Anda di halaman 1dari 27

FRAKTUR TERTUTUP

Oleh:

INDRI SUTANTI
110.2009.141


Pembimbing:
dr. Abidin, Sp. OT



KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH
RS TK II RIDWAN MEURAKSA KESDAM JAYA / JAYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
DEFINISI

Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang


rawan epifisis atau tulang rawan sendi

Fraktur Tertutup (closed fractured) adalah Fraktur


dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar
ETIOLOGI

1. Kekerasan langsung
2. Kekerasan tidak langsung
3. Kekerasan akibat tarikan otot
KLASIFIKASI
A. Berdasarkan sifat fraktur :
- Fraktur tertutup/closed/simple
- Fraktur terbuka/open/compound

B. Berdasarkan komplit atau ketidak-komplitan fraktur

C. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan


mekanisme trauma
- Fraktur Transversal
- Fraktur Oblik
- Fraktur Spiral
- Fraktur Kompresi
- Fraktur Avulsi
Jenis Patah tulang. Fraktur komplet :
(a) Transversal; (b) Segmental; (c) Spiral.
Fraktur inkomplete : (d)
Buckle/torus/melengkung; (e,f)
greenstick.4
D. Berdasarkan jumlah garis patah
- Fraktur Komunitif
- Fraktur Segmental
- Fraktur Multiple

E. Berdasarkan pergesaran fragmen tulang


- Fraktur Undisplaced/tidak bergeser
- Fraktur Displaced/bergeser

F. Berdasarkan posisi fraktur

G. Fraktur kelelahan
KLASIFIKASI TSCHERNE
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang
berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma,
yaitu:
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa
cedera jaringan lunak sekitarnya.
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar
kulit dan jaringan subkutan.
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio
jaringan lunak bagian dalam danpembengkakan.
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan
lunak yang nyata dan ancaman sindroma
kompartement
MANIFESTASI KLINIK
. Deformitas
. Bengkak/edema
. Echimosis (memar)
. Spasme otot
. Nyeri
. Kurang/hilang sensasi
. Krepitasi
. Pergerakan abnormal
. Rontgen abnormal
DIAGNOSIS
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat
penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap
jalan napas (airway), proses pernapasan (breathing),
dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau
tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi,
baru dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan
penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama
sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam.
Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin
besar.
Anamnesis
Riwayat trauma
Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian, atau jatuh di kamar mandi pada
orang tua,
penganiayaan,
tertimpa benda berat,
kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau
trauma olah raga.
Nyeri
Pembengkakan
Gangguan fungsi anggota gerak atau kelainan
gerak
Deformitas atau kelainan bentuk
PEMERIKSAAN FISIK
A. Inspeksi/Look

. Bandingkan dengan anggota gerak


. Perhatikan posisi anggota gerak
. Keadaan umum penderita secara keseluruhan
. Ekspresi wajah karena nyeri
. Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
. Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk
membedakan fraktur terbuka atau tertutup
. Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa
hari
. Perhatikan ada tidaknya deformitas
B. Palpasi/Feel (nyeri tekan, krepitasi)

. Temperatur setempat yang meningkat atau menurun


. Krepitasi, dapat diketahui dengan perabaan dan harus
dilakukan secara hati-hati
. Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma. Refilling
(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian
distal daerah trauma, temperature kulit
. Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk
mengetahui adanya perbedaan panjangtungkai
C. Gerakan/Moving

Pergerakan dengan mengajak penderita untuk


menggerakkan secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang
mengalami trauma. Pada penderita dengan
fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri
hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak
seperti pembuluh darah dan saraf
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Laboratorium
. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuh
tulang
. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang
. Enzim otot

Pemeriksaan lain
. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas
. Biopsi tulang dan otot
. Elektromyografi
. Arthroscopy
. Indium Imaging
. MRI
PENATALAKSANAAN

Ada empat konsep dasar dalam


menangani fraktur

1. Rekognisi/pengenalan
2. Reduksi/manipulasi/reposisi
3. Retensi/Immobilisasi
4. Rehabilitasi
METODE PENGOBATAN

1. Konservatif
2. Reduksi tertutup dengan fiksasi
eksterna atau fiksasi perkutaneus
dengan K-wire
3 Reduksi terbuka dan fiksasi interna
atau fiksasi eksterna tulang
4. Eksisi fragmen tulang dan penggantian
dengan protesis
Terapi Konservatif

- Proteksi semata-mata (tanpa reduksi atau


imobilisasi)
- Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)
- Reduksi tertutup dengan manipulasi dan
imobilisasi eksterna, mempergunakan gips
- Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti
dengan imobilisasi
- Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan
counter traksi
Terapi operatif
- Reposisi terbuka dan fiksasi interna
(open reduction and internal fixation / ORIF)
- Reposisi tertutup dan fiksasi eksterna
(open reduction and eksternal fixation / OREF)
- Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikut
fiksasi interna
- Excisional arthroplasty
- Eksisi fragmen dan pemasangan endoprostesis
INDIKASI REDUKSI TERTUTUP

Fraktur dengan tanpa pergeseran


Fraktur yang stabil setelah reposisi/
reduksi
Fraktur pada anak-anak
Cedera jaringan lunak minimal
Trauma berenergi rendah.
INDIKASI REDUKSI TERBUKA

Kegagalan dalam penanganan secara


reduksi tertutup
Fraktur yang tidak stabil
Fraktur intraartikuler yang mengalami
pergeseran
Fraktur yang mengalami pemendekan
PROSES PENYEMBUHAN
KOMPLIKASI
A. Komplikasi Awal
- Kerusakan arteri
- Kompartement syndrom
- Fat embolism syndrom
- Infeksi
- Avaskuler nekrosis
- Shock

B. Komplikasi dalam waktu lama


- Delayed union
- Nonunion
- Malunion
Daftar Pustaka
Richard, Buckley. (2012). General Principles of Fracture Care. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1270717-overview
Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif Watampone.
2007
Apley, A.Graham. (2010). Apleys System of Orthopaedics and Fractures Ed 9. UK :
Hodder Arnold.
Ekayuda, Iwan. (2011). Trauma Skelet. Radiologi Diagnostik. Jakarta : FK UI. 31-61
American Orthopedic classification. (2010). Diakses dari http://www.aona.com
Benvie. (2009). Fraktur. Diakses dari http://doctorology.net
Mansjoer A et al (editor) 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Edisi III,Media
Esculapius. FKUI : Jakarta
Arif, Muttaqin, Skep. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta: EGC diakses dari
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301014/daftarpustaka.pdf
Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Editor:
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001 diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-sitifatima-5395-2-07.bab-r.pdf
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai