1. Senyawa karsinogenik
2. Sitostatika
Sitostatika farmaka yang dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker.
Sitostatika hanya memperlihatkan sedikit
perbedaan hambatan terhadap sel kanker dan
sel normal. Yang dihambat terutama adalah sel
jaringan proliferasi (selaput lendir, kelenjar
kelamin, sumsum tulang). Oleh sebab itu efek
samping dari sitostatika sangat berat.
Sel kanker sebetulnya bukan tumbuh lebih cepat,
tetapi sel anak kembali akan membelah,
sedangkan pada sel normal hal ini tidak terjadi.
Masalah lain dalam terapi kanker ialah
sitostatika mempunyai efek
immunosuppressive terhadap penyakit
infeksi. Dengan demikian pengambilan
analogi hasil penelitian dengan hewan
percobaan sebagai perbandingan terhadap
menusia menjadi problematik.
Pembagian sitostatika
Atas dasar mekanisme kerja dan titik serang :
2.1. Penghambat Mitosis
2.2. Senyawa pengalkilasi
2.3. N-Nitrosourea-derivat
2.4. Antimetabolit
2.5. Antibiotika yang mempunyai efek sitostatis
2.1.1. Colchicin
2.1.2. Podophyllotoxinderivat
2.1.3. Alkaloid Vinca
2.1.1. Colchicin
Colchicin adalah alkaloid utama dari Colchicum autumnale.
Struktur colchicin dijelaskan olah penelitian Windaus dan
Cook, ternyata colchicin tidak mengandung nitrogen basa.
Dengan demikian sebetulnya colchicin tidak dapat
digolongkan sebagai alkaloid, melainkan adalah suatu amid
yang asam.
Struktur parsial yang menarik dari colchicin ialah adanya 3
ikatan rangkap terkonyugasi pada cincin-C yang
merupakan system tropolon yang termetilasi.
Colchicum autumnale
Parsial struktur yang selintas terlihat sebagai
eter (gugus metoksi), sebetulnya adalah vinilogi
dari suatu ester karboksilat, yang bersifat mudah
disabun dalam suasana asam atau basa.
Pada penyabunan colchicin akan berubah
colchicein yang distabilkan oleh bentuk
mesomeri anion
Colchicein sebagai derivat tropolon akan
memberikan warna hijau olif dengan FeCl3.
Colchicin dulu digunakan sebagai obat
arthritis, sejak 1953 digunakan dalam terapi
cancer, terutama terhadap leukemia akut dan
kronis dan karsinoma kulit.
Sekarang colchicin tidak lagi digunakan
karena kurangnya aktivitas.
2.1.2. Podophyllotoxinderivat
Podophyllotoxin terdapat 20 40 % dalam getah
Podophyllum sp. Derivat Podophyllotoxin
merupakan sitostatis yang relatif dapat diterima
tubuh.
Beberapa Podophyllotoxinglucosida yang
digunakan dalam Khemoterapi tumor maligna,
dan diperoleh melalui proses semi sintetis adalah
Etoposid (Vepesid), Teniposid (VM 26-Bristol)
dan juga Podophyllinester asam hydrazid.
Mekanisme kerja mitostatik derivat
Podophyllotoxin sampai sekarang belum dapat
dijelaskan.
Podophyllum peltatum / mayapple
Biotransformasi
Langkah pertama dari Biotransformasi Oxazaphosphorin
adalah oksidasi pada posisi-4. Pada cyclophosphamid
reaksi biotransformasi adalah sebagai berikut :
2.3. N-Nitrosourea-derivat
Pada awal tahun 60an ditemukan bahwa N-
Methyl-N-nitrosourea pada hewan percobaan
memperbaiki kondisi leukemia. Dengan
penelitian intensif berhasil ditemukan senyawa
yang dapat menembus sawar otak dan dapat
digunakan untuk terapi tumor otak.
Walaupun merupakan N-b-Chlorethyl-substituent,
derivat Nitrosourea bukanlah pengalkilasi, karena
kebasaan atom nitrogennya tidak cukup. Sebagai
mekanisme kerjanya dianggap adalah acylasi dari
protein. Sebagai pengasilasi dari Carmustin adalah
2-chloroethylisocyanat, yang terbentuk dari reaksi
hidrolisis.
2.4. Antimetabolit
Identitas
DAB 10, menggunakan reaksi belerang dengan
ion logam berat. Dengan Hg(II) acetat tebentuk
endapan putih, dengan Pb(II) acetat endapan
kuning. Mercaptopurin yang asam lemah dalam
suasana air dapat dititrasi dengan
larutanTetrabutylamonium hidroksida.
2.5. Antibiotika yang
mempunyai efek sitostatis
2.5.1. Actinomicyn
2.5.2. Anthracyclin
2.5.3. Bleomycine
2.5.4. Mitomicyn
2.5.1. Actinomicyn
2.5.2. Anthracyclin
2.5.3. Bleomycine
2.5.4. Mitomicyn
2.6. Berbagai sitostatika
2.6.1. Procarbazin
2.6.2. L-Asparaginase
2.6.3. Penghambat Aromatase
2.6.1. Procarbazin
2.6.2. L-Asparaginase
2.6.3. Penghambat Aromatase