Oleh :
Dian Hardiyanti Rosda
Nanda Amelia Putri
Ongko Setunggal Wibowo
Vina Fatmasyithah
PEMBIMBING :
dr. H. Guntur Bumi Nasution, Sp.F
LATAR BELAKANG
Dalam masyarakat selalu saja terdapat perselisihan,
penganiayaan, pembunuhan, pencurian, perkosaan,
peracunan, dan lain-lain perkara yang mengganggu
ketentraman dan kepentingan pribadi.
Pada masa sekarang dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi orang mendapatkan pembuktian secara
ilmiah yang disebut saksi diam (silent witness). Di sini
diperlukan peran ahli untuk memeriksa barang bukti
(corpus delicti) secara ilmiah, sehingga barang bukti
tersebut dapat bercerita tentang apa yang telah
terjadi.
PENGERTIAN AUTOPSI
Autopsi berasal dari kata auto : sendiri, dan opsi : lihat.
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang
meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun
dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan
atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas
penemuan- penemuan tersebut, menerangkan penyebab
kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara
kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian.2
JENIS AUTOPSI
Berdasarkan tujuannya autopsi dapat dibagi atas 3 jenis :
Autopsi Anatomi
Tujuannya adalah untuk mempelajari susunan jaringan dan
organ tubuh dalam keadaan normal.
Autopsi Klinik
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga terjadi
akibat suatu penyakit. Tujuannya untuk menentukan
penyebab kematian yang pasti, menganalisa kesesuaian
antara diagnosis klinis dan diagnosis postmortem
(diagnosis setelah autopsi), pathogenesis penyakit, dan
sebagainya.
Autopsi Forensik/Medikolegal
Autopsi forensik atau bedah mayat kehakiman dilakukan
atas permintaan yang berwenang, sehubungan dengan
adanya penyidikan dalam perkara pidana yang
menyebabkan korban meninggal. Biasanya dilakukan pada
kematian yang tidak wajar seperti pembunuhan, bunuh
diri, kecelakaan, kecelakaan lalu lintas, keracunan,
kematian mendadak dan kematian yang tidak diketahui
atau mencurigakan sebabnya.
DASAR HUKUM AUTOPSI FORENSIK
a. Pasal 133 KUHAP
b. Pasal 134 KUHAP
c. Pasal 179 KUHAP
d. Pasal 222 KUHAP
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AUTOPSI
FORENSIK
Berdasarkan kenyataannya pihak kepolisian terdapat
beberapa hambatan-hambatan didalam melaksanakan
autopsi kehakiman antara lain :
a. Masyarakat kurang mengerti akan autopsi itu sendiri
b. Masyarakat kurang mengerti tentang administrasi
autopsi
PERSIAPAN SEBELUM AUTOPSI
Untuk menghindari masalah yang dapat timbul sewaktu atau
sesudah autopsi, ada beberapa persiapan yang perlu
diperhatikan yaitu :
Permintaan tertulis dari pihak penyidik
Kepastian korban yang akan diperiksa
Persetujuan keluarga
Keterangan yang mendukung pemeriksaan
ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN
PETUNJUK DALAM AUTOPSI FORENSIK
Ada beberapa petunjuk yang harus dipahami dokter dalam
melakukan autopsi forensik yaitu :
Pemeriksaan harus dilakukan pada siang hari
Lakukan sedini mungkin
Pemeriksaan lengkap
Dilakukan oleh dokter
Teliti
Hasil pemeriksaan segera disampaikan kepada penyidik
PEMERIKSAAN LUAR DAN DALAM PADA
MAYAT (AUTOPSI)
Pemeriksaan Luar
Yang dimaksud dengan pemeriksaan luar, tidak saja
pemeriksaan luar tubuh korban tetapi juga pakaian
korban, benda-benda yang dipakai korban bahkan barang
atau benda di sekitar korban. Pemeriksaan pakaian dan
benda di sekitar korban penting karena sering
berhubungan dengan penentuan identifikasi, sebab dan
cara kematian serta waktu kematian.
Bagian pertama dari teknik autopsi adalah pemeriksaan luar.
Sistematika pemeriksaan luar adalah :
1. Label mayat
2. Tutup dan pembungkus mayat
3. Pakaian
4. Perhiasan
5. Mencatat benda di samping mayat
6. Mencatat perubahan tanatologi/tanda-tanda kematian :
- Ukuran
- Permukaan
- Konsistensi
- Kohesi.
a) Leher
Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan
tonsil dikeluarkan sebagai satu unit. Perhatikan obstruksi
di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil. Pada kasus
pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa
adanya patah tulang.
b) Dada
- Seksi Jantung : Jantung dibuka menurut aliran darah
- Paru-paru
Paru-paru kanan dan kiri dilepaskan dengan memotong
bronkhi dan pembuluh darah di hilus, setelah
perkardium diambil. Vena pulmonalis dibuka dengan
gunting, kemudian bronkhi dan terakhir arteri
pulmonalis. Paru-paru diiris longitudinal dari apeks ke
basis.
c) Perut
- Esofagus-Lambung-Doudenum-Hati
Semua organ tersebut di atas dikeluarkan sebagai
satu unit. Esofagus diikat ganda dan dipotong.
Diafragma dilepaskan dari hati dan esofagus dan unit
tadi dapat diangkat. Sebelum diangkat, anak ginjal
kanan yang biasanya melekat pada hati dilepaskan
terlebih dahulu. Hati perhatikan tepi hati,
permukaan hati, perlekatan, kemudian dipotong
longitudinal. Usus halus dan usus besar dibuka
dengan gunting ujung tumpul, perhatikan mukosa
dan isinya, cacing.
- Ginjal, Ureter, Rektum, dan Kandung Urin
Organ tersebut di atas dikeluarkan sebagai satu unit.
Ginjal dengan suatu insisi lateral dapat diangkat dan
dilepaskan dengan memotong pembuluh darah di hilus,
kemudian ureter dilepaskan sampai panggul kecil.
- Urogenital Perempuan
Kandung urin dibuka dan dilepaskan dari vagina. Vagina
dan uterus dibuka dengan insisi longitudinal dan dari
pertengahan uterus insisi ke kanan dan ke kiri.