Dibentuk dari suatu divertikulum pada dinding ventral usus
depan, yang meluas ke arah kaudal (divertikulum respiratorium=tunas paru).
Lokasi tunas disepanjang tabung usus (gut tube) ditentukan
oleh faktor transkripsi TBX4 yg di ekspresikan di endoderm tabung usus ditempat divertikulum respiratorium.
Mula-mula tunas paru mempunyai hubungan terbuka dengan
usus depan, selanjutnya terpisah menjadi bagian dorsal yaitu esofagus dan bagian ventral yaitu trakea dan tunas paru. Ketika divertikulum membesar ke arah kaudal, terbentuk dua bubungan longitudinal, tracheoesophageal ridge yang memisahkannya dari usus depan.
Saat kedua bubungan tersebut menyatu untuk membentuk
septum trakeoesofageale , usus depan dibagi menjadi bagian dorsal, esofagus, dan bagian ventral, trakea dan tunas paru. Saat pemisahan dengan usus depan, tunas paru membentuk trakea dan tunas bronkialis.
Pada awal minggu ke-5 masing-masing tunas membesar
membentuk bronkus utama kiri dan kanan.
Bronkus utama kiri membentuk dua cabang sekunder dan
kanan membentuk tiga cabang sekunderkiri dua lobus dan kanan tiga lobus.
Tunas paru berkembang terus menembus ke dalam rongga
selom (kanalis perikardioperitonealis). Perkembangan selanjutnya bronkus sekunder terus bercabang secara dikotomi, membentuk 10 bronkus tersier (segmental) di kanan dan 8 di kiri.
Akhir bulan ke-6 terbentuk 17 generasi anak cabang.
Pasca lahir terbentuk 6 anak cabang tambahan.
Saat lahir bifurcatio trakea akan terletak berhadapan dengan
V.thoracalis ke-4. PEMATANGAN PARU
Sampai bulan ke-7 prenatal bronkioli terus bercabang
menjadi saluran yang lebih banyak dan lebih kecil (tahap kanalikular), dan suplai darah terus meningkat. Pernapasan dapat berlangsung jika beberapa sel bronkiolus respiratorius berbentuk kubus berubah menjadi sel gepeng yang tipis. Sel tersebut berhubungan dengan banyak kapiler darah dan getah bening, ruang-ruang di sekitarnya dikenal sebagai sakus terminalis(alveoli primitif). Selama bulan ke-7 telah terdapat banyak kapiler yang menjamin pertukaran gas sehingga janin prematur dapat bertahan hidup. Selama dua bulan prenatal dan beberapa tahun pasca lahir jumlah sakus terminalis terus meningkat. Terdapat dua jenis sel epitel : Sel epitel alveoli tipe I dan sel epitel alveoli tipe II. Sel epitel alveoli tipe I, membentuk sawar darah-udara dengan endotel. Sel epitel alveoli tipe II menghasilkan surfaktan (berkembang pada akhir bulan ke-6), suatu cairan kaya fosfolipid dan mampu menurunkan tegangan permukaan antar udara- alveolus. Sebelum lahir paru mengandung kadar klorida tinggi, sedikit protein, sedikit lendir dari bronkus dan surfaktan. Saat lahir, pernapasan dimulai, sebagian besar cairan paru cepat diserap oleh kapiler darah dan getah bening dan sejumlah kecil mungkin dikeluarkan melalui trakea dan bronkus selama proses kelahiran. Ketika cairan diserap di sakus alveolaris, surfaktan mengendap sebagai lapisan fosfolipid tipis pada selaput sel alveoli. Tanpa ada surfaktan, alveoli akan menguncup selama ekspirasi (atelektasis) Alveoli akan terus dibentuk selama 10 tahun pertama kehidupan setelah lahir. KORELASI KLINIK
Kelainan pemisahan esofagus dan trakea oleh septum
esofagotrakealis mengakibatkan atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakeoesofagealis. Surfaktan sangat penting untuk mempertahankan hidup pada bayi prematur. Jika jumlah surfaktan tidak cukuptegangan membran permukaan udara-air menjadi tinggi, resiko alveoli kolaps saat ekspirasi sangat besarSindroma Gawat Pernapasan(RDS). Pada keadaan ini alveoli akan kolaps dan mengandung banyak membran hialin dan badan-badan lamelarPenyakit Membran Hialin ( 20 % dari semua kematian bayi baru lahir). HISTOLOGI
Epitel lapisan dalam laring, trakea, dan bronkus, serta paru,
seluruhnya berasal dari lapisan endoderm.
Komponen tulang rawan, otot, dan jaringan ikat trakea dan
paru berasal dari lapisan mesoderm splanknik yang mengelilingi usus depan.