Mata Merah Dengan Pengelihatan Menurun Mendadak
Mata Merah Dengan Pengelihatan Menurun Mendadak
PENGELIHATAN MENURUN
MENDADAK
Oleh:
Atika Febriani. P (2012730014)
Pembimbing:
dr. Retna D Iskandar, Sp.M
Peradangan kornea
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
Virus
Bakteri
Jamur
Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps.
Hubungan ke sumber cahaya yang kuat lainnya
Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak
cukupnya pembentukan air mata
Adanya benda asing di mata
Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara
seperti debu, serbuk sari, jamur, atau ragi
Efek samping obat tertentu, seperti kortikosteroid
Reaksi konjungtivitis menahun
Trauma dan kerusakan epitel
Herpes genital
GEJALA
Gejala umum keratitis adalah mata merah, mata berair
dan kotor, rasa silau, merasa ada benda asing di
matanya, lesi di kornea dan visus menurun.
Gejala khususnya tergantung dari jenis-jenis keratitis
yang diderita oleh pasien. Gambaran klinik masing-
masing keratitis pun berbeda-beda tergantung dari
jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di
kornea,
KLASIFIKASI Berdasarkan penyebab, keratitis
diklasifikasikan menjadi:
KERATITIS PUNGTATA
Keratitis yang terkumpul di daerah Bowman, dengan
infiltrat berbentuk bercak-bercak halus pada permukaan
kornea yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit
infeksi virus.
Bilateral
Berjalan kronis tanpa terlihat kelainan konjungtiva
ataupun tanda akut.
1. Keratitis Pungtata Superfisialis
KERATITIS MARGINAL
Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan
limbus.
Penderita akan mengeluh sakit seperti kelilipan, lakrimasi, disertai
fotofobia berat.
Pada mata akan terlihat blefarospasme pada satu mata, injeksi
konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang memanjang, dangkal unilateral
dapat tunggal atau multiple, sering disertai neovaskularisasi dari arah
limbus.
Berdasarkan lapisan yang terkena, keratitis dibagi
menjadi:
KERATITIS INTERSTISIAL
Keratitis ini terjadi pada jaringan kornea lebih dalam
Bilateral
Merupakan keratitis nonsupuratif profunda yang disertai dengan
neovaskularisasi.
Keratitis interstitial adalah kondisi serius dimana masuknya pembuluh darah ke
dalam kornea dan dapat menyebabkan hilangnya transparansi kornea.
Keratitis interstitial dapat berlanjut menjadi kebutaan.
Sifilis adalah penyebab paling sering dari keratitis interstitial.
Gejala : fotofobia, keluar banyak air mata, kelopak meradang, sakit dan
penurunan visus.
Seluruh kornea keruh, sehingga iris susah dilihat. Permukaan kornea seperti
permukaan kaca. Terdapat injeksi siliar disertai pembuluh darah ke arah dalam
sehingga memberikan gambaran merah pucat salmon patch.
Berdasarkan penyebab, keratitis diklasifikasikan
menjadi:
KERATITIS BAKTERI
Beberapa faktor risiko terjadinya keratitis bakteri
diantaranya:
Penggunaan lensa kontak
Trauma
Kontaminasi pengobatan mata
Riwayat keratitis bakteri sebelumnya
Riwayat operasi mata sebelumnya Manifestasi Klinis
Perubahan struktur permukaan kornea Pasien keratitis biasanya
mengeluh kelopak mata lengket
Etiologi Keratitis Bakteri setiap bangun pagi, mata
merah, berair, nyeri pada mata
yang terinfeksi, penglihatan
silau, adanya sekret dan
penglihatan menjadi
berkurang. Pada pemeriksaan
bola mata eksternal ditemukan
hiperemis perikornea,
blefarospasme, edema kornea,
infiltrasi kornea
KERATITIS BAKTERI
Terapi :
Dapat diberikan inisial antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur
bakteri.
Berdasarkan penyebab, keratitis diklasifikasikan menjadi:
KERATITIS JAMUR
Keratitis jamur lebih jarang dibandingkan keratitis bakterial.
Dimulai dengan suatu trauma pada kornea oleh ranting pohon,
daun dan bagian tumbuh tumbuhan.
Keluhan baru timbul setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu
kemudian.
Pasien biasanya akan mengeluh sakit mata hebat, berair,
penglihatan menurun dan silau.
Pada mata akan terlihat infiltrat keabu yang berhifa, disertai
hipopion, peradangan ulserasi superfisial dan satelit bila terletak
di dalam stroma. Biasanya disertai dengan cincin endotel dengan
plak bercabang cabang, gambaran satelit pada kornea, dan
lipatan Descemet.
Diagnosis dibuat dengan preparat KOH10% terhadap kornea
menunjukkan adanya hifa.
Pengobatan dengan anti jamur Polines (amfoterisin B, Natamisin,
Nystatin), Azoles (imidazol, ketoconazole, myconazole), Triazoles
(Fluconazole)
Berdasarkan penyebab, keratitis diklasifikasikan menjadi:
KERATITIS VIRUS
5. Keratokonjungtivitis Vernal
Merupakan penyakit rekuren, dengan peradangan tarsus dan
konjungtiva bilateral. Didapatkan terutama pada musim panas dan
mengenai anak sebelum berusia 14 tahun
Gejala : gatal, biasanya disertai riwayat alergi keluarga ataupun
dari pasien itu sendiri, blefarospasme, fotofobia, penglihatan buram
dan kotoran mata berserat serat.
Hipertrofi papil yang kadang kadang berbentuk Cobble Stone
pada kelopak atas dan konjungtiva daerah limbus.
Pengobatan yang diberikan obat topikal antihistamin dan kompres
dingin.
Berdasarkan penyebab, keratitis diklasifikasikan
menjadi:
KERATITIS ACANTHAMOEBA
Fotokeratitis
KERATOKONJUNGTIVITIS SIKA
Merupakan peradangan konjungtiva dan kornea akibat
keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Penyebab
keringnya permukaan konjungtiva dan kornea, yaitu:
Berkurangnya komponen lemak, seperti pada blefaritis
Berkurangnya airmata, seperti pada syndrome syrogen,
setelah memakai obat diuretik, atropin atau dijumapai
pada usia tua.
Berkurangnya komponen musin, dijumpai pada
keadaan avitaminosis A,
Penguapan yang berlebihan seperti pada kehidupan
gurun pasir, lagoftalmus, keratitis neuroparalitika.
Adanya sikatrik pada kornea.
Gejala klinis yang sering timbul yaitu mengeluh mata terasa gatal,
terasa seperti ada pasir, fotofobia, visus menurun, sekret lengket,
mata terasa kering.
Pengobatan :
Pemberian air mata buatan bila kurang adalah komponen
air
Pemberian lensa kontak apabila komponen mukus yang
berkurang
Penutupan pungtum lakrimal bila terjadi penguapan yang
berlebihan
Keratitis Filamentosa
Keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan
deskuamasi sel epitel pada permukaan kornea.
Gambaran khususnya berupa filamen epitel halus.
Penyebabnya tidak diketahui.
Dapat disertai penyakit lain seperti keratokonjungtivitis
sika, sarkoidosis, trakoma, pemakaian kontak lensa, edema
kornea, DM, dll.
Kelainan ini ditemukan pada gejala sindrom mata kering
(dry eye syndrome), DM, pascabedah katarak dan keracunan
kornea oleh obat tertentu.
Gejala berupa rasa kelilipan, sakit, silau, blefarospasme dan
epifora. Dapat berjalan menahun ataupun akut. Mata merah
dan terdapat defek epitel kornea.
Pengobatan dengan larutan hipertonik NaCl 5%, air mata
hipertonik. Mengangkat filamen dan bila mungkin
memasang kontak lensa.
Keratitis Sklerotikans
Keadaan dimana terjadi peradangan sklera dan kornea,
biasanya unilateral, disertai dengan infiltrasi sel radang
menahun pada sebagian sklera dan kornea.
Keratitis sklerotikans akan memberi gejala berupa
kekeruhan kornea lokal berbentuk segi tiga dengan puncak
mengarah ke kornea bagian sentral.
Apabila proses peradangan berulang, kekeruhan dapat
mengenai seluruh kornea.
Secara Subjektif, penderita mengeluh sakit, fotofobia
tetapi tidak ada sekret.
Secara objektif, kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan
berbatas tegas, unilateral, kornea terlihat putih
menyerupai sklera, serta dapat disertai iritis non
granulomatosa.
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Pemberian
kortikosteroid dan anti randang non steroid ditujukan
terhadap skleritisnya, apabila teradapat iritis, selain
kortikosteroid dapat diberikan tetes mata atropin.
Keratitis
Lagoftalmus
Terjadi akibat adanya lagoftalmos ataumata tidak dapat menutup
sempurna, sehingga kornea menjadi kering dan mudah terkena
trauma.
Lagoftalmus akan mengakibatkan mata terpapar sehingga terjadi
trauma pada konjungtiva dan kornea menjadi kering dan terjadi
infeksi.
Pengobatannya dengan mengatasi kausa dan air mata buatan.
Untuk mencegah infeksi sekunder diberikan salep mata.
Keratitis Neuroparalitik
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Glaukoma sekunder
PROGNOSIS KERATITIS
1. Infeksi :
- Bakteri
- Virus
- Jamur
2. Non Infeksi :
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH, Radiasi
atau suhu, Defisiensi vitamin A, Obat obatan, Kelainan dari
membran basal, misalnya karena trauma, Pajanan (exposure),
Neurotropik
3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
KLASIFIKASI
a. Ulkus Marginal
Merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas
yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea
dengan tempat kelainannya.
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin.
Ulkus marginal merupakan ulkus kornea yang didapatkan pada
orang tua yang sering dihubungkan dengan reumatik dan
debilitas.
Penglihatan pasien dengan ulkus marginal akan menurun
disertai dengan rasa sakit, fotofobia, lakrimasi, terdapat pada
satu mata blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau
ulkus yang memanjang dan dangkal.
Pengobatan ulkus marginal adalah dengan antibioti dengan
steroid lokal.
b. Ulkus Mooren
Uveitis terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan sakit,
ataupun datang dengan perlahan dengan mata merah dan sakit
ringan dengan penglihatan turun perlahan lahan.
Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata sakit, merah,
fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair dan mata
merah. Keluhan sukar melihat dekat.
Dapat terbentuk sinekia posteior, miosis pupil, tekanan bola mata
yang turun akibat hipofungsi badan siliar, tekanan bola mata dapat
meningkat, melebarnya pembuluh siliar dan perilimbus. Pada yang
akut dapat terbentuk hipopion di bilik mata depan, sedang yang kronis
terlihat edema makula dan kadang katarak.
b) Uveitis intermediet : inflamasi dominan pada
pars plana dan retina perifer
Manifestasi klinik:
Palpebra udem,
Konjungtiva bulbi sangat
hiperemik (kongestif),
Injeksi siliar dan kornea yang
suram.
Bilik mata depan dangkal.
Pupil tampak midriasis
Refleks pupil lambat atau tidak
ada.
Visus menurun sampai hitung jari
TERAPI
Glaukoma sudut tertutup merupakan keadaan darurat bedah
mata. Pemberian obat-obatan untuk menurunkan TIO pre-
operasi :
Gliserin gliserol oral 1 ml/kgBB dalam larutan 50% dicampur air
jeruk dingin
Pilokarpin 2%, 2 tetes tiap 15 menit selama beberapa jam
Manitol hipertonis 20% I.V 1,5-3 gram/kgBB bila gliserol tidak
berhasil
Bila mual diberi asetazolamid 500 mg I.M
Untuk nyeri bila perlu meperidin 100 mg I.M atau analgetik lain.
Mata
+ + + + + +
Merah
Fotofobia + + + + Sedang -
Halo - - - + - -
Gatal -/+ - - - - -
Sangat
Menurun Menurun Sangat Menurun
Visus Menurun Menurun Menurun
sedikit ringan (mendadak)
(mendadak)
Lakrimasi + + + +
Sekret + + - -
Mata
- - - - + +
Menonjol
ULKUS UVEITIS GLAUKOMA
KERATITIS ENDOFTALMITIS PANOFTALMITIS
KORNEA ANTERIOR AKUT
Meradang Hiperemis
Palpebra Blefarospasm Edema Edema Edema Edema
e Sukar dibuka
Injeksi Konjungtiva
++ + ++ ++ -
Konjungtiva kemotik
Infiltrat + + - - - -
Putih
Edema
Keruh dgn Keruh
Kornea Keruh Jernih Keruh Keruh
defek Edema
Suram
epitel
Hipopion Normal, kdg
Normal Keruh
C.O.A Hifema bisa ada Dangkal Hipopion
Hipopion Hipopion
Flare
KERATITIS ULKUS UVEITIS GLAUKOMA ENDOFTALMITIS PANOFTALMITIS
KORNEA ANTERIOR AKUT
Vitreus Abses
Body
Keratitis
Mata merah Injeksi konjungtiva/ Gejala+Tanda Gram (-) rods: tobramisin,
- Keratitis Sakit mata injeksi silier Kultur ceftazidime, fluoroquinolon
Rasa kelilipan Defek epitel diatas Gram (+) rods: cefazolin,
Bakterial
Fotofobia infiltrat stromal vancomysin, moxifloxacin
Penurunan nekrotik warna Gram (-) coccus: ceftriaxone,
penglihatan putih keabu-abuan ceftazidim, moxifloxacin
Siklopegik