Anda di halaman 1dari 20

Asma di Tempat

Kerja
Muhammad Faris
1610221054
Latar Belakang
Penyakit asma seringkali terjadi pada masyarakat umum, termasuk
di tempat kerja yang dapat menyebabkan atau memperburuk asma
dan juga dapat dikaitkan dengan varian asma (misalnya, bronkitis
eosinofil dan aluminium potroom asma) serta gejala-gejala yang
menyerupai asma (seperti sindrom iritasi laring).

Tinjauan ini berfokus pada data saat ini tentang asma pada pekerja,
yang didefinisikan sebagai asma karena kondisi yang timbul dari
pajanan di tempat kerja dan tidak dikarenakan penyebab di luar
lokasi kerja.
Sensitivitas yang menyebabkan Asma
Asma pada pekerja dapat disebabkan oleh sensitivitas di
tempat kerja yang spesifik, didefinisikan sebagai zat yang
dapat merangsang asma melalui mekanisme yang
berkaitan dengan respon imunologi spesifik.
Kepekaan pada pekerjaan umumnya terdiri dari zat
dengan berat molekul tinggi (>10 kD, biasanya protein
atau glikopeptida) yang dapat memproduksi antibodi IgE
spesifik dan respon alergi spesifik. Sekali orang tersebut
sensitif, pajanan yang sangat kecil pun dapat
menyebabkan asma, yang seringkali mengakibatkan
rhinokonjungtivitis
Sedangkan berat molekul rendah seperti bahan-bahan kimia
dapat menyebabkan asma. Beberapa zat yang berkaitan
dengan produksi antibodi IgE spesifik, seperti mineral-mineral
platinum kompleks pada kilang minyak platinum atau pada
pabrik katalis, dengan laporan terbaru, beberapa kasus pada
pekerja yang terpajan mineral platinum selama di pabrik obat-
obatan sitotoksik. Contoh lainnya termasuk mineral rhodium
(menggunakan electroplating), mineral nikel, krom, dan
kobalt; asam anhidrat (digunakan sebagai pengeras damar
epoxy untuk bahan kimia tanaman dan bubuk cat); dan bahan-
bahan reaktif seperti tekstil.
Diisosianat adalah bahan sensitif penting
yang digunakan dalam produksi kekakuan
atau fleksibilitas busa poliurethan; juga
digunakan sebagai pengeras cat semprot
dan perekat urethan. Diisosianat
merupakan penyebab paling banyak yang
menyebabkan asma pada pekerja di
beberapa area industri.
Pekerja-pekerja dengan resiko yang meningkat seperti office
boy, pembersih ruangan (domestik maupun industri), perawat,
pekerja-pekerja tekstil, peternak babi, peternak unggas, dan
pekerja-pekerja aluminium protoom.

Namun pajanan dengan tingkat rendah dipastikan diagnosisnya


pada individu telah dikaitkan dengan pajanan iritan tanpa
gambaran yang jelas terhadap sensitivitas tersebut, contohnya
pada pekerja penghibur, petani (terpajan amonia, endotoksin di
kehidupan sehari-hari) dan kendaraan bermotor.
Epidemiologi
Sebuah penelitian melibatkan hampir 7000 peserta di 13
negara menggunakan metode keseragaman untuk
mengidentifikasi asma onset baru dan menunjukkan
populasi yang beresiko mengalami asma di tempat kerja
antara 10-25%, sebanding dengan insidensi 250 - 300 kasus
per 1 juta orang setiap tahun. Resiko semakin meningkat
diantara para pekerja yang telah diketahui sensitizer terhadap
pajanan di saluran pernapasan. Sebuah anallisis sistematik
pada populasi yang beresiko menunjukkan bahwa
diperkirakan 16,3% dari semua kasus pada asma dewasa
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja
Terdapat perbedaan antara tingkat asma yang di
diagnosis oleh tenaga kesehatan profesional (4,7%
dari semua kasus asma) dan tingkat laporan kasus
yang diperoleh terkait asma (18,2% dari semua kasus
asma), satu penjelasan yang mungkin untuk
perbedaan ini adalah bahwa asma di tempat kerja
telah dikenali pada praktek klinik.
Sensitizer yang menyebabkan gejala mulai bervariasi - pada awalnya dari
pembagian waktu kerja, jam kerja berakhir, bahkan sampai lembur, tipenya,
remisi atau peningkatan terjadi selama akhir minggu dan liburan. Rhinitis
sering menyertai atau mendahului gejala di saluran napas bawah, khususnya
ketika agen dengan berat molekul yang tinggi memprovokasi asma.

Riwayat pada pekerja seharusnya secara komprehensif dapat diperoleh


dengan mudah, termasuk menilai gejala-gejala klinis, konfirmasi objektif
asma, dengan menguji skin test dan serologi antibodi spesifik IgE ketika
mungkin, dan dokumentasi gejala, fungsional, dan perubahan-perubahan
mediator inflamasi dalam merespon pajanan agen-agen terkait pekerjaan (di
tempat kerja vs jauh dari tempat kerja atau oleh tantangan spesifik). Masing-
masing uji tersebut memiliki keterbatasan yang dapat diatasi dengan
kombinasi beberapa uji.
Gejala-gejala asma dan hiperresponsif jalan napas bertahan kira-kira
pada 70% pasien-pasien dengan asma di tempat kerja, bahkan beberapa
tahun setelah pemisahan tersebut dari serangan lingkungan.
Hasil yang baik ketika diagnosis dini ditegakkan, pajanan dihentikan,
dan asma belum parah.

Penatalaksanaan yang sesuai setelah diagnosis, selagi untuk pencegahan


terhadap pajanan yang lebih jauh ketika mungkin, melibatkan
pencegahan tersier dengan penatalaksanaan farmakologi yang
mengikuti panduan praktek klinis.penyebab , tetapi juga membutuhkan
penelitian propektif lebih jauh.
Tinjauan sistematis baru-baru ini mengindikasikan
bahwa penghindaran menyeluruh dan definitif
terhadap pajanan dapat dipertimbangkan sebagai cara
alternatif untuk menghindari pajanan secara utuh,
ketersediaan bukti ilmiah masih sebatas mengurangi
pajanan lebih menguntungkan dibandingkan dengan
penghentian pajanan.
Imunoterapi masih di uji terhadap beberapa bahan-bahan sensitisasi
dengan reaksi IgE dependen, terutama di fasilitas kesehatan pekerja
yang alergi terhadap latex tetapi sejumlah kecil pekerja yang alergi
pada sereal, cumi laut, dan laboratorium hewan-hewan. Meskipun
imunoterapi dapat mengurangi gejala kutaneus dan respiartorius,
tetapi reaksi sistemik sering terjadi. Apakah hasil dari asma dapat
berubah dalam jangka waktu yang lama masih perlu dipastikan, dan
dibutuhkan penelitian lebih jauh sebelum imunoterapi dapat benar-
benar di rekomendasikan. Pengembangan dengan antibodi
monoklonal anti IgE seperti omalizumab telah dilaporkan pada
beberapa pasien yang mengalami asma di tempat kerja yang masih
terpajan bahan-bahan
Pencegahan seharusnya termasuk tindakan
kebersihan di tempat kerja untuk memastikan
keamanan pekerja-pekerja terhadap lingkungan
dimana terdapat potensi kecelakaan pajanan terhadap
bahan-bahan iritan. Tindakan umum termasuk
pengurungan, ventilasi yang baik, edukasi pekerja
mengenai keamanan praktis, dan, ketika tindakan-
tindakan lainnya insufisien, penggunaan alat
pelindung saluran pernapasan yang sesuai.
Kesimpulan

Asma di tempat kerja dengan pencegahan adalah yang


paling berpotensi. Lebih jauh lagi, peningkatan
pemahaman mengenai asma di tempat kerja mungkin
dapat meningkatkan pengetahuan mereka mengenai tipe
asma lainnya. Untuk memperkecil resiko
ketidakseimbangan jangka panjang terhadap asma di
tempat kerja, praktisi layanan kesehatan seharusnya
mempertimbangkan diagnosis dini sebagai evaluasi pada
orang-orang dewasa dengan gejala asma.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai