Anda di halaman 1dari 38

ABSES LEHER DALAM

WILDIASTUTI
BALGIS ALZAGLADI
NINTYA ZAINI DINI
FK_UIN05
Anatomi
Abses Leher Dalam
Kumpulan pus di dalam ruang potensial di antara
fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran
infeksi (gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal,
telinga tengah & leher).
Golongan Streptococcus, Staphylococcus, kuman
anaerob Bacterioides / kuman campuran.
Nyeri tenggorok, demam, pembengkakan di
ruang leher dalam yang terlibat disertai
terbatasnya gerakan membuka mulut & leher
curigai abses leher dalam.
Abses leher dalam adalah abses yang
terbentuk di dalam ruang potensial di antara
fasia leher sebagai akibat penjalaran infeksi
dari berbagai sumber, seperti gigi, sinus
paranasal, telinga tengah, leher, dan lainnya.
Tergantung ruang mana yang terlibat, gejala
dan tanda klinis setempat berupa nyeri dan
pembengkakan akan menunjukkan lokasi
infeksi.
Etiologi
Sebelum ditemukannya antibiotik, 70% dari
kasus abses leher dalam disebabkan oleh
penyebaran dari infeksi yang berasal dari
faring dan tonsil.
Setelah ditemukannya antibiotik, infeksi gigi
merupakan sumber infeksi paling banyak
Penyebab infeksi leher dalam
Infeksi pada faring dan tonsil
Infeksi atau abses dental
Prosedur bedah mulut atau pengangkatan kawat gigi
Infeksi atau obstruksi glandula saliva
Trauma kavum oris dan faring
Pemeriksaan, terutama esofagoskopi atau bronkoskopi
Aspirasi benda asing
Limfadenitis servikal
Anomali celah brakial
Kista ductus tyroglossalis
Tiroiditis
Mastoiditis dengan petrositis dan Bezolds abscess
Penggunaan obat intravena
Nekrosis dan supurasi masa atau limfonodus servikalis maligna
Jenis
Abses Peritonsil (Quinsy)
Abses Retrofaring
Abses Parafaring
Abses Submandibula
Angina Ludovici
ABSES PERITONSIL
Etiologi
Komplikasi tonsilitis akut
Infeksi dari kelenjar
mukus weber di kutub
atas tonsil.

Etiologi Antibiotik
Streptococcus Penisilin
Bacteroides Sefalosporin
Hemofilus Klindamisin
Staphylococcus aureus
Fusobacterium
Peptococcus
Gejala & Tanda
Odinofagia hebat
Otalgia
Hot potato voice
Trismus (sukar membuka mulut)
Mulut berbau (foetor exore)
hipersalivasi
Pembengkakan kelenjar mandibula & nyeri
tekan
Penatalaksanaan
Stadium infiltrasi antibiotik golongan
penisilin / klindamisin & obat simtomatik. Juga
perlu kumur-kumur dengan cairan hangat &
kompres dingin pada leher.
Abses pungsi insisi (mengeluarkan pus).
Tempat insisi (dareah paling menonjol & lunak /
pertengahan antara uvula dengan geraham atas
sisi yang sakit)
Tonsilektomi
Tonsilektomi achaud (bersama-sama drainase)
Tonsilektomi atiede (3-4 hari setelah drainase)
Tonsilektomi afroid (4-6 minggu setelah
drainase)
Umumnya tonsilektomi sesudah infeksi tenang
2-3 minggu setelah drainase.
Indikasi Tonsilektomi Segera Pada
Abses Peritonsil
Obstruksi jalan napas atas
Sepsis dengan adenitis servikalis/abses leher
bagian dalam
Riwayat abses peritonsil sebelumnya
Riwayat faringitis eksudatif sebelumnya
Indikasi Tonsilektomi
ABSOLUT RELATIF
Kor pulmonal karena Episode berulang dari
obstruksi jalan napas atas infeksi streptococcus B
Hipertrofi adenoid dengan hemolyticus
sindrom apneu saat tidur.
Hipertrofi berlebihan yang
menyebabkan disfagia
dengan penurunan BB.
Biopsi eksisi yang dicurigai
keganasan (limfoma)
Abses peritonsilaris
berulang/meluas ke
jaringan sekitarnya
Komplikasi
Abses pecah spontan perdarahan, aspirasi
paru/piemia.
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah
parafaring abses parafaring
mediastinitis.
Penjalaran intrakranial trombus sinus
kavernosus, meningitis & abses otak.
Abses retrofaring
Ruang retrofaring terletak di antara dinding posterior faring
dan fascia prevertebralis.
Ruang retrofaring ini meluas dari permukaan anterior dasar
oksiput kira-kira setinggi prominensia vertebra servikal dua
ke bawah sampai mediastinum posterior.
Di sebelah lateral berhubungan dengan ruang parafaring.
Kelenjar limfa retrofaring umumnya terdiri dari 2 sampai 5
kelenjar, terletak di belakang dinding posterior faring.
Kelenjar limfa retrofaring ini menampung aliran limfa dari
otot-otot dan tulang-tulang yang berdekatan, sinus
paranasal, faring, telinga tengah, telinga dalam, serta tuba
eustachius.
INSIDENS
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur
namun jarang pada orang dewasa.
Pada anak ditemukan usia antara 3 bulan
hingga 5 tahun.
Pada orang dewasa kelenjar limfa retrofaring
sudah mengalami atrofi.
Abses retrofaring akut pada bayi dan anak kecil terjadi dari
limfadenitis retrofaring sebagai komplikasi dari infeksi
saluran napas atas seperti faringitis akut dan tonsilitis akut
yang hebat.
Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa biasanya
disebabkan oleh trauma penetrasi benda asing misalnya
tulang ikan atau tindakan medis seperti anestesia lokal
(jarum tidak steril), intubasi endotrakea dan tindakan
endoskopik.
Abses ini terdapat di depan fascia prevertebralis dan
menonjol ke dalam faring.
Penyebab infeksi biasanya karena ditemukan kuman aerob
dan anaerob secara bersamaan.
DIAGNOSIS
Secara anamnesis abses retrofaring pada anak biasanya
didahului oleh infeksi saluran napas atas, demam,
kesukaran menelan disertai nyeri dan pembengkakan pada
leher.
Pada pemeriksaan tenggorok dapat terlihat dinding
retrofaring menonjol (bombans) dan tampak berwarna
merah. Pada keadaan lanjut keadaan umum anak menjadi
kurang baik, terdapat kekakuan otot leher, leher sedikit
hiperekstensi disertai nyeri pada penekanan.
Jika pembengkakan dinding posterior faring semakin besar
dapat timbul perubahan suara, hipersalivasi, sendi leher
menjadi kaku dan kesukaran bernafas.
Pemeriksaan Penunjang
X-foto leher pada abses retrofaring akibat proses
akut tampak soft tissue yang tebal di depan
vertebra servikalis sehingga terdapat
pertambahan jarak antara rongga faring dengan
korpus vertebra dan mungkin terlihat gambaran
air fluid level pada jaringan lunak retrofaring.
Abses retrofaring akibat proses kronis didapatkan
adanya klasifikasi pada kelenjar limfa dan
kerusakan pada korpus vertebra servikalis serta
jarak dinding faring dan korpus vertebra
bertambah.
Diagnosis Banding
Malformasi oleh penonjolan korpus vertebra.
Aneurisma aorta
Adenoiditis
Tumor
Terapi
Antibiotik yang adekuat secara parenteral
Trakeostomi bila terdapat obstruksi jalan
napas
Tindakan insisi dan drainase pus
KOMPLIKASI
Aspirasi, abses yang pecah spontan dapat
mengakibatkan asfiksia, pneumonia dan
empiema.
Perdarahan
Mediastinitis
Septikemia
Penjalaran ke ruang parafaring
Abses parafaring
Langsung tusukan jarum saat tonsilektomi
dengan analgesia
Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian
dalam gigi, tonsil, faring, hidung, sinus
paranasal, mastoid dan vertebra servikal
Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil,
retrofaring atau submandibula
Tanda dan Gejala
Trismus
Indurasi atau pembengkakan di sekitar
angulus mandibula
Demam tinggi
Pembengkakan dinding lateral faring sehingga
menonjol ke arah medial
Diagnosis
Riwayat penyakit
Tanda dan gejala klinik
Foto jaringan lunak AP atau CT scan
Komplikasi
Perdarahan
Peradangan intrakranial
Septikemia
Flebitis
Terapi
Antibiotik dosis tinggi parenteral
Insisi
Abses Submandibula
Ruang submandibulaterdiri dari ruang sublingual
dan submaksila.
Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila
oleh otot milohioid.
Ruang submaksiladibagi lagi atas ruang submental
dan ruang submaksila (lateral) oleh otot digastrikus
anterior.
Pembagian lainruang submandibula terbagi atas
ruang submental dan ruang submaksila saja.
Abses dapat terbentuk di ruang submandibula / salah
satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari
daerah kepala leher.
Etiologi
Infeksi yg dapat bersumber padagigi, dasar
mulut, faring, kelenjar liur atau kelenjar limfa
submandibula, ataupun rung leher dalam lain.
Kuman penyebab campuran kuman aerob
dan anaerob.
Gambaran Klinis
Demam
Nyeri leher disertai pembengkakan di bawah
mandibula dan atau di bawah lidah
Trismus sulit membuka mulut
Penatalaksanaan
Terapiantibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob
dan anaerob secara parenteral
Evakuasi abses :
- abses yg dangkaldilakukan dalam anastesi lokal
- letak abses dalam dan luasterlokalisasi atau
eksplorasi dalam nekrosis
Insisipada tempat setinggi os hioid tergantung
letak dan luas abses
Pasien dirawat inap 1-2 hari sampai gejala dan tanda
infeksi mereda
Angina Ludovici
Infeksi ruang submandibula berupa selulitis
dengan tanda khas berupa pembengkakan
seluruh ruang submandibula, tidak
membentuk abses, sehingga keras pada
perabaan submandibula.
Etiologi :
Infeksi kuman aerob dan anaerob yang
berasal dari gigi atau dasar mulut.
Gambaran Klinis
Nyeri tenggorok dan leher
Pembengkakan di daerah submandibula
Tampak hiperemis dan keras pada perabaan
daerah submandibula
Dasar mulut membengkaklidah dapat
terdorong ke atas belakangjalan napas
tersumbatmenimbulkan sesak napas.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis riwayat sakit gigi, mengorek atau
mencabut gigi, gejala dan tanda klinik.
- Pemeriksaan fisik
Penatalaksanaan
Terapiantibiotik dosis tinggi untuk kuman
aerob dan anaerob secara parenteral
Lakukan eksplorasi yang dilakukan untuk
tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan)
Evakuasi pus atau jaringan nekrosis
Insisi di garis tengah secara horizontal setinggi
os hioid (3-4 jari dibawah mandibula)
Lakukan pengobatan terhadap sumber
infeksi untuk mencegah kekambuhan
Pasien dirawat inap sampai infeksi mereda.
Komplikasi
Sumbatan jalan napas
Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain
dan mediastinum
Sepsis
Daftar pustaka
Fachruddin D. Abses leher dalam. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-
Tenggorok. Jakarta:Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.p.184-8
Driscoll BP, Scott B, Stiernberg C. Deep neck
space infection.In: Bailey, ed. Head and Neck
Surgery-Otolaryngology. 2nd ed. Vol 1.
Philadelphia New York:Lippincott-Raven;
2002.p.819-35

Anda mungkin juga menyukai