Anda di halaman 1dari 23

UJI TOKSIKOLOGI KHAS

NAMA : NIM
DADAN HAURI I1021131048
NARIMO I10211410
JOSE SAPUTRA I10211410
Uji Toksikologi Khas
UJI TOX YG DIRANCANG UNTUK MENGEVALUASI SECARA RINCI EFEK YANG KHAS SUATU
SENYAWA PADA ANEKA RAGAM JENIS HEWAN UJI

UJI POTENSIASI
UJI KEKARSINOGENIKAN
UJI KEMUTAGENIKAN
UJI KETERATOGENIKAN
UJI REPRODUKSI
UJI KULIT & MATA
UJI PERILAKU
Uji Potensiasi
MENENTUKAN EFEK SENYAWA DENGAN ADANYA SENYAWA LAIN YG DAPAT
MENINGKATKAN KETOKSIKAN SALAH SATU SENYAWA TSB.
CARA PENENTUAN SEPERTI UJI TOKSISITAS AKUT, CARA PENENTUAN SEPERTI UJI
TOKSISITAS AKUT, BEDANYA DENGAN MENGGUNAKAN 2 SENYAWA UJI/ LEBIH DG
TOLAK UKUR KUANTITATIF LD50 GABUNGAN 2 SENYAWA RELATIF THD LD50 MASING-
MASING SENYAWA TUNGGALNYA.
MANFAAT :
UTK EVALUASI SENYWA KOMBINASI -> BYK OBAT DI PASARAN YG TERDIRI > 1 MACAM
SENYAWA; RESEP DOKTER BIASANYA OBAT KOMBINASI -> PERLU EVALUASI APAKAH
TDPT KEMUNGKINAN PENINGKATAN EFEK TOKSIK SUATU SENYWA AKIBAT SENYW LAIN
BILA TERJADI POTENSIASI -> SENYAWA TSB JGN DIGUNAKAN

TATA CARA PELAKSANAAN : MIRIP DENGAN UJI TOKSISITAS AKUT TETAPI YANG
MEMBEDAKAN HANYA PADA PEMBAGIAN KELOMPOK DIMANA SENYAWA UJI DIBAGI
LEBIH DARI SATU SENYAWA.
Uji Keteratogenikan
PRINSIP : SEDIAAN UJI PADA BEBERAPA TINGKAT DOSIS DIBERIKAN KEPADA BEBERAPAKELOMPOK HEWAN
SELAMA PALING SEDIKIT MASA ORGANOGENESIS (HARI KE 6 -15 PADA RODENSIA (TIKUS DAN MENCIT), HARI
KE 6-14 PADA HAMSTER DAN HARI KE 6-18 PADA KELINCI) DARI KEBUNTINGAN, SATU DOSIS PERKELOMPOK.
SEHARI SEBELUM WAKTU MELAHIRKAN INDUK DIBEDAH, UTERUS DIAMBIL DAN DIBUKA KEMUDIAN DIPERIKSA,
DILAKUKAN EVALUASI TERHADAP FETUS (JANIN). FETUS DIPERIKSA GAMBARAN MAKROSKOPIS FETUSNYA
(KEMATIAN, ABNORMALITAS MORFOLOGI MAUPUN UKURAN) DAN GAMBARAN MIKROSKOPISNYA (ORGAN
DALAM DAN KERANGKA).
TUJUAN : UJI TERATOGENISITAS BERTUJUAN UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI ADANYA ABNORMALITAS FETUS
YANG TERJADI KARENA PEMBERIAN ZAT SELAMA MASA PERKEMBANGAN EMBRIO; MELIPUTI ABNORMALITAS
BAGIAN TUBUH LUAR, JARINGAN LUNAK SERTA KERANGKA FETUS.
MANFAAT ADALAH UNTUK MEMBERI LABEL PRODUK OBAT YANG BEREDAR DI PASARAN BAHWA OBAT
TERSEBUT BOLEH/TIDAK DIKONSUMSI OLEH WANITA HAMIL TERUTAMAPADA TRISEMESTER PERTAMA
SASARAN :
WUJUD EFEK TOKSIK YANG BERUPA :
-CACAT MAKROSKOPIS, MISALNYA MUNCULNYA SUMBING,
CACAT CELAH LANGIT, KELENGKAPAN TANGAN DAN KAKI
-CACAT MIKROSKOPIS
-CACAT RANGKA/SKELETAL/TULANG
Fase Estrus :
Tikus bisa hamil pada awal estrus dan akhir (proestrus)
Fasenya :
Diestrus (57 jam tidak siap)
Proestrus ( 12 jam akhir Siap)
Estrus ( Durasi 12 jam Siap)
Metestrus ( 21 jam tidak siap)
Kategori obat pada ibu hamil :

Kategori A : banyak digunakan tnpa adanya kenaikan frekuensi pengaruh


buruk pada janin, dll . Cth : paracetamol, eritomisin, dan isoniazid
Kategori B : Berdasarkan pengalaman tetapi tidak dpt menyebabkan
kenaikan frekuensi pengaruh buruk pada janin. Cth : B1 (simetidin), B2
(Dopamin = ada petunjuk), B3 (karbamazepin = sudah di uji terbukti).
Kategori C : Dpt memberikan efek yang buruk pada janin tetapi tidak disertai
den malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologinya. Cth :
Analgetik-narkotika, rifampisin, dan aspirin
Kategori D : Menyebabkan malformasi janin yang bersifat irreversibel. Cth :
androgen, pirimidon, dan kinin.
Kategori X : Memiliki resiko tinggi tejadinya pengaruh buruk pada janin yang
menetap (permanen). Cth : isotretionin dan dietil stilbestrol.
Metode Uji :

Mengetahui Umur
BB
Perawan ( tidak boleh pernah melahirkan)
Keteraturan Daur estrus (menstruasi harus dijaga)
Periode laktasi pendek ( biasanya laktasi tikus 2 minggu)
Jumlah anak dan kerentanan terhadapa teratogen (Betina galur SD tidak
boleh Wistar)
Parameter Pengamatan

Biometrika janin
Gros morfologi
Histopatologi
Kelainan Rangka
Uji Kemutagenikan

Mutagen adalah zat atau senyawa yang dapat meningkatkan laju perubahan didalam gen(DNA).
Mutasi(perubahan) dapat mempengaruhi reproduksi sel, bahkan kadang kala menyebabkan kerusakan sel atau
pertumbuhan sel yang tidak terkendali.
Beberapa contoh mutagen, antara lain senyawa kimia mustard, etilmetilsulfonat, sinar uv, radiasi sinar x, dll.
Mutagenesis adalah proses pembentukan mutasi
Tujuan : Untuk melihat pengaruh suatu senyawa tertentu terhadap kode genetik, sehingga bila berpengaruh
akan menimbulkan mutasi yang sifatnya menurun.
Sasaran :
Ada 2 jenis mutasi dan merupakan sasaran dari uji kemutagenikan, yaitu :
Mutasi tempat, berkaitan dengan perubahan susunan basa, asam amino, atau terjadi dalam pasangan
nukleotida tunggal dalam molekul DNA (biokimia)
Mutasi struktur, berkaitan dengan perubahan dalam sistem kromosom (pecahnya kromosom/penyusunan ulang
kromosom, berubah secara kualitas dan juga kuantitas)
Uji mutagenik :
1. Invitro menggunakan bakteri tertentu
2. Invivo
Secara in vitro :
bakteri (sel tunggal
identifikasi komponen genetiknya mudah)
Jumlah : 5 x 10 bakteri
Cara : bakteri diletakkan dlm cawan petri -> pejani dg senyw uji
periksa perubahan genetiknya
UJI Karsiogenik

Tumor massa abnormal dari suatu jaringan yg tumbuh berlebihan dan


tidak terkoordinasi dg jaringan normaldg jaringan normal
Uji karsinogenik ada 2 jenis :
1. Uji jangka panjang
2. Uji jangka pendek
Uji Karsinogenik jangka panjang

Hewan uji yg disarankan : roden, mencit, tikus, hamster galur Sndeolngiaer


Umur hewan uji 7-9 minggu
Lama waktu uji 2 tahun (tikus), 18 bulan (mencit)
Hewan uji dibagi 2 kelompok : kontrol dan perlakuan
Hewan uji dibagi 2 kelompok : kontrol dan perlakuan
Dosis yg dipakai didasarkan hasil uji toksisitas
Dosis yg dipakai didasarkan hasil uji toksisitas subakut
Bila diminta > 1 rentang dosis dosis kedua 1/3-1/4 dosis tertinggi
Untuk p.o senyawa uji dipaparkan 2-3 kali/ minggu
Yg diamati adanya hewan sakit, pertumbuhan tumor, jika ada hewan uji mati
pembedahan, uji histopatologi nya
Uji Karsinogenik jangka pendek

Rapid Screening Test


Hasil akhir bukan perwujudan tumor
80 % karsinogen adalah mutagen
Yg termasuk uji karsinogen jangka pendek :
1. Pengaktifan metabolik
2. Reaksi DNA dan perbaikan DNA
3. Transformasi neoplastik mamalia invitro
4. Sel somatik mamalia, dll
Uji Reproduksi

Menentukan pengaruh senyawa uji thd kapasitas reproduksi hewan uji


Hewan uji : tikus 2-3 generasi berurutan Hewan uji : tikus 2-3 generasi
berurutan
Yg diamati : indeks fertilisasi, lamanya bunting, angka lahir hidup, angka
lahir mati, ratio jantan betina, BB, jenis kelainan /cacat lahir serta
histopatologi
Uji Perilaku

Mengevaluasi aktivitas motorik atas pengaruh senyawa uji.


Mengetahui pengaruh efek toksik senyawa (misal : logam berat merkuri
thd sistem syaraf / otak)
Uji perilaku, meliputi : Uji roda berputar, uji lapangan terbuka, uji sangkar
rumit
Uji Kulit dan mata

Melihat efek lokal senyawa uji jika terpapar pada kulit & mata
Yg diamati :
1. efek iritasi primer (sifat terbalikkan) adanya eritema & edema korosi (tak
terbalikkan) kerusakan morfologi
2. korosi (tak terbalikkan) kerusakan morfologi
3. sensitivitas kulit (reaksi imun) adanya edema & perdarahan jika dibandingkn
dg kel kontrol
4. Fototoksik & foto alergi eritema dan edema
5. Uji iritasi mata perubahan pada mata & jaringan sekitar mata (mata
perlakuan dibadingkan mata kontrol)
Uji Sensitisasi Kulit

Uji sensitisasi kulit yaitu suatu uji untuk mengidentifikasi suatu zat yang
berpotensi menyebabkan sensitisasi kulit.
PRINSIP : Hewan uji diinduksi dengan dan tanpa Freunds Complete
Adjuvant (FCA) secara injeksi intradermal dan topikal untuk membentuk
respon imun, kemudian dilakukan uji tantang (challenge test). Tingkat dan
derajat reaksi kulit dinilai berdasarkan skala Magnusson dan Kligman.
TUJUAN : Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi sediaan uji yang
berpotensi menyebabkan sensitisasi kulit.
Fase Induksi Intradermal (hari ke 0)
Induksi Intradermal: bahan-bahan berikut ini disuntikan di bagian tengkuk
masing-masing marmut .
Fase Induksi Topikal (hari ke 7)
Fase Induksi Topikal dilakukan 7 hari setelah fase induksi intradermal. Dua
puluh empat jam sebelum perlakuan bagian tengkuk marmut dicukur lagi
Uji Tantang /Challenge (hari ke 21)
Uji Tantang dilakukan 14 hari setelah induksi topikal terhadap seluruh
kelompok uji, yang 24 jam sebelumnya dicukur di bagian punggung.
Pemaparan sediaan uji tidak boleh pada tempat induksi topikal (tengkuk),
sediaan uji dipaparkan secara topikal pada daerah C di punggung marmut
yang telah dicukur, kemudian ditutup dengan occlusive dressing dan dibalut
dengan elastic bandage.
Uji Iritasi Mata

Uji iritasi mata adalah suatu uji pada hewan uji (kelinci albino) untuk mendeteksi efek toksik
yang muncul setelah pemaparan sediaan uji pada mata. Hasil uji dievaluasi berdasarkan
kriteria bahaya dari Globally Harmonised System (GHS) for The Classification of Chemical
(2009), seperti pada Tabel 6.
Prinsip : Sediaan uji dalam dosis tunggal dipaparkan kedalam salah satu mata pada
beberapa hewan uji dan mata yang tidak diberi perlakuan digunakan sebagai kontrol.
Derajat iritasi/korosi dievaluasi dengan pemberian skor terhadap cedera pada
konjungtiva, kornea, dan iris pada interval waktu tertentu. Efek lain termasuk efek sistemik
juga dievaluasi. Hewan uji yang menunjukkan tanda-tanda penderitaan dan kesakitan
yang parah dapat dikorbankan sesuai dengan prosedur pembunuhan hewan uji.
TUJUAN : Uji ini digunakan untuk memperoleh informasi adanya kemungkinan bahaya
yang timbul pada saat sediaan uji terpapar pada mata dan membran mukosa mata.
Peringatan
Uji iritasi mata tidak perlu dilakukan dalam keadaan dimana :
Bahan uji sudah dapat diprediksi bersifat korosif berdasarkan struktur kimia atau sifat fisiko
kimia, misalnya asam (pH = 2) atau basa kuat (pH =11,5).
Bahan uji telah terbukti bersifat korosif atau iritan kuat pada uji iritasi kulit.
Terdapat data dari studi lain yang relevan dan dapat dipercaya yang menunjukan
bahan uji akan menimbulkan iritasi serupa bila diuji pada mata.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai