7. Indah Khoirunnisa
9. Popy
Perawat merupakan aspek penting dalam
pembangunan kesehatan. Perawat merupakan salah
satu tenaga kesehatan yang di atur dalam PP No. 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
2. Akotabilitas (accountability) tanggung jawab kepada klien, diri sendiri dan profesi serta mengambil
keputusan yang berhubungan dengan asuhan.
3. Kolaborasi (collaboration) mengadakan hubungan kerja dan berbagai disiplin dalam mengakses
masalah klien dan membantu klien menyelesaikannya.
4. Mengambil keputusan yang mandiri (independen dicision making) membuat keperawatan pada tiap
tahap proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien.
6. Fasilitas (facilitation) mendesimalkan profesi demi organisasi dan system klien-keluarga dalam
asuhan.
1. Care Giver (pemberi asuhan keperawatan perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung dan tidak langsung kepada klien
3. Counsellor (pembimbing),
6. Coordinator (perawat memanfaatkan semua sumber dan potensi yang ada baik materi maupun
kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun
tumpang tindih),
8. Consultant (sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien).
1. Fungsi Keperawatan mandiri (independen): dalam fungsi ini tindakan perawat tidak membutuhkan perintah
dokter. Dalam hukum administrasi negara, fungsi independen ini merupakan kewenangan yang bersifat
atribusi dalam arti kewenangan perawat untuk melakukan suatu tindakan keperawatan berdasarkan
kewenangan yang diperoleh dari undang-undang atau perundang-undangan. Dalam hal ini diatur dalam
permenkes No. HK. 02.02/MENKES/148/2010 Tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat pasal 8,
pasal 9 dan pasal 10.
2. Fungsi Keperawatan Ketergantungan (dependen): perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan
pelayanan medik, memberikan pelayanan pengobatan, dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter
yang seharusnya dilakukan oleh dokter seperti pemasangan infus, pemberian obat, melakukan suntikkan dan
sebagainya. Kewenangan di dalam fungsi ini adalah bentuk kewenangan yang diperoleh karena mandat.
Dalam arti perawat melakukan suatu tugas karena adanya pemberian mandat dari dokter.
3. Fungsi Keperawatan kolaboratif (interdependen): tindakan perawat yang berdasarkan pada kerja sama dengan
tim perawatan atau tim kesehatan. Kewenangan yang di miliki dalam menjalankan fungsi ini disebut sebagai
kewenangan delegasi karena diperoleh karena adanya suatu pendelegasian tugas dari dokter kepada perawat.
Fisiologis
Psikologis
Sosial dan Kultural
Diberikan karena :
Ketidakmampuan
Ketidakmauan
Ketidaktahuan Dalam memenuhi kebutuhan dasar yang
sedang terganggu
Respons Klien Terhadap : Penyakit, Pengobatan,
Lingkungan Praktik Keperawatan Profesional,
Tindakan Mandiri Perawat Profesional.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan (termasuk tindakan medik yang dapat dilakukan perawat)
9. Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang mengancam nyawa sesuai ketentuan yang
10. Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten, perawat berwenang melaksanakan tindakan
2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan
dengan ramah kepada kliennya
3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku
perawat
4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens desires)
bukan pada kepentingan atau keinginan perawa
5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory)
6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see
the patient point of view).
Pasal 5
Pasal 6
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Pasal 7
Pasal 9
Pasal 17
Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta perawat
untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut
jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya sekarang
Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia
harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi haknya
pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya.
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa
menimbulkan permasalahan etik moral jika perawat tersebut tidak
memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya
karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien termasuk penyakitnya.
Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat
bersama tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini.
Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain :
a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan keluarganya
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik dan tidak merugikan Tn. A.
Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat untuk Tn. A dan
sangat tidak merugikan Tn. A
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti Tn. A mendapatkan haknya
sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi tentang penyakitnya
secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum dilakukan
pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut
harus tetap dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan
nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu
menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala