaya endogen ini berupa panas inti bumi yang menyebakan arus konveksi terjadi.
Klasifikasi Endapan Piroklastik

Endapan piroklastik mulanya terjadi akibat adanya jatuhan pada saat gunung api meletus,
dan pada saat pengendapan memiliki ukuran ketebalan yang sama pada endapannya.
Piroklastik jatuhan (Fall)
Endapan jatuhan piroklastik yang terjadi dari letusan gunung api yang meletus yang kemudian terlempar
pada suatu permukaan, memiliki ketebalan endapan yang relative berukuran sama.

Piroklastik Aliran (Flow)


Endapan piroklastik yang umumnya mengalir kebawah dari pusat letusan gunung api yang memiliki
kecepatan tinggi pada saat adanya longsoran.

Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge dihasilkan dari letusan gunung api yang kemudian mengalir karena adanya
penyatuan dari jatuhan dan aliran.
Klasifikasi Batuan Piroklastik

Klasifikasi berdasarkan perkembangan terbentuknya batuan piroklastik sangat sulit, sedangkan pada saat
ini klasifikasi didasarkan pada :

Asal - usul fragmen


Kelompok Material Esensial Ukuran fragmen
Komposisi
(juvenil)
Kelompok material Asesori 2,5 mm : Rudyte
(Cognate)
Kelompok Asidental (bahan
2,5 - 0,5 mm : Arenyte fragmen
asing) < 0,5 mm : Lutyte
Tekstur Batuan Piroklastik

Tekstur batuan piroklastik merupakan suatu parameter untuk pendeskripsian batuan


piroklastik, yang harus dipelajari sebelum pendeskripsian antara lain yaitu:

Ukuran butir
Bentuk butir
Kompaksi atau kekompakan
Weldered tufa
Sindered tufa
Pumiceous (pumisan),
Struktur Batuan Piroklastik

Struktur yang terdapat pada batuan piroklastik hampir sama dengan struktur pada batuan
sedimen yang meliputi tentang butir, perlapisan maupun yang lainnya. Struktur afanitik yang
menunjukan adanya ukuran butir yang halus pada batuan piroklastik dikenal dengan nama tufa,
dan struktur ini memengaruhi penamaan batuan piroklastik itu sendiri, dikenal 4 macam yaitu:
Aglomerat, seperti namanya yang hampir mirip dengan konglomerat yang merupakan jenis
batuan sedimen klastik
Breksi volkanik, menyerupai breksi batuan sedimen namun komposisinya berasal dari
material vulkanik
Komposisi Mineral Penyusun Batuan Piroklastik

Komposisi Mineral penyusun batuan piroklastik dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:

Mineral sialis, yang terdiri atas mineral kuarsa, mineral feldspar dan mineral
felspatoid.
Mineral femis yang kaya kandungan besi-magnesium, terdiri atas olivin, piroksin
dan melilit.
Mineral tambahan seperti biotit, amfibol dan hipersten.
INTRUSI BATUAN PIROKLASTIK
CONTOH BATUAN
1. PUMICE
Batuan Pumice yang memiliki kenampakan warna yaitu coklat kemerahan, struktur batuannya
massive, sifat batuannya ialah asam, derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral
penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan pumice ialah glassy dengan ukuran
batuannya ialah Bomb (d > 64 mm). Sedangkan bentuk dari pumice ialah glassy. Petrogenesa dari
batuan pumice ialah terbentuk dari batuan asam yang terbetuk dari letusan gunung api. Pumice sering
disebut batuapung.
2. SCORIA
Scoria adalah sebuah bebatuan vulkanik. Nama lama Scoria adalah cinder. Scoria diproduksi
oleh fragmentasi aliran lava. Kubah vulkanik scoria dapat ditinggalkan setelah letusan,
biasanya membentuk gunung dengan kawah di puncaknya. Contohnya Gunung Wellington,
Auckland di Selandia Baru yang seperti gunung Three Kings di selatan kota yang sama.
3. TUFF
Tuff (dari bahasa Italia "tufo") adalah jenis batu yang terdiri dari konsolidasi abu vulkanik
yang dikeluarkan dari lubang ventilasi selama letusan gunung berapi. Tuff kadang-kadang
disebut tufa, terutama bila digunakan sebagai bahan bangunan, meskipun tufa juga mengacu
pada batu yang sangat berbeda.
4. OBSIDIAN
Obsidian yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam mengkilat, struktur batuannya massive, derajat
kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada
batuan tuff ialah glassy dengan ukuran batuannya ialah Bomb (d= 2 - 64 mm). Petrogenesa dari batuan
terbentuk secara rapidly sehingga tidak sempat membuntuk kristal.
Obsidian adalah batu beku extrusive terbentuk ketika lava felsic meletus dari sebuah gunung berapi dan
mendinginkan terlalu cepat untuk memungkinkan kristal untuk membentuk, mengakibatkan kaca.
Obsidian berkisar dalam warna dari hijau menjadi jelas paling sering hitam. Obsidian biasanya 70%
atau lebih SiO2 dan komposisinya mirip granit atau rhyolite. Obsidian mineral terdiri dari SiO2 relatif
murni (sama seperti kuarsa), tapi tentu saja adalah non-kristalin kaca.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai