Anda di halaman 1dari 52

HISTAMIN

Alergi merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi pada tubuh


akibat masuknya zat asing. Zat asing yang dinamakan alergen tersebut
masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas (inhalan) seperti debu,
tungau, serbuk bunga, dan lainnya. Alergen juga dapat masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pencernaan (ingestan) seperti susu, telur,
kacang-kacangan, dan makanan laut atau seafood. Di samping itu juga
dikenal alergen kontaktan yang menempel pada kulit seperti kosmetik
dan perhiasan. Saat alergen masuk ke daalam tubuh, sistem imunitas
atau kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan dengan membuat
antibodi yang disebut Imunoglobulin E. Imunoglobuli E tersebut
kemudian menempel pada sel mastosit yang memicu keluarnya
histamin dari sel mastosit, histamin yang keluar menimbulkan
perubahan fisologis pada tubuh seperti gatal-gatal, ruam, kemerahan.
Hal tersebut dinamakan dengan reaksi alergi (Novan, 2010).
ANTIHISTAMIN
Antihistamin adalah senyawa berkhasiat yang
digunakan untuk mengobati reaksi atau gejala alergi,
seperti hay fever atau rinitis alergi. Beberapa alergi
yang dapat diatasi dengan antihistamin adalah hay
fever atau alergi serbuk bunga, alergi pada kulit seperti
urtikaria dan dermatitis, reaksi gatal pada kulit, dan
reaksi akibat gigitan serangga. Antihistamin adalah zat-
zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek
histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok
reseptor histamin (penghambatan saingan) (Novan,
2010).
Histamin memiliki empat reseptor yaitu, H1, H2,
H3 dan H4. Reseptor-reseptor ini banyak
terdapat pada daerah saluran nafas, kulit, dan
saluran cerna. Antihistamin bekerja dengan cara
berkompetisi pada reseptor histamin.
Antihistamin biasanya memblok reseptor H1 dan
H2
PENGGOLONGAN ANTIHISTAMIN
Berdasarkan generasinya, terbagi atas:

Antihistamin generasi pertama


(klorfeniramin, difenhidramin,
prometazin, hidroksisin)

Antihistamin generasi kedua


(astemizol, terfenadin, loratadin,
cetirizin, burinamid, metilamid dan
simetidin)

Antihistamin generasi ketiga


(feksofenadin, norastemizole dan
deskarboetoksi loratadin (DCL))
Penggolongan antihistamin lainnya
1. H1-blockers (antihistaminika klasik): yakni zat-zat generasi
ke-1 yaitu salah satunya kloramfeniramin maleat dan
generasi ke-2
2. H2-blockers (Penghambat asma): simetidin, ranitidin,
famotidin, nizatidin, dan roksatidin
3. Turunan etilendiamin: antazolin, tripenelamin, klemizol, dan
mepirin
4. Turunan propilamin: feniramin, khlorpheniramin,
brompheniramin, dan tripolidin
5. Turunan piperazin: siklizin, meklozin, homoklorsiklizin,
sinarizin, dan flunarizin
6. Turunan fenotizin: prometazin, tiazinamidum, oksomemazin,
dan metdilazin
7. Turunan trisiklik lain: siproheptadin, azatadin, dan pizotifen
8. Golongan sisa: mebhidrolin, dimetinden, dan difenilpiralin
Cara Kerja Obat Antihistamin
Mekanisme kerja obat antihistamin dalam menghilangkan
gejala-gejala alergi berlangsung melalui kompetisi dengan
menghambat histamin berikatan dengan reseptor H1 atau H2
di organ sasaran. Histamin yang kadarnya tinggi akan
memunculkan lebih banyak reseptor H1. Reseptor yang baru
tersebut akan diisi oleh antihistamin. Peristiwa molekular ini
akan mencegah untuk sementara timbulnya reaksi alergi.
Reseptor H1 diketahui terdapat di otak, retina, medula
adrenal, hati, sel endotel, pembuluh darah otak, limfosit, otot
polos saluran nafas, saluran cerna, saluran genitourinarius dan
jaringan vaskular. Reseptor H2 terdapat di saluran cerna dan
dalam jantung. Sedangkan reseptor H3 terdapat di korteks
serebri dan otot polos bronkus.
Efek Samping Obat Antihistamin
Antihistamin klasik (generasi pertama) mempunyai efek
samping sedatif. Efek sedatif ini diakibatkan oleh karena
antihistamin klasik dapat menembus sawar darah otak
(blood brain barrier) sehingga dapat menempel pada
reseptor H1 di sel-sel otak. Dengan tiadanya histamin
yang menempel di reseptor H1 sel otak, kewaspadaan
menurun sehingga timbul rasa mengantuk. Sebaliknya,
antihistamin generasi kedua sulit menembus sawar
darah otak sehingga reseptor H1 sel otak tetap diisi
histamin, sehingga efek sedatif tidak terjadi. Oleh
karena itulah antihistamin generasi kedua disebut juga
antihistamin non-sedatif.
PEMISAHAN DAN PENETAPAN KADAR
ZAT BERKHASIAT ANTIHISTAMIN PADA
SEDIAAN FARMASI

Sumber: skripsi, Bintang simbolon, tahun 2008,


Universitas Sumatra Utara uji disolusi
kloramfeniramin maleat secara spektrofotometri
ultra violet
KLORFENIRAMIN
MALEAT (CTM)
Nama Kimia : Chlorpeniramine maleat
: C16H19ClN2.C4H4O4
Rumus molekul
Berat molekul
: 390,87
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau,
larut dalam etanol dan kloroform,
sukar larut dalam eter dan
dalam benzen.
Baku pembanding: Chlorpheniramin maleat BPFI;
pengeringan pada suhu 105
C selama 3 jam sebelum
digunakan
Tablet CTM
Tablet kloramfeniramin maleat memiliki
diameter 8 mm, berbentuk cembung dengan
pinggiran bulat dan berwarna kuning. Tiap
tablet mengandung 4 mg chlorpheniramin
maleat.
Dosis:
1. Bayi : 3-4 kali sehari -1 tablet
2. Dibawah 12 tahun : 3-4 kali sehari tablet
3. Dewasa : 3-4 kali sehari tablet
Indikasi : hay fever, urtikaria, asma bronkial, edema
angioneurotik, rinitis alergi, dan reaksi alergi
lainnya.
Penggunaan obat : sesudah makan
Kontra indikasi : infeksi saluran nafas bawah. Bayi baru lahir
atau bayi prematur.
Perhatian : glaukoma sudut sempit, hamil, retensi urin
akibat hipertropi prostat, hindari mengemudi
kendaraan atau mengoperasikan mesin,
sensitivitas silang dengan obat yang
berhubungan.
Efek samping : sedasi, gangguan saluran cerna, efek anti
muskarinik, hipotensi, kelemahan otot.
Interaksi obat : alkohol, obat penekan SSP, antikolinergik.
Dosis : 4 mg/tablet.
US FDA Preg Cat :B
PEMISAHAN DAN UJI KUALITATIF
TABLET CTM (SEDIAAN FARMASI)
Alat dan bahan yang digunakan untuk
pemisahan dan uji kualitatif tablet CTM
ALAT BAHAN
1) Chamber 1) Tablet chlorpheniramine
2) Beaker gelas maleat (CTM)
3) Cawan penguap 2) Chlorpheniramine maleat
4) Corong murni
5) Lampu UV 254 nm 3) Aquadest
6) Pipet tetes 4) Etanol
7) Kertas pH 5) Fase gerak (etil asetat :
8) Mortar dan stemper metnol : asam asetat 2N)
9) Stop erlenmayer 6) Fase diam (silika gel GF
10)Kertas saring 254)
1. Pembuatan larutan uji:
TAHAP 1
Timbang sampel kemudian (tablet CTM) digerus,
kemudian dimasukkan ke dalam stop erlenmayer.
Tambahkan etanol 10 ml dan air 10 ml, kemudian
kocok kuat dan saring dengan kertas saring.
Kemudian ampas dibilas beberapa kali dengan
campuran etanol dan air (1:1) sebanyak 20 ml.
Filtrat ditampung dalam cawan penguap dan
diuapkan dengan waterbath, setelah kering
ditambahkan 2 ml CHCl3 (kloroform).
TAHAP 2
Pengenceran:
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 17,1765 = 15 ml x 2N
V1 x 17,1765 = 30
V1 = 30 = 1,75 ml dan aqua dest hingga 15 ml
17,1765
Pembuatan asam asetat 2N:
1. Ambilah sebanyak 1,75 ml asam asetat 99,7%, masukkan
ke dalam labu ukur.
2. Ditambahkan aaquadest hingga 15 ml.
3. Kocok hingga homogen.
Pembuatan fase gerak: TAHAP 3
1) Campurkanlah 5 ml etanol, 3 ml metanol, dan 2 ml asam asetat 2N
di dalam beaker gelas aduk hingga homogen.
Identifikasi KLT:
1) Fase diam = silika gel GF 254
2) Fase gerak = etil asetat : metanol :
asam asetat 2N
(5:3:2)
3) Penampakan bercak = lampu UV 254 nm
4) Warna bercak = ungu
Langkah-langkah dalam metode KLT
Tahap 4

Potong plat sesuai ukuran. Menggunakan pipa


Biasanya, untuk satu spot kapiler, totolkan
menggunakan plat selebar 1 Buat garis dasar (base line) di sampel dan baku
cm. Pengujian dilakukan bagian bawah, sekitar 0,5 cm pembanding yang
dengan 1 totol sampel dan 1 dari ujung bawah plat, dan telah disiapkan
totol baku pembanding, garis akhir di bagian atas.
sejajar, tepat di atas
sehingga lebar plot kurang
lebih 2 cm. base line. Keringkan
totolan. Dengan
pipet yang berbeda,
masukkan fase diam
ke dalam chamber.

Setelah mencapai garis akhir,


angkat plat dengan pinset, Tempatkan plat pada chamber berisi
keringkan dan ukur jarak spot. eluen. Base line jangan sampai tercelup
Jika spot tidak kelihatan, amati oleh eluen. Tutuplah chamber. Tunggu
pada lampu UV 254 nm. Warna eluen mengelusi sampel sampai mencapai
bercak yang dihasilkan ialah garis akhir, di sana pemisahan akan
ungu. terlihat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Rf
Rf = jarak rambat pusat noda dari titik awal
jarak rambat eluen dari titik awal
Rf sampel = 2,6 cm = 0,65
4 cm
Rf baku = 2,5 cm = 0,63
4 cm
NILAI RF WARNA
NO. Pengujian
UV 254 nm UV 254 nm

1. Sampel 0,65 Ungu

2. Baku 0,63 Ungu


pembanding
Berdasarkan hasil diatas, bahwa hasil pemisahan dan uji
kualitatif tablet kloramfeniramin maleat (CTM) positif
mengandung CTM karena ketika di perjelas bercaknya
menggunakan lampu UV 254 antara sampel (tablet
CTM) dengan baku pembanding (CTM murni)
menghasilkan warna bercak yang sama yakni ungu.
PENETAPAN KADAR TABLET CTM
(SEDIAAN FARMASI)
Alat dan Bahan

ALAT BAHAN

1) Spektrofotometri 1) Tablet
UV chlorpheniramine
2) Timbangan maleat (CTM) dari
analitis PT VARSE
3) Kertas Saring Pharmaceutical
4) Beaker gelas Laboratories
5) Corong 2) Chlorpheniramine
6) Gelas ukur Maleat BPFI
7) Labu ukur 3) Aquadest
8) Erlenmeyer
9) Waterbath
TAHAP 1
Pembuatan larutan baku pembanding
(serbuk CTM murni)

Masukan larutan kedalam kuvet.


Dibuat larutan baku 80 ppm dalam 250 ml labu ukur Diukur serapan larutan baku pada
dengan perhitungan sebagai berikut: panjang gelombang 262 nm,
80 ppm = 80 g/ml mengunakan aquadest sebagai blanko.
80 g = X ml
250 ml
80 x 250 = X Dipipet 5 ml filtrat (dari larutan baku 80
20.000g = X ppm) masukan ke dalam labu ukur 50
X = 20.000 g/ 250 ml ml, encerkan dengan aqua dest hingga
X = 20 mg/250 ml ad 50 ml (konsentrasi 8 ppm atau 8
g/ml).

Ditimbang seksama sejumlah chlorpheniramine maleat


BPFI sebanyak 20 mg.
Lakukan pengenceran menjadi 8
ppm dengan perhitungan:
X ml x 80 ppm = 50 ml x 8 ppm
X ml x 80 ppm = 400
Dilarutkan dengan aquadest dalam labu terukur 250 ml X ml = 400
sampai garis tanda hingga diperoleh konsentrasi 80 80
ppm. Disaring.
X ml = 5 ml
TAHAP 2
Pembuatan Larutan Uji

Larutan uji yang digunakan


adalah hasil dari pengujian Timbang masing-masing
Disiapkan alat, pastikan
tablet CTM di dalam alat 6 tablet (terdapat 6
alat siap pakai.
disolusi. sampel), dicatat hasilnya.
Cara pengujian disolusi dengan
metode pengaduk bentuk
dayung
Dimasukan 6 tablet CTM 4
Dimasukan 500 ml
mg ke dalam masing-masing
aquadest kedalam wadah
wadah secara serentak.
(media disolusi), dipasang
Segera jalankan alat pada
alat dengan pengaduk
Setelah 45 menit dipipet suhu 37oC 0,5oC dengan
bentuk dayung.
larutan pada daerah laju kecepatan 50 rpm dan
pertengahan antara tunggu hingga 45 menit.
permukaan media disolusi
dan bagian atas dari dayung
berputar. Kemudian saring,
ambil 1 ml tiap sampel. Ukur serapan masing-masing larutan uji dengan panjang
gelombang 262 nm dalam spektrofotometer UV.
TAHAP 3
Penetapan kadar secara spektrofotometer UV
Shimadzu

Hidupkan power atau Tekan angka panjang Buka tempat kuvet,


on pada alat gelombang yakni sekitar masukan larutan blanko
spektrofotometri. 262 nm. pada kuvet 1.

Untuk mengukur
absorbansinya pada larutan uji Kemudian catat Masukan juga
(ada 6 sampel) dilakukan absorbansinya larutan standar
dengan cara yang sama, (lihat pada pada kuvet 2,
dimana larutan blanko pada printer). kemudian tutup.
posisi tetap di kuvet 1 dan
larutan uji pada kuvet 2.
Kemudian catat tiap
absorbansinya.
Rumus Perhitungan Kadar
Rumus perhitungan:
Faktor pengenceran dari larutan baku pembanding:
= volume pengenceran 1 x volume pengenceran 2
volume yang dipipet
= 250 ml x 50 ml = 2500 ml (Fb)
5 ml
Fu = 1 ml (tiap sampel diambil 1 ml dari alat disolusi)
Bb = 20 mg (berat zat CTM murni)
Ke = 4 mg (kandungan CTM yang tertera dalam etiket atau
kemasan obat)
Ab = 0,250 (absorbansi larutan baku)
Kb = 0,9960
Perhitungan kadar tablet CTM yang
terdisolusi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tablet Fu Fb Bb Ke Au Ab Kadar (%)
(ml) (ml) (mg
)
1 1 2500 20 4 0,225 0,250 89,64%
2 1 2500 20 4 0,230 0,250 91,63%
3 1 2500 20 4 0,232 0,250 92,42%
4 1 2500 20 4 0,235 0,250 93,62%
5 1 2500 20 4 0,229 0,250 91,23%
6 2 2500 20 4 0,223 0,250 92,82%
Syarat uji disolusi yakni dalam waktu 4 menit harus larut tidak kurang
dari 75% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket. Hasil dari penentuan
kadar tablet CTM yang terdisolusi yakni hasil pemeriksaan uji disolusi
tablet chlorpheniramin maleat yang dilakukan diperoleh kadar yaitu,
89,64 %, 91,63 %, 92,42 %, 93,62 %, 91,23 %, 92,82 %. Syarat uji kadar
tablet CTM yang terdisolusi ialah tidak satupun kadar yang diperoleh
kurang (Q + 5%). Kadar aktif yang terlarut tersebut sesuai dengan batas
yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia, dimana jumlah ke 6
sampel yang diuji memenuhi kriteria yakni tidak kurang dari (75% + 5%
= 80%). Dari data diatas dinyatakan bahwa tablet chlorpheniramine
maleat 4 mg PT VARSE Pharmaceutical Laboratories tersebut
memenuhi syarat karena dapat melarut dengan baik dan dapat terjadi
absorbsi melalui lambung dan usus sesuai efek terapi yang ditetapkan,
serta memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yakni tidak ada
satupun kadar dari tablet yang kurang dari 80%.
PEMISAHAN DAN PENETAPAN KADAR
ZAT BERKHASIAT ANTIHISTAMIN PADA
SEDIAAN BIOLOGI

(Jurnal Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak


Etanol Daun Ungu (Graptophyllum Pictum L.)
Griff, Jurusan Farmasi FIK UIN Alauddin
Makassar, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2013)
KLASIFIKASI DAUN UNGU
Kingdom : Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Graptophylum
Spesies : Graptophylum pictum Griff
Kandungan : Flavonoid jenis flavonol (kuersetin), alkaloid,
triterpenoid, fenolik, tannin, saponin, dan steroid.
Khasiat : flavonoid (kuersetin) sebagai antihistamin
PEMISAHAN DAN UJI KUALITATIF
EKSTRAK DAUN UNGU (SEDIAAN
BIOLOGI)
Alat dan Bahan
Alat
Bahan

1. Batang 13. Pipa kapiler 1. Air suling


pengaduk 14. Pipet skala 2. Alumunium foil
2. Blender 15. Pipet tetes 3. AlCl3 5%
3. Chamber 16. Pipet volume 4. Daun ungu
4. Corong 17. Rak tabung 5. Etanol 70%
5. Gelas kimia reaksi 6. Etanol p.a
6. Inkubator 18. Rotavapor 7. Etil asetat
7. Kuvet 19. Sendok besi 8. FeCl3 0,1% dan 2%
8. Labu ukur 10 ml, 20. Sendok tanduk 9. Natrium asetat 1M
25 ml, 50 ml, 21. Sentrifugasi 10. n-Heksan
dan 100 ml 22. Seperangkat alat 11. Kuarsetin p.a
9. Magnetic stirrer maserasi 12. Silika gel GF 254
10. Mikro pipet 23. Spektrofotometr 13. Trikloro asetat (TCA) 10%
11. Neraca analitik i UV-Vis 14. Plat KLT
12. pH meter 24. Tabung reaksi
25. Lampu UV 366
Tahap 1
Metode pemisahan
Penyiapan sampel:
Sampel daun ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff)
diperoleh di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan.
Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari dengan
cara mengambil daun kelima dari pucuk tanaman
hingga pangkal. Daun ungu (Graptophyllum pictum (L.)
Griff) yang telah diambil, dicuci hingga bersih dengan
air mengalir dan dikeringkan dalam ruangan tanpa
terkena sinar matahari langsung, kemudian dipotong-
potong kecil dan dihaluskan.
Tahap 2
Ekstraksi sampel (proses pemisahan senyawa):
Simplisia daun ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff)
ditimbang sebanyak 500 g dimasukkan dalam wadah
maserasi, kemudian ditambahkan nheksan hingga simplisia
terendam. Wadah maserasi ditutup dan disimpan selama 3
x 24 jam di tempat yang terlindung dari sinar matahari
langsung sambil sesekali diaduk. Selanjutnya disaring,
dipisahkan antara ampas dan ekstraknya. Kemudian ampas
diekstraksi kembali dengan etanol 70%. Hal ini dilakukan
sebanyak 3 x 24 jam. Ekstrak etanol 70% yang diperoleh
kemudian dikumpulkan dan diuapkan cairan penyarinya
dengan rotari evaporator sampai diperoleh ekstrak etanol
kental.
Uji kualitatif
(Pengujian pendahuluan flavonoid secara KLT):
Menggunakan fase diam (silika gel GF 254) dan fase gerak (n-
heksan : etil asetat = (1:3))
Ekstrak etanol 70% dan pembanding (kuersetin) yang telah
dilarutkan dengan etanol 70%, ditotolkan bersama-sama pada
lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam silika
gel GF 254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (1:3).
Bercak kromatogram (noda) yang dihasilkan diamati dengan
penampak noda sinar ultraviolet 366 nm, sebelum dan
setelah disemprot dengan AlCl3 5%.
Adanya bercak dengan flouresensi warna kuning
menunjukkan adanya flavonoid.
Keterangan:
U : Sampel daun ungu
(Graptophyllum pictum (L.) Griff)
K : Kuersetin (pembanding
flavonoid)
A : Penampakan noda pada UV
366 nm
B : Penampakan noda pada UV
366 nm setelah penyemprotan
AlCl3 5%
Fase gerak : N-heksan : Etil Asetat
(1:3)
Fase diam : Silika gel GF254
HASIL DAN PEMBAHASAN
NILAI RF WARNA
No. Pengujian UV 366 nm AlCl3 5% UV 366 nm AlCl3 5%
1. U 0,80 0,80 Flouresensi Flouresensi
kuning kuning

2. K 0,80 0,80 Flouresensi Flouresensi


kuning kuning

U merupakan sampel daun ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff) dan K adalah kuersetin
(pembanding flavonoid). Gambar A merupkana penampakan noda pada UV 366 nm dan B
adalah penampakan noda pada UV 366 nm setelah penyemprotan AlCl3 5%. Pada praktikum
tersebut menggunakan fase gerak pencampuran n-heksan dan etil asetat (1:3) dengan fase
diamnya silika gel GF 254, positif ekstrak etanol daun ungu mengandung flavonoid (kuersetin)
yang berkhasiat sebagai antihistamin.
PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL
EKSTRAK ETANOL DAUN UNGU
TAHAP 1
Preparasi Larutan Baku Kuersetin

Pembuatan larutan induk 1000 ppm yakni


1.000 ppm = 1.000 g/ml
1.000 g = X Pertama kali dibuat larutan induk
ml 25 ml 1.000 ppm dengan cara menimbang
1.000 x 25 = X 0,025 g kuersetin dan dilarutkan
25.000 g = X dengan etanol p.a hingga volume 25
X = 25.000 g/ 25 ml ml.
X = 25 mg/25 ml
X = 0,025 g/25 ml

Kemudian dibuat larutan standar


kuersetin dari larutan baku kerja Selanjutnya dibuat larutan baku kerja
kuersetin dengan konsentrasi 100 ppm
100 ppm dengan deret konsentrasi dengan pengencerkan larutan induk 1000
1 ppm, 5 ppm,10 ppm, 20 ppm, dan ppm.
40 ppm.
Perhitungan konsentrasi 100 ppm, 1 ppm, 5 ppm, 10
ppm, 20 ppm, 40 ppm
100 ppm = 10 ppm =
X ml x 1.000 ppm = 25 ml x 100 ppm X ml x 100 ppm = 10 ml x 10 ppm
X ml x 1.000 ppm = 2.500 X ml x 100 ppm = 100
X ml = 2.500 X ml = 100
1.000 100

X ml = 2,5 ml X ml = 1 ml

1 ppm = 20 ppm =

X ml x 100 ppm = 10 ml x 1 ppm X ml x 100 ppm = 10 ml x 20 ppm


X ml x 100 ppm = 200
X ml x 100 ppm = 10
X ml = 200
X ml = 10
100
100
X ml = 2 ml
X ml = 0,1 ml
40 ppm =
5 ppm =
X ml x 100 ppm = 10 ml x 40 ppm
X ml x 100 ppm = 10 ml x 5 ppm
X ml x 100 ppm = 400
X ml x 100 ppm = 50
X ml = 400
X ml = 50
100
100
X ml = 4 ml
X ml = 0,5 ml
Lanjutan Tahap 1

Kemudian ditambahkan 0,10 ml


Campuran dikocok homogen lalu
aluminium klorida 10%, 0,10 ml
dibiarkan selama 30 menit.
natrium Asetat 1M, dan 2,80 ml
Kemudian siap dibaca dengan
aqua steril tiap konsentrasi.
spektrofotometer UV-Vis.
TAHAP 2
Penentuan panjang gelombang maksimum

Diukur serapannya pada


Diambil salah satu rentang panjang
konsentrasi larutan gelombang 400-800
baku. nm.

Panjang gelombang yang


menunjukkan nilai serapan
tinggi merupakan panjang
gelombang maksimum. Catat
nilai absorbansinya masing-
masing konsentrasi.
TAHAP 3
Pembuatan Kurva Baku Kuersetin

Kurva baku dibuat dengan menghubungkan konsentrasi larutan standar dengan hasil
serapannya (nilai absorbansi)yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.
TAHAP 4
Penetapan Kadar Flavonoid Total

Ditambahkan 0,10 ml
Sampel ekstrak etanol
aluminium klorida (AlCl3)
daun ungu (2%, 3%, 4%,
10%, 0,10 ml natrium
dan 5%) dilarutkan dengan
asetat 1M, dan 2,80 ml
etanol p.a.
aquadest.

Kemudian diukur
Campuran dikocok
serapannya (absorbansi)
homogen lalu dibiarkan
menggunakan
selama 30 menit.
spektrofotometer UV-Vis.
DIPEROLEH NILAI ABSORBANSI
SAMPEL
SAMPEL (%) ABSORBANSI

2 0,323

3 0,516

4 0,687

5 0,878
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel (%) Nilai absorbansi Kadar flavonoid total
(mg/100 g)
2 0,323 6,293
3 0,516 7,856
4 0,687 8,335
5 0,878 8,852
Sampel 2% memiliki nilai absorbansi 0,323 dan di dalam 2% sampel
mengandung flavonoid total (kuersetin) sebesar 6,293 mg/100 g, sampel 3%
memiliki nilai absorbansi 0,516 dan kadar flavonoid total 7,856 mg/100 g,
sampel 4% memiliki nilai absorbansi 0,687 dan kadar flavonoid total sebesar
8,335 mg/100 g, sampel 5% memiliki absorbansi 0,878 dengan kadarnya 8,852
mg/100 g (Haeria, 2013).
Kuersetin dipilih sebagai standar karena termasuk senyawa flavonol
yaitu flavonoid yang paling efektif menangkap radikal bebas (radikal
hidroksil, superoksida, dan peroksil) serta menghambat berbagai
reaksi oksidasi, karena dapat menghasilkan radikal fenoksil yang
terstabilkan oleh efek resonansi dari cincin aromatis, serta senyawa
flavonoid yang akan di uji kualitatifnya jenis kuersetin. Pada
penelitian ini kandungan flavonoid total ditentukan berdasarkan
metode kalorimetri, dimana prinsip dari metode kalorimetri ini
adalah alumunium klorida membentuk kompleks asam yang stabil
dengan C-4 gugus keto, lalu dengan C-3 atau C-5 gugus hidroksil dari
flavon dan flavonol. Selain itu alumunium klorida juga membentuk
kompleks asam yang stabil dengan gugus ortodihidroksil pada cincin
A atau B dari flavonoid sehingga akan mempunyai serapan
maksimum pada panjang gelombang 440 nm pada
spektrofotometer UV-Vis, sehingga kadar flavonoid total dari
ekstrak etanol daun ungu dapat terdeteksi dengan baik
KESIMPULAN
1. Hasil dari uji kualitatif tablet kloramfeniramin (CTM) maleat positif
mengandung CTM dengan mengasilkan bercak noda berwarna ungu
pada lampu UV bercak yang sama dengan CTM murni (baku
pembanding).
2. Dari data diatas dinyatakan bahwa tablet chlorpheniramine maleat 4 mg
PT VARSE Pharmaceutical Laboratories tersebut memenuhi syarat karena
dapat melarut dengan baik dan dapat terjadi absorbsi melalui lambung
dan usus sesuai efek terapi yang ditetapkan, serta memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan yakni tidak ada satupun kadar dari
tablet yang melarut kurang dari 80%.
3. Hasil uji kualitatif pada ekstrak etanol daun ungu membuktikan bahwa ia
mengandung flavonoid jenis flavonol (kuersetin), yang dimana kuersetin
berperan sebagai antiinflamasi. Sampel 2% memiliki nilai absorbansi
0,323 dan di dalam 2% sampel mengandung flavonoid total (kuersetin)
sebesar 6,293 mg/100 g, sampel 3% memiliki nilai absorbansi 0,516 dan
kadar flavonoid total 7,856 mg/100 g, sampel 4% memiliki nilai
absorbansi 0,687 dan kadar flavonoid total sebesar 8,335 mg/100 g,
sampel 5% memiliki absorbansi 0,878 dengan kadarnya 8,852 mg/100 g.

Anda mungkin juga menyukai