Anda di halaman 1dari 31

Lembaga-lembaga Negara di Indonesia

Teori dan Konsepsi

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
Teori Pemisahan Kekuasaan Negara (Separation of Power)
John Locke (1632-1704),
dalam Two Treaties on Civil Government, pada 1690).
Membagi pilar pemerintahan menjadi:
a. Legislatif,
b. Eksekutif dan
c. Federatif (Kekuasaan yg meliputi sgl tindakan utk menjaga keamanan negara
dlm hub dgn negara lain, seperti membuat aliansi, dsb)

Baron Secundar de Montesquieu (1689-1755):


Mengembangkan teori trias politica:
a. Kekuasaan Legislatif : Membuat UU (law making)
b. Kekuasaan Eksekutif : Melaksanakan UU (law executing)
c. Kekuasaan Yudikatif : Mengawasi Pelaksanaan UU (law adjudicating)

Pendapat ini dikemukakan dalam bukunya :


L Esprit de Lois (Jiwa dari Hukum) pada 1748.
Mengkritik & Menggulingkan Louis XIV yang pernah menyatakan L Etat Cest Moi

Trias Politica baru: State-Market-Civil Society


What a constitution should contain?
Adanya jaminan terhadap
hak-hak asasi manusia
dan warga negara;

Ditetapkannya susunan
ketatanegaraan suatu
negara yang bersifat
fundamental; dan

Adanya pembagian dan


pembatasan tugas
ketatanegaraan yang juga
bersifat fundamental.

-Jan Gerhard Steenbeek-


Materi Konstitusi
Materi muatan konstitusi meliputi HAM, susunan
ketatanegaraan yang mendasar, pembagian tugas
dan kewenangan ketatanegaraan. Menurut Logeman,
een staat is enn machtsorganitatie. Organisasi dibagi-
bagi menjadi urusan pemerintah pusat atau daerah,
infra struktur dan suprastruktur politik.

Karena kecenderungan kekuasaan untuk korup,


sebagaimana dikatakan oleh Lord Acton, yaitu Power
tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely.
Maka perlu dibentuk Konstitusi sebagai pembatas
kegiatan dan kemampuan pemerintah.
Materi Konstitusi
William Andrews

William G. Andrews,
Under
constitutionalism, two Pertama, hubungan antara pemerintahan dengan
warga negara; dan
types of limitations
Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan
impinge on govern- yang satu dengan lembaga pemerintahan yang
ment. Power proscribe lain.
and procedures
prescribed.

(a) menentukan pembatasan kekuasaan organ-


isi konstitusi organ negara,
dimaksudkan untuk (b) mengatur hubungan antara lembaga-lembaga
mengatur mengenai negara yang satu dengan yang lain, dan
tiga hal penting, yaitu: (c) mengatur hubungan kekuasaan antara
lembaga-lembaga negara dengan warga negara.
Fungsi Konstitusi
Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ-organ negara.
Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ-organ negara.
Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan
warga negara.
Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan
negara ataupun terhadap kegiatan penyelenggaraan
kekuasaan negara.
Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber
kekuasaan yang asli (yang dalam sistem demokrasi adalah
rakyat) kepada organ negara.
Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity).
Fungsi Konstitusi 2

Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan


kebangsaan (identity of nation).
Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of
ceremony).
Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat
(social control), baik dalam arti sempit hanya di
bidang politik maupun dalam arti luas mencakup
bidang social dan ekonomi.
Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan
masyarakat (social engineering atau social reform),
baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas.
We have defined a constitution as a frame of political society organized
through and by law, in which law has established permanent institutions
with recognized functions and definite rights, and a constitutional state
as one in which the powers of the government, the right of the governed
and the relation between the two are adjusted.

Now this kind of state is at once very old and very new, as Greek
antiquity and as new as the twentieth century.
KONSEPSI LEMBAGA NEGARA
Konsepsi Lembaga Negara
dalam pengertian luas

Hans Kelsen menguraikan bahwa Whoever fulfills a function determined


by the legal order is an organ. Hans Kelsen, General Theory of Law and
State, (New York: Russell & Russell, 1961), hal.192.

Organ negara tidak selalu berbentuk organik, tetapi setiap jabatan yang
ditentukan oleh hukum dapat pula disebut organ asal fungsi-fungsinya itu
bersifat menciptakan norma (normcreating) dan/atau bersifat menjalankan
norma (norm applying).

These functions, be they of a norm-creating or of a norm-applying


character, are all ultimately aimed at the execution of a legal sanction.
Teori Lembaga Negara
Bahkan Hans Kelsen yang menyatakan bahwa semua organ yang
menjalankan fungsi-fungsi law-creating function and law-applying
function adalah merupakan organ atau lembaga negara baik sebagai
institusi maupun sebagai individu yang memegang jabatan (officials)
Menurut Kelsen, setiap warga negara yang sedang berada dalam
keadaan menjalankan suatu ketentuan undang-undang juga dapat
disebut sebagai organ dalam arti luas, misalnya, ketika warga negara
yang bersangkutan sedang melaksanakan hak politiknya untuk
memilih dalam pemilihan umum, dianggap sedang menjalankan
undang-undang (law applying function) dan juga sedang melakukan
perbuatan hukum untuk membentuk lembaga perwakilan rakyat (law
creating function) melalui pemilihan umum. Namun ia tidak dapat
dikategorikan sebagai organ negara, karena bukan institusi dan tidak
sebagai memegang jabatan negara
Teori Lembaga Negara

George Jellinek Hans Kelsen

Unmittelbare Organe (Alat Luas : setiap individu


Kelengkapan Negara yang memiliki jabatan
Langsung) : mendapatkan yang melakukan law
kewenangan langsung creating function dan/atau
dari sumber kekuasaan law applying function
tertinggi Lebih sempit : institusi
Mittelbare Organe (Alat yang melakukan law
Kelengkapan Negara creating function dan/atau
yang Tidak Langsung) : law applying function
mendapatkan
kewenangan dari alat
kelengkapan negara
langsung
LEMBAGA NEGARA. lanjutan
Jimly Asshiddiqie merumuskan konsepsi lembaga negara dalam beberapa pengertian.
Pertama, mengutip yang dikemukakan oleh Kelsen, setiap individu yang menjalankan fungsi
membentuk dan menerapkan norma hukum.
Kedua, pengertian luas namun lebih sempit dari yang pertama yaitu setiap individu yang
menjalankan fungsi membentuk dan menerapkan norma hukum yang juga memiliki posisi
dalam jabatan kenegaraan atau pemerintahan.
Ketiga, pengertian yang lebih sempit lagi, yaitu lembaga yang memiliki fungsi membentuk dan
menerapkan norma hukum dalam kerangka struktur kenegaraan, yaitu dibentuk berdasarkan
UUD, UU dan peraturan perundangan-undangan atau keputusan-keputusan, baik di tingkat
pusat ataupun di tingkat daerah.
Keempat, pengertian yang lebih sempit lagi, yaitu lembaga-lembaga yang dibentuk
berdasarkan UUD, UU atau peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. Dan
pengertian
Kelima, untuk pengertian khusus terhadap lembaga-lembaga di tingkat pusat yang
pembentukan dan pengaturannya didasarkan pada UUD, yaitu Presiden/Wakil Presiden,
MPR, DPR, DPD, BPK, MA dan MK, yang dapat juga disebut sebagai Lembaga Tinggi
Negara.
Organ Negara
Dalam ketentuan UUD 1945, terdapat lebih dari 35 subjek jabatan atau subjek hukum
kelembagaan yang dapat dikaitkan dengan pengertian lembaga atau organ negara dalam arti
yang luas:
1) Presiden; 2) Wakil Presiden; 3) Dewan pertimbangan presiden; 4) Kementerian Negara; 5)
Menteri Luar Negeri; 6) Menteri Dalam Negeri; 7) Menteri Pertahanan; 8) Duta; 9) Konsul; 10)
Pemerintahan Daerah Provinsi; 11) Gubernur/Kepala Pemerintah Daerah Provinsi; 12) DPRD
Provinsi; 13) Pemerintahan Daerah Kabupten; 14) Bupati/Kepala Pemerintah Daerah
Kabupaten; 15) DPRD Kabupaten; 16) Pemerintahan Daerah Kota; 17) Walikota/Kepala
Pemerintah Daerah Kota; 18) DPRD Kota; 19) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR); 20)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR); 21) Dewan Perwakilan Daerah (DPD); 22) Komisi pemilihan
umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri, yang diatur lebih lanjut dengan undang-undang;
23) Bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan independensinya
diatur lebih lanjut dengan undang-undang; 24) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); 25)
Mahkamah Agung (MA); 26) Mahkamah Konstitusi (MK); 27) Komisi Yudisial (KY); 28) Tentara
Nasional Indonesia (TNI), dan 29) Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI); 30) Angkatan
Darat (AD); 31) Angkatan Laut (AL); 32) Angkatan Udara (AU); 33) Satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau istimewa; 34) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman, seperti Kejaksaan Agung, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan sebagainya; 35) Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat.
(Jimly Asshiddiqie)
KONSEPSI ORGAN NEGARA
dalam pengertian sempit

Ciri-ciri penting organ negara dalam arti sempit :


Organ negara itu dipilih atau diangkat untuk menduduki jabatan
atau fungsi tertentu yang ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan;
Dalam menjalankan fungsinya tersebut, yang bersangkutan
berhak untuk mendapatkan perlakuan khusus dari segi
keprotokoleran, anggaran untuk menjalankan fungsinya dan
imbalan gaji dari negara.
Lembaga atau organ negara dalam arti sempit dapat dikaitkan
dengan jabatan dan pejabat public office dan public officials
Law-creating or law-applying function dalam konteks
kenegaraan
Lembaga Negara

1. Penafsiran Luas, sehingga mencakup semua lembaga


negara yang nama dan kewenangannya disebut/tercantum
dalam UUD
2. Penafsiran Moderat, yakni yg hanya membatasi pada apa
yang dulu dikenal sebagai lembaga tertinggi dan tinggi
negara
3. Penafsiran Sempit, yakni penafsiran yang merujuk secara
implisit dari ketentuan Pasal 67 UU ttg Mahkamah
Konstitusi

(Abdul Mukthie Fajar)


Hubungan antar Lembaga Negara,
Status dan Dasar Pembentukan
Jimly Asshiddiqie: Sistem ketatanegaraan pasca reformasi
konstitusi tidak lagi mengatur hubungan antar lembaga negara
yang bersifat vertikal. Sehingga kita hanya mengenal
hubungan antar lembaga negara yang bersifat horizontal.

Status Lembaga Negara Berdasarkan Dasar Hukum


Pembentukannya:
a. Pembentukan Lembaga Negara melalui UUD 1945;
b. Pembentukan Lembaga Negara melalui UU;
c. Pembentukan Lembaga Negara melalui Peraturan Presiden atau
Keputusan Presiden.
Susunan Pemerintahan

Horizontal & Vertikal


membicarakan

Susunan Organisasi Negara


(Horizontal & Vertikal)
berarti

membicarakan
bagaimana

pembagian kekuasaan
serta

hubungan antara lembaga-lembaga negara


yang menjalankan kekuasaan-kekuasaan negara

dalam rangka menyelenggarakan kepentingan


rakyat.
HUBUNGAN KEKUASAAN
Hubungan yang bersifat horizontal:
Hubungan antara kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Contoh :

Indonesia :
MPR (DPR+DPD), Pres, MA, MK, BPK, KY
Hubungan horizontal antara pemegang kekuasaan negara dapat melahirkan berbagai sistem
pemerintahan (Parlementer atau Presidensial)

Hubungan yang bersifat vertikal:


Hubungan yang bersifat atasan dan bawahan, dalam arti antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Di dalamnya terdapat semacam
pembagian kerja antara pusat dan daerah.
Contoh:

Indonesia:
Presiden

Menteri Gubernur Bupati


HORIZONTAL :
Pembagian Kekuasaan

berdasarkan

Fungsi Kekuasaan
yang berbeda-beda

yang menimbulkan berbagai macam

Lembaga Negara
Tujuannya:
Mencegah Kesewenang-wenangan
PEMBAGIAN KEKUASAAN
SECARA VERTIKAL
Pembagian Kekuasaan menurut tingkatnya.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah Pembagian Kekuasaan
antara beberapa tingkat pemerintahan.
Carl J. Friedrich memakai istilah Pembagian Kekuasaan secara
Teritorial (Territorial Division of Power).
Pembagian Kekuasaan ini dengan jelas dapat kita saksikan kalau
kita melakukan perbandingan antara negara KESATUAN, negara
FEDERAL serta KONFEDERASI.
Pembagian kekuasaan secara vertikal melahirkan garis
hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem :
1. Desentralisasi
2. Dekonsentrasi
3. Medebewind
state auxiliary agencies

state auxiliary organs are also called self-


regulatory agencies, independent supervisory
bodies, or bodies of mixed functions.
Definition
Sebagian pakar juga menyebut state auxialiary agencies dengan
the fourth branch of the government,

misalnya Yves Meny and Andrew Knapp:


Regulatory and monitoring bodies are a new type of
autonomous administration which has been most widely
developed in the United States (where it is sometimes referred
to as the headless fourth branch of the government). It takes
the form of what are generally known as Independent
Regulatory Commissions.
Lembaga Negara Bantu di Indonesia

Sources of power/establishment
Constitution (UUD 1945)
Undang-undang
Others (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, etc)

according to Lembaga Administrasi Negara:


at least 112 agencies
Background to the emergence of state auxiliary agencies:
Indonesias case

abuse of power & dugaan korupsi yang berkelindan di lingkungan


lembaga negara yang terjadi secara masif

Hilangnya kepercayaan publik/legitimasi

as result: tuntutan untuk membentuk lembaga negara baru,


more independent state institutions
Teori Negara Hukum
Gagasan konstitusionalisme Negara Hukum (RechtsStaat) di Eropa
Kontinental (tempat berlakunya sistem hukum civil law) pada abad ke 19
hingga permulaan abad 20, oleh ditandai dengan Ciri2:
Mengakui dan melindungi HAM;
Untuk melindungi hak asasi tersebut, maka penyelenggaraan
negara harus berdasarkan pada teori trias politica;
Dalam menjalankan tugasnya, pemerintah berdasar atas
berdasarkan undang-undang (Wetmatigheid van Bestuur);
Peradilan Administrasi.
Apabila dalam menjalankan tugasnya berdasarkan undang-
undang pemerintah masih melanggar HAM, maka ada
pengadilan administrasi yang akan menyelesaikannya.

(Friedrich Julius Stahl)


Duabelas prinsip pokok Negara Hukum
Jimly Asshiddiqie mereformulasi prinsip-prinsip Negara Hukum dalam kondisi
kontemporer hubungan masyarakat dengan negara saat ini, dengan menguraikan dua
belas prinsip pokok negara hukum. Diantaranya:
1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law);
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law);
3. Asas Legalitas (Due Process of Law);
4. Pembatasan Kekuasaan;
5. Organ-Organ Eksekutif Independen;
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak;
7. Peradilan Tata Usaha Negara;
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court);
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia;
10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat);
11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat);
12. Transparansi dan Kontrol Sosial.
LEMBAGA NEGARA INDONESIA
SEBELUM AMANDEMEN UUD 1945

MPR

DPR PRESIDEN MA DPA BPK


LEMBAGA NEGARA INDONESIA
SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945

UUD 1945

Presiden/
BPK Wakil DPR MPR DPD MA MK
Presiden
KY
kpu bank Kementerian badan-badan lain
sentral Negara yang fungsinya
ber kaitan dengan
kekuasaan
dewan kehakiman
pertimbangan PUSA
TNI/POLRI
T

PERWAKILAN BPK PEMDA PROVINSI


PROVINSI
Lingkungan
Peradilan DAERA
KPD DPRD H
Umum
PEMDA KAB/KOTA Agama

Militer
KPD DPRD TUN
END OF SESSION

Anda mungkin juga menyukai