Anda di halaman 1dari 24

Kelompok 3:

1. Ardina Perwita Ambarsari 10. Qotrun Nida Fahira

2. Atikah 11. Selviana Rahayu

3. Donny Jatmiko 12. Siti Mariatul Qibtiyah

4. Febrian Saputra 13. Ummi Kalsum

5. Gemi Rusita Sari 14. Yahya Dwi Astriana

6. Hendrika Lilik Mardiana

7. Indah Khoirunnisa

8. Muhammad Farhan Mubina

9. Popy
Perawat merupakan aspek penting dalam
pembangunan kesehatan. Perawat merupakan salah
satu tenaga kesehatan yang di atur dalam PP No. 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan


profesional keperawatan yang diberikan pada pasien
dengan kebutuhan urgen dan kritis.
1. Otoritas (autority) mempengaruhi proses asuhan melalui peran professional.

2. Akotabilitas (accountability) tanggung jawab kepada klien, diri sendiri dan profesi serta mengambil
keputusan yang berhubungan dengan asuhan.

3. Kolaborasi (collaboration) mengadakan hubungan kerja dan berbagai disiplin dalam mengakses
masalah klien dan membantu klien menyelesaikannya.

4. Mengambil keputusan yang mandiri (independen dicision making) membuat keperawatan pada tiap
tahap proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien.

5. Pembelaan/dukungan (advocacy) mengadakan intervensi untuk kepentingan klien.

6. Fasilitas (facilitation) mendesimalkan profesi demi organisasi dan system klien-keluarga dalam
asuhan.
1. Care Giver (pemberi asuhan keperawatan perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung dan tidak langsung kepada klien

2. Client Advocate (pelindung klien),

3. Counsellor (pembimbing),

4. Educator (pendidik klien),

5. Collaborator (bekerja sama dengan tim),

6. Coordinator (perawat memanfaatkan semua sumber dan potensi yang ada baik materi maupun
kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun
tumpang tindih),

7. Change Agent (sebagai pembaharu),

8. Consultant (sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien).
1. Fungsi Keperawatan mandiri (independen): dalam fungsi ini tindakan perawat tidak membutuhkan perintah
dokter. Dalam hukum administrasi negara, fungsi independen ini merupakan kewenangan yang bersifat
atribusi dalam arti kewenangan perawat untuk melakukan suatu tindakan keperawatan berdasarkan
kewenangan yang diperoleh dari undang-undang atau perundang-undangan. Dalam hal ini diatur dalam
permenkes No. HK. 02.02/MENKES/148/2010 Tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat pasal 8,
pasal 9 dan pasal 10.

2. Fungsi Keperawatan Ketergantungan (dependen): perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan
pelayanan medik, memberikan pelayanan pengobatan, dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter
yang seharusnya dilakukan oleh dokter seperti pemasangan infus, pemberian obat, melakukan suntikkan dan
sebagainya. Kewenangan di dalam fungsi ini adalah bentuk kewenangan yang diperoleh karena mandat.
Dalam arti perawat melakukan suatu tugas karena adanya pemberian mandat dari dokter.

3. Fungsi Keperawatan kolaboratif (interdependen): tindakan perawat yang berdasarkan pada kerja sama dengan
tim perawatan atau tim kesehatan. Kewenangan yang di miliki dalam menjalankan fungsi ini disebut sebagai
kewenangan delegasi karena diperoleh karena adanya suatu pendelegasian tugas dari dokter kepada perawat.
Fisiologis
Psikologis
Sosial dan Kultural
Diberikan karena :
Ketidakmampuan
Ketidakmauan
Ketidaktahuan Dalam memenuhi kebutuhan dasar yang
sedang terganggu
Respons Klien Terhadap : Penyakit, Pengobatan,
Lingkungan Praktik Keperawatan Profesional,
Tindakan Mandiri Perawat Profesional.

Melalui Kerjasama Dengan : Klien, Tenaga Kesehatan


Lain.

Sesuai Dengan : Wewenang, Tanggung Jawab,


Menggunakan Pendekatan, Proses Keperawatan Yang
Dinamis.
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan

2. Merumuskan diagnosis keperawatan

3. Menyusun rencana tindakan keperawatan

4. Melaksanakan tindakan keperawatan (termasuk tindakan medik yang dapat dilakukan perawat)

5. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan

6. Mendokumentasikan hasil keperawatan

7. Melakukan kegiatan konseling kesehatan kepada sistem klien

8. Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian berdasarkan kemampuannya

9. Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang mengancam nyawa sesuai ketentuan yang

berlaku (Standing Order) di sarana kesehatan

10. Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten, perawat berwenang melaksanakan tindakan

kesehatan diluar kewenangannya


1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)

2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan
dengan ramah kepada kliennya

3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku
perawat

4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens desires)
bukan pada kepentingan atau keinginan perawa

5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory)

6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see
the patient point of view).
Pasal 5

Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai


kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu keluarga dan masyarakat.

Pasal 6

Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Pasal 7

Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk


tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
Pasal 8

Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan


penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial.

Pasal 9

Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam


melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalih tugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.

Pasal 17

Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada


pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
masyarakat.
Sanksi Hukum Membuka Rahasia
KUHP
Pasal 322
Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, Yang
menurut jabatannya atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun
yang dahulu, ia diwajibkan menyimpannya, Dihukum penjara
selama-lamanya sembilan bulan
Pembuktian bahwa seseorang itu membuka rahasia :
Yang diberitahukan (dibuka) itu harus rahasia
Bahwa orang itu diwajibkan untuk menyimpan rahasia tersebut, dan
ia harus betul-betul mengetahui bahwa ia harus wajib menyimpan
rahasia itu
Bahwa kewajiban untuk menyimpan rahasia itu adalah akibat dari
suatu jabatan atau pekerjaan sekarang maupun maupun yang dahulu
pernah ia jabat
Membukanya rahasia itu dilakukan dengan sengaja
Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah Sakit di
kota Meikarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain itu bapak-bapak
tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan berat badannya turun
secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus dan
telah turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang sopir truk yang sering pergi
keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan
sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam karena
kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang menangani Tn. A melakukan
visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya
meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil
pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut
dan telah dibaca oleh dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit
HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang
menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi
pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter
terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A
akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi permintaan
keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang dialami oleh Tn. A
karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informa
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi
dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik
ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan
pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu
apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut
Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana
tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau
tidak memuaskan sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus
bisa berpikir rasional dan bukan emosional.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan
strategi untuk mengatasinya Berbagai model pendekatan bisa
digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema etik ini antara
lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan
Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model
Purtilo dan Cassel, dan model Thompson dan thompson.
Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang
dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan informasi
tentang hasil pemeriksaan kepadanya.

Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta perawat
untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut
jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya sekarang

Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia
harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi haknya
pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya.
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa
menimbulkan permasalahan etik moral jika perawat tersebut tidak
memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya
karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien termasuk penyakitnya.
Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat
bersama tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini.
Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain :

Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi


hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang
tepat ketika kondisi pasien dan situasinya mendukung.

Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi


hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika hasil
pemeriksaan sudah ada dan sudah didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan
langsung menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter.
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan tim medis yang terlibat supaya
tidak melanggar kode etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana alternatif yang akan diambil. Dalam
mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi
untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu (
John Stone, 1989 ), yang meliputi :

a. Autonomy / Otonomi

Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan keluarganya

b. Benefesience / Kemurahan Hati

Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik dan tidak merugikan Tn. A.
Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat untuk Tn. A dan
sangat tidak merugikan Tn. A

c. Justice / Keadilan

Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti Tn. A mendapatkan haknya
sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi tentang penyakitnya
secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan

Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak


menimbulkan kerugian pada Tn. A baik secara fisik ataupun psikis
yang kronis nantinya.

e. Veracity / Kejujuran

Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau


membohongi Tn. A tentang penyakitnya. Karena hal ini merupakan
kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga
Tn. A akan merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji

Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum dilakukan

pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan menginformasikan hasil

pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut

harus tetap dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan

karena ini mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut

nantinya.

g. Confidentiality / Kerahasiaan

Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu

menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala

sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien.


Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan
dievaluasi sejauh mana Tn. A beradaptasi tentang
informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial
maka pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan
support sistem tetap terus diberikan yang pada intinya
membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi
tanpa ada rasa dikucilkan.
Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan
yang bisa diambil dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk
alternatif ke-2 yaitu secara langsung memberikan informasi tentang
kondisi pasien setelah hasil pemeriksaan selesai dan didiskusikan
dengan semua yang terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat
pasien lebih dihargai dan dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun
kedua alternatif tersebut memiliki kelemahan masing-masing. Hasil
keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan
pendekatan-pendekatan dan caring serta komunikasi terapeutik

Anda mungkin juga menyukai