Anda di halaman 1dari 13

GAMBARAN PENGETAHUAN

TENTANG KEBIASAAN
BURUK PADA ANAK
BERHUBUNGAN DENGAN
KEBIASAAN MENGHISAP IBU
JARI
LATAR BELAKANG

Dalam tahap pertumbuhan gigi dan perkembangan


oklusi, khususnya periode transisi pergantian gigi
sulung menjadi gigi permanen terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lengkung
gigi. Kebiasaan merupakan faktor penting yang
menjadi penyebab dan berkembangnya penyakit
dalam rongga mulut. Seringkali, kebiasaan
dilakukan tanpa disadari yang ternyata dapat
merusak atau membahayakan bagian rongga
mulutnya.
Orang tua menemukan banyak kebiasaan dan
perilaku anak-anak mereka yang mengganggu.
Bila orangtua tidak mengambil sikap berlebihan,
maka si anak akhirnya akan menghentikan
kebiasaannya tersebut dengan sendirinya.
Umumnya kebiasaan anak akan menghilang ketika
anak mencapai usia sekolah, namun dampak dari
kebiasaan buruk ini akan berpengaruh pada
perkembangan rongga mulut, seperti pada jaringan
keras (gigi dan tulang alveolar), jaringan pendukung
gigi (gingival dan ligamentum periodontal) maupun
mukosa mulut lainnya (lidah, bibir, pipi, palatum,
dan lain-lain).
Kebiasaan anak muncul dalam berbagai kondisi.
Dalam kondisi ringan, beberapa perilaku tidak
mengganggu aktivitas normal sehari-hari dan
karenanya bukan merupakan gangguan
kejiwaan. Namun, kondisi ringan dari perilaku
tersebut dapat berkembang untuk
menyebabkan melemahnya fungsi fisik atau
psikologis.
Kebiasaan dapat timbul sebagai suatu cara bagi
anak untuk tetap menyibukkan diri bila
merasakan sesuatu yang kurang menyenangkan
baginya. Tetapi pada sebagian besar anak,
kebiasaan tersebut biasanya dilakukan untuk
menenangkan diri ketika ia merasa tertekan,
sedang stres, bosan, lelah, frustasi dan tidak
nyaman ataupun saat ia sedang tertidur lelap.
Dalam perkembangan dan pertumbuhannya,
banyak anak memiliki kebiasaan tertentu dalam
berperilaku. Ada kebiasaan yang bersifat sementara,
tetapi ada juga kebiasaan yang tidak mudah dihilangkan.
Beberapa kebiasaan anak harus tetap diperhatikan karena
dapat bertahan lama bila tidak ditangani segera, bahkan
akan mengganggu fungsi optimal anak, dimana dapat
mengakibatkan interaksi sosial negatif misalnya dihindari
oleh teman-teman dan anggota keluarga. Kebiasaan
buruk yang bertahan selama perkembangan anak,
menyebabkan gangguan pada perkembangan struktur
mulut seperti maloklusi. Maloklusi bukan penyakit,
melainkan keadaan morfologi yang menyimpang dari
oklusi normal dan standar estetika pada kelompok
etnik tertentu.
Kebiasaan abnormal dapat mempengaruhi pertumbuhan
yang normal dari rahang, mengganggu pertumbuhan
cranial, dan fisiologi oklusi. Pola kebiasaan dapat
mengganggu otot yang terkait dengan pertumbuhan
tulang yang salah, gigi malposisi, cara bernafas yang
salah, gangguan berbicara, gangguan otot-otot wajah
dan
psikologis. Kebiasaan seperti mengisap ibu jari, menggigit
bibir, menjulurkan lidah di antara gigi-gigi, bernafas
melalui mulut, dan bruxism merupakan kebiasaan yang
dapat menimbulkan terjadinya anomali letak gigi dan
hubungan rahang. Kebiasaan ini harus segera dihentikan
apabila gigi permanen pertama sudah nampak erupsi di
mulut. Aktivitas orofasial yang abnormal merupakan
penyebab maloklusi yang paling sering ditemui.
Pengawasan terhadap terjadinya penyimpangan
pertumbuhan yang dilakukan dengan perawatan
ortodontik sedini mungkin akan menghilangkan
kebiasaan buruk. Dalam bidang kedokteran gigi,
semakin banyak ahli orthodontik yang
memperhatikan cara untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan rahang dan gigi geligi yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan aktivitas
bibir dan lidah pada periode gigi bercampur
Orang tua, ahli anak, psikiater, ahli patologi, dan
dokter gigi telah mendiskusikan mengenai
kebiasaan ini masing-masing dengan pandangan
berdasarkan disiplin ilmunya. Dari segi
pandangan dokter gigi, yang menjadi fokus
utamanya dari kebiasaan buruk ini terbagi dua,
yaitu : (1) bagaimana hubungan kesehatan
secara umum, psikologis, dan budaya terhadap
kebiasaan buruk anak; (2) apa saja manifestasi
dan implikasi dari kebiasaan buruk tersebut di
dalam rongga mulut.
Tanggung jawab utama dari dokter gigi adalah
bagaimana menjaga kesehatan gigi anak. Bahaya
dari kebiasaan buruk ini tergantung dari
seberapa sering kebiasaan dilakukan yang
mungkin dapat menyebabkan maloklusi gigi
ataupun kerusakan pada jaringan lunak. Setiap
kebiasaan buruk harus dinilai secara individual pada
masing-masing anak, karena setiap anak memiliki
cara yang berbeda dalam melakukan
kebiasaannya. Oleh karena itu, kita harus
memperhatikan kesehatan pasien secara umum,
psikologis, budaya, pertumbuhan dan
perkembangan dari kebiasaan tersebut.
Sebagai dokter gigi, kita harus dapat mendiagnosa
apa saja dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan
dalam rongga mulut. Jika tidak yakin dari segi
pengaruhnya, maka kita harus menyusun suatu
konsultasi gigi yang tepat. Konsultasi ini harus
dilakukan bersama-sama ahli anak, psikiater,
ataupun ahli patologis. Jika semua konsultasi yang
tepat telah diselesaikan, klinisi bekerja sebagai
penyambung dengan melalui konsultasi bersama
spesialis yang nantinya akan menentukan rencana
perawatan yang sesuai pada anak. Tentu saja
banyak kebiasaan dalam rongga mulut yang
sederhana dan tidak membutuhkan konsultasi yang
berlebihan.
Latar belakang penulis memilih kebiasaan buruk
pada anak sebagai permasalahan karena
mengingat cukup banyak akibat yang
ditimbulkannya, sehingga memerlukan
pemahaman bagi setiap orang tua akan
kesehatan gigi dan mulut anaknya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan
membahas secara terperinci beberapa
kebiasaan buruk pada anak yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan yang normal dari
rahang, mengganggu pertumbuhan cranial,
fisiologi oklusi, interaksi sosial, etiologi dan cara
menangani kebiasaan buruk yang telah menjadi
suatu pola perilaku

Anda mungkin juga menyukai