Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

Rhinosinusitis
Kronik
Kevin Rianto Putra
KOAS FK UKRIDA
RS Panti Wilasa dr. Cipto
Identitas Pasien
Anamnesis
Autoanamnesis tanggal 7 September 2015, pk 17.00

KU : Pasien mengeluh pusing sejak 3 bulan SMRS


RPS :
Pusing seluruh kepala, tidak berputar
Bersin sejak 1 tahun yang lalu, terutama pada tempat
debu/dingin
Hidung mampet
Sering pilek lendir berwarna putih kekuningan, darah
kadang2
Demam hilang timbul
Cairan pada tenggorokan
Nyeri wajah (-)
Anamnesis
RPD :
Sakit pada telinga 3 bulan SMRS berobat dan sembuh
Riwayat gigi berlubang (-)
Riwayat Asma (-), Hipertensi (-), DM (-)

RPK :
Riwayat Asma (-), Alergi (-)

Sos-Eko :
Merokok (-)
Ekonomi cukup
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Frekuensi Napas : 18x/menit
Suhu : 37oC
Status Lokalis
Kepala dan Leher
Kepala : Normocephali
Wajah : Tampak hidung miring ke kanan
Leher : KGB tidak tampak membesar
Lain-lain : Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Telinga
Pemeriksaan Fisik
Telinga
Tes Penala
Pemeriksaan Fisik
Hidung
Pemeriksaan Fisik
Nasofaring
Koana : tidak diperiksa
Septum nasi posterior : tidak diperiksa
Muara tuba eustachius : tidak diperiksa
Tuba eustachius : tidak diperiksa
Torus tubarius : tidak diperiksa
Post nasal drip : ada

Pemeriksaan Transluminasi
Sinus frontalis kanan, grade : tidak diperiksa
Sinus frontalis kiri, grade : tidak diperiksa
Sinus maksilaris kanan, grade : tidak diperiksa
Sinus maksilaris kiri, grade : tidak diperiksa
Pemeriksaan Fisik
Tenggorok
Orofaring:
Oral : dapat membuka mulut dengan baik
Mukosa bukal : merah muda, permukaan licin
Ginggiva : merah muda
Lidah 2/3 anterior : merah muda
Arkus faring : simetris
Palatum : merah muda
Pemeriksaan Fisik
Tonsil
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan CT Scan sinus paranasal
Kesan:
Ethmoiditis dan sinusitis maksilaris dupleks
Hipertrofi konka nasi media-inferior kanan dan kiri
Deviasi septum nasi
Pemeriksaan Penunjang
Resume
Anamnesis:
Perempuan 26 tahun
KU pusing sejak 3 bulan SMRS pada seluruh kepala
sering bersin-bersin sejak sekitar 1 tahun yang lalu
terutama pada tempat berdebu atau dingin
hidung sering terasa mampet
sering pilek keluar cairan seperti lendir berwarna putih
kekuningan, dan terkadang keluar darah
seperti ada cairan pada tenggorokannya
3 bulan SMRS OS mengalami sakit pada telinga sudah
berobat dan sembuh
Resume
PF:
hidung tampak miring ke sebelah kanan
cavum nasi sempit + sekret berwarna putih kekuningan
konka inferior hipertrofi
deviasi septum ke sebelah kanan.
PP:
CT scan sinus paranasal
Kesan :
ethmoiditis dan sinusitis maksilaris dupleks
hipertrofi konka nasi media-inferior kanan dan kiri
deviasi septum nasi
Diagnosis Kerja
Etmoiditis dan Sinusitis Maksilaris Dupleks
Kronik
Dasar diagnosis:
Pemeriksaan Fisik
cavum nasi sempit + sekret berwarna putih kekuningan
konka inferior tampak hipertrofi
deviasi septum ke sebelah kanan
Pemeriksaan penunjang
CT scan sinus paranasal
Kesan :
ethmoiditis dan sinusitis maksilaris dupleks
hipertrofi konka nasi media-inferior kanan dan kiri
deviasi septum nasi.
Diagnosis Kerja
Etmoiditis dan Sinusitis Maksilaris Dupleks Kronik
Dasar diagnosis:
Anamnesis
pusing sejak 3 bulan SMRS
bersin-bersin kronik terutama pada tempat berdebu atau dingin
hidung sering terasa mampet
sering pilek cairan seperti lendir berwarna putih kekuningan
demam
sakit telinga 3 bulan SMRS
Pemeriksaan Fisik
, yang sekarang dirasakan telah sembuh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
cavum nasi sempit disertai dengan sekret berwarna putih kekuningan, konka
inferior tampak hipertrofi, dan terdapat deviasi septum ke sebelah kanan. Pada
pemeriksaan penunjang CT scan sinus paranasal didapatkan kesan ethmoiditis
dan sinusitis maksilaris dupleks, hipertrofi konka nasi media-inferior kanan dan
kiri, serta deviasi septum nasi.
Diagnosis Banding
Rhinitis Alergi Kronis
Rhinitis Vasomotor
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Antibiotik oral: Amoxicillin+asam klavulanat 500mg 3x/hari
Dekongestan : Pseudoephedrine HCl 30mg 4x/hari
Kortikosteroid: Fluticasone proprionate nasal spray 1x50 mcg
(1 spray)/hari
Analgetik : Paracetamol 500mg 3x/hari

Non-Medikamentosa
Tindakan bedah dengan menggunakan metode FESS untuk
membuka sumbatan pada muara sinus
Prognosis
Ad vitam: Bonam
Ad fungsionam: Bonam
Ad sanationam: Bonam
Tinjauan Pustaka
Rhinosinusitis Kronik
Definisi
Sinusitis kronik : inflamasi mukosa sinus paranasal yang
berlangsung selama 12 minggu atau lebih
Hampir selalu disertai dengan inflamasi nasal rhinosinusitis
kronik
Kebanyakkan kasus rhinosinusitis kronik merupakan
kelanjutan dari sinusitis akut yang tidak sembuh
Rhinosinusitis kronik :
rhinosinusitis tanpa polip nasal
rhinosinusitis dengan polip nasal
rhinosinusitis fungal alergi
Anatomi Sinus Paranasal
Etiologi
Studi lebih ditingkatkan pada sumbatan ostiomeatal, alergi,
polip, keadaan immunodefisiensi, dan penyakit gigi
Mikroorganisme penyebab sekunder
Faktor yang berhubungan:
infeksi (virus, bakteri, fungi, atau parasit dari organ yang
berdekatan, seperti tonsil, adenoid, atau gigi atas)
traumatik (cedera maxillofacial, benda asing, atau luka operasi)
hipersensitivitas (alergi IgE-mediated, non IgE-mediated,
hipersensitivitas aspirin dengan asma, dan polip, dan faktor
vasomotor)
faktor lingkungan (iklim yang dingin dan lembab)
imunodefisiensi (pada pasien HIV)
Etiologi
Faktor yang berhubungan:
endokrin (diabetes, rhinitis of pregnancy, dan hipotiroidism)
abnormalitas mukosiliar (kistik fibrosis, dan dismotilitas silia
primer)
massa (neoplasma hidung, sinus, dan nasofaring, polip
antrokoanal, dan etmoid)
autoimun (granuloma pada penyakit Sarkoid atau Wegners,
vaskulitis pada penyakit systemic lupus erythematosus, dan
pemphigoid)
polusi (iritasi kronik dari debu, asap, asap rokok)
defek struktural (deviasi septum nasi, sinekia, atresia koana,
kelainan kompleks osteomeatal (KOM))
gaya hidup (terlalu banyak intake karbohidrat dan jarang
berolahraga)
Epidemiologi
Rhinosinusitis kronik sering ditemukan di seluruh dunia
Terutama pada tempat dengan polusi udara tinggi
Rhinosinusitis lebih sering ditemukan pada pediatri
penyakit sekunder terhadap infeksi pada traktur respiratorius
atas
Patofisiologi
Stasis sekresi sinus dipicu oleh obstruksi mekanis di KOM
faktor anatomi atau edema mukosa
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan
bila edema mukosa saling bertemu silia tidak dapat
bergerak ostium tersumbat terjadi tekanan negatif di
dalam rongga sinus transudasi, dan stagnansi mukus di
dalam sinus medium tumbuh yang baik untuk patogen
Patofisiologi
Tahap awal sinusitis : infeksi virus <10 hari dan sembuh total
dalam 99% kasus
Sejumlah kecil pasien mengalami infeksi bakteri akut sekunder
bakteri aerob (seperti Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, Moraxhella catarrhalis)
Awalnya, sinusitis akut diakibatkan oleh 1 jenis bakteri
aerob infeksi menetap campuran flora, organisme
anaerobik, fungi turut menginfeksi Infeksi sinus yang
menetap dan berulang
Patofisiologi
Gejala Klinik
Gejala mayor Gejala minor
nyeri/tekanan wajah sakit kepala
obstruksi nasal fatik
hiposmia/anosmia nyeri gigi
keluarnya sekret purulen, nyeri telinga
atau sekret postnasal halitosis
purulen atau kotor batuk
demam (pada rhinosinusitis demam (pada rhinosinusitis
akut) kronik)
Gejala Klinik
Gejala umum : perasaan lelah, demam ringan, dan perasaan
tidak fit.
Gejala lain : keluhan GIT, bronkitis kronik, ekskoriasi kulit
vestibulum nasi, mukosa nasal hiperemis & terkesan edema
Pemeriksaan meatus media !!! penyempitan dari meatus
media akibat hipertrofi konka edema mukosa atau polip-polip
kecil
Gejala Klinik
Rhinosinusitis maksila pus terlihat pada meatus media
Rhinosinusitis frontal pus terlihat pada meatus media
Rhinosinusitis sfenoid pus terlihat pada celah olfaktori.
Rhinoskopi posterior
Pus menetes dari ujung posterior meatus inferior kelompok
sinus anterior yang terkena
Pus di atas meatus media kelompok sinus posterior yang
terkena
Diagnosis
Tahun 1996, the American Academy of Otolaryngology-Head & Neck
Surgery Rhinosinusitis Task Force (RTF)
Kriteria diagnosis untuk rhinosinusitis 2 gejala mayor atau 1 gejala
mayor dan 2 gejala minor
Tahun 2003, amandemen RTF
radiografi konfirmatori atau endoskopi nasal atau penemuan
pemeriksaan fisik sebagai tambahan hasil anamnesis
rhinosinusitis kronik kriteria di atas > 12 minggu atau 12 minggu
setelah ditemukan hasil pemeriksaan fisik
dengan tambahan, 1 dari beberapa tanda inflamasi:
drainase nasal kotor dari saluran nasal, polip nasal, atau pembengkakkan
polipoid yang teridentifikasi dari pemeriksaan fisik dengan rhinoskopi
anterior setelah diberikan dekongestan atau endoskopi nasal
edema atau eritema meatus media atau bula etmoid pada endoskopi
nasal
eritema, edema, atau jaringan granulasi umum atau terlokalisasi (jika
meatus media atau bula etmoid tidak terkena, pemeriksaan radiologi
dibutuhkan untuk memastikan diagnosis
Diagnosis
Pemeriksaan imaging :
CT scan penebalan mukosa, perubahan tulang, atau air-
fluid levels gold standard
Radiografi sinus polos air-fluid levels atau opasifikasi > 5
mm pada satu atau lebih sinus sensitivitas dan spesifitas
rendah
MRI tidak direkomendasikan untuk diagnosis rutin
sensitivitas berlebihan namun kurang spesifik
Diagnosis
Rhinosinusitis kronik 2 atau lebih gejala:
drainase mukopurulen anterior atau posterior
obstruksi nasal
nyeri-tekanan-kepenuhan wajah
penurunan fungsi penciuman selama 12 minggu atau lebih

Sebagai tambahan, inflamasi harus terbukti dengan adanya 1


dari:
mukus purulen atau edema di meatus media atau regio etmoid
polip di rongga nasal atau meatus media
imaging yang memperlihatkan inflamasi sinus paranasal
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medikamentosa :
mengurangi edema mukosa
membuka drainase sinus
mengeradikasi infeksi yang ada.
Pengobatan : kombinasi glukokortikoid topikal atau oral,
antibiotik, dan irigasi nasal
Antibiotik berspektrum luas amoxicillin-asam
klavulanat, levofloxacin/moxifloxacin + metronidazole atau
klindamisin mengeradikasi bakteri anaerob diberikan
segera dapat diganti setelah hasil uji kultur dan sensitivitas
keluar
Antibiotik diberikan selama 28 hari
Penatalaksanaan
Semprot hidung steroid dapat dikombinasikan dengan
steroid oral jangka pendek secara tapering dan dimulai
kembali jika gejala muncul kembali
Riwayat alergi antihistamin topikal, antikolinergik,
leukotriene modifier
Sinusitis fungi alergi agen desensitasi dan antifungi
Dekongestan mengurangi obstruksi nasal dan
meningkatkan ventilasi sinus
Penggunaan berlebihan dan dalam jangka panjang dihindari
rhinitis medicamentosa dan mempengaruhi klirens mukosiliar
Penatalaksanaan
Irigasi sinus normal saline steril pada suhu tubuh pasien
diminta untuk bernapas melalui mulut dengan kepala
menghadap ke bawah Kotoran keluar dari ostium natural
sinus
Jika ostium tertutup oleh edema cannula kedua
dimasukkan melalui meatus inferior.
Penatalaksanaan
Prosedur pembedahan
pada pasien yang tidak sembuh dengan penatalaksanaan
farmakologis dan pada pasien dengan obstruksi anatomi
Tujuan :
memperbaiki ventilasi sinus
memperbaiki posisi mukosa sinus mengembalikan sistem
klirens mukosiliar
Penatalaksanaan
Functional endoscopic sinus surgery (FESS)
tindakan pembedahan yang minimal invasif
bertujuan untuk mengembalikan fungsi sinus drainase dan
aerasi, dengan menghilangkan obstruksi
Indikasi :
rhinosinusitis kronik yang tidak sembuh dengan terapi farmakologi
polyposis sinonasal
sinusitis fungi ekstramukosa
mukocele
osteoma dan tumor jinak lainnya
sinusitis akut rekuren
nyeri kepala dan wajah
Komplikasi
Serangan rhinosinusitis akut paling sering terjadi
Pada anak-anak:
Adenoiditis
Dakriosistitis
Laringitis
Otitis media serosa atau purulen sekunder
Komplikasi orbita : selulitis preseptal, abses subperiosteum,
selulitis orbita, abses orbita, dan trombosis sinus kavernosus
Komplikasi intrakranial : meningitis, abses epidural, abses
subdural, dan abses otak
Komplikasi lain : osteomielitis dan pembentukan mukocele
Prognosis
Persisten rhinosinusitis kronik penyebab signifikan
morbiditas
Menurunkan kualitas hidup dan produktivitas
Berhubungan dengan eksaserbasi asma dan komplikasi serius
Terapi cepat dan agresif outcome memuaskan
FESS pemulihan kesehatan sinus pada 80-90% pasien
dengan rhinosinusitis kronik yang rekuren atau tidak membaik
dengan terapi farmakologi
Kesimpulan
Nn. WR berusia 26 tahun menderita etmoiditis dan sinusitis
maksilaris dupleks kronik. Diagnosis ditegakkan dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dengan endoskopi dan dengan
pemeriksaan CT scan. Dengan mengetahui etiologi,
epidemiologi, dan patofisiologi dari rhinosinusitis kronik, maka
diharapkan dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat dan
mencegah komplikasi-komplikasi yang ada sehingga kualitas
hidup pasien menjadi lebih baik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai