Anda di halaman 1dari 29

VERTIGO PERIFER

Pembimbing :
Dr. Dony Hartanto Sp.THT KL
Dr. Nurmala S Sp.THT KL

Disusun Oleh :
Reza Gusni S, S. Ked
Lynda Ayu P, S. Ked
Arnis putri R, S. Ked
Pendahuluan
Pusing gejala umum pada lebih dari 90 juta orang Amerika
masyarakat yang memiliki keluhan pusing, sekitar 30% pasien
memiliki vertigo
Dalam 1 tahun10-20 pasien dengan vertigo, 935 pasien dengan
perawatan primer vertigo memiliki Benigna Posisional Paroksismal
Vertigo (BPPV), neuronitis vestibular akut, atau Penyakit Meniere
Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak pernah
merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun.
Definisi

Vertigo subtipe dari dizziness secara


definitif merupakan ilusi gerakan, dan
paling sering adalah perasaan atau
sensasi tubuh yang berputar terhadap
lingkungan atau sebaliknya.
Vertigo perifer biasanya bersifat
Vertigo horisontal dan rotasinya berkurang
atau hilang saat pasien
memfokuskan tatapannya, dan
perifer biasanya akibat terangsang oleh
beberapa faktor yang memprovokasi

Pada vertigo setral, nistagmus murni


Vertigo horisontal, vertical, atau
rotational.Tidak berkurang saat
pasien memusatkan pandangan dan
sentral bertahan untuk periode yang lebih
lama.

Vertigo perifer umumnya memiliki onset yang


mendadak dari pada vertigo sentral
Epidemologi
Dari keempat subtipe pusing
a. vertigo sekitar 32%-56,4% pada populasi orang
tua.
b.sekitar 15% anak paling tidak pernah merasakan
sekali serangan pusing dalam periode satu
tahun.
Etiologi

Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari


organorgan vestibuler, visual, ataupun sistem
propioseptif.
Etiologi dari vertigo perifer :
1. Benigna Paroksimal Positional Vertigo
2.Vestibular Neuronitis
3.Meniere Disease
4. Perylimfatic Fistula
5. Neuroma Akustik.
Patofisiologi
Terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh
(informasi aferen) yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran).
Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau
sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau
ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya
muncul gejala vertigo dan gejala otonom.
Respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa
nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan
dan gejala lainnya
beberapa teori menerangkan kejadian
ketidakseimbangan tubuh :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
2. Teori konflik sensorik
3. Teori neural mismatch
4. Teori otonomik
5. Teori neurohumoral
6. Teori sinap
Gambaran Klinik

Gejala Gejala
Gejala primer
sekunder nonspesifik
sensasi mual giddiness
berputar. gejala dan light
impulsion otonom headness.
oscilopsia kelelahan,
ataxia sakit kepala,
sensiivitas
visual
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan -> anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Sekitar 20 sampai 40%
pasien dapat didiagnosis segera setelah
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis
juga dapat ditentukan berdasarkan komplek
gejala yang terdapat pada pasien.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Neurologik

Pemeriksaan neurologic meliputi :


pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari
tanda paralisis nervus, tuli sensorineural,
nistagmus (Lempert, 2009).
1. Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus
vestibular atau vermis cerebellar.
2. Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau
tanpa nistagmus rotator konsisten dengan acute
vestibular neuronitis.
Gait test
GAIT TEST

Rombergs sign
berdiri dengan kedua kaki
dirapatkan,
mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup.
biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik.
dipastikan bahwa penderita
tidak dapat menentukan
posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara
tertentu).
Unterberger's stepping test

Berdiri dengan kedua lengan


lurus horisontal ke depan dan
jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi
mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang/
berputar ke arah lesi dengan
gerakan seperti orang melempar
cakram;
Kepala dan badan berputar ke
arah lesi, kedua lengan bergerak
ke arah lesi dengan lengan pada
sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke
arah lesi (sura , 2010).
Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk
ekstensi dan lengan lurus
ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke
atas, kemudian diturunkan
sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa.
Hal ini dilakukan berulang-
ulang dengan mata terbuka
dan tertutup.
Pada kelainan vestibuler
akan terlihat penyimpangan
lengan penderita ke arah
lesi.
Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.
1. Fungsi Vestibuler
2. Dix-Hallpike manoeuvre
3. Test hiperventilasi
4. Tes Kalori
5. Elektronistagmogram
6. Posturografi
7. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli
konduktif dan tuli perseptif
b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone
Decay (sura , 2010).
Pemeriksaan kepala dan leher
pemeriksaan membrane timpani untuk
menemukan vesikel (misalnya herpes
zoster auticus (Ramsay Hunt
Syndrome)) atau kolesteaatoma (Sura
et Newell, 2010).
Hennebert sign (vertigo atau
nistagmus yangterjadi ketika
mendorong tragus dan meatus
akustikus eksternus pada siis yang
bermasalah) mengindikasikan fistula
perikimfatik .
Valsava maneuver (exhalasi dengan
mulut dan hidung ditutup untuk
meningkat tekanan melawan tuba
eusthacius dan telinga dalam) dapat
menyebabkan vertigo pada pasien
dengan fistula perilimfatik atau
dehiscence kanalis semisirkularis
anterior. Namun nilai diagnostic
berdasarkan klinis ini masih terbatas
(Sura et Newell, 2010).
Pemeriksaan Cardiovascular

Perubahan orthostatic pada tekanan darah


sistolik (misalnya turun 20 mmHg atau
lebih) dan nadi (misalnya meningkat 10
denyutan per menit) pada pasien dengan
vertigo dapat menentukan masalah
dehidrasi dan disfungsi otonom (Sura et
Newell, 2010).
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi :


1. tes audiometric
2. vestibular testing
3. evalusi laboratories
4. evalusi radiologis
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan

Terapi Medikamentosa
1. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat
anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan
vertigo seperti obat dimenhidrinat,difenhidramin,
meksilin, siklisin.
2. Antagonis kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat
antagonis kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan
Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut
vestibular mengandung banyak terowongan kalsium.
3. Fenotiazine
mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak
semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine
(Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan
oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap
vertigo.
4. Obat simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan
vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan
untuk menekan vertigo ialah efedrin.
Terapi Non Medikamentosa

Tujuan latihan ialah :


1. Melatih gerakan kepala yang
mencetuskan vertigo atau disekuilibrium
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi
pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan
keseimbangan (Kofar, 2006).
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara defi
nitif merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah
perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap
lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan
berputar.
Vertigo dibagi menjadi 2 yaitu vertigo sentral dan perifer
Etiologi dari vertio perifer : Benigna Paroksimal Positional
Vertigo, Vestibular Neuronitis, Meniere Disease, Perylimfatic
Fistula, Neuroma Akustik. Gejala klinis pasien dengan
dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer, sekunder
ataupun gejala non spesifik. Diagnosis ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20 sampai 40%
pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan
berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada pasien.
KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis,
pemeriksaan dan leher dan system cardiovascular dan
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes
audiometric, vestibular testing, evalusi laboratories dan
evalusi radiologis.
Terapi Medikamentosa yang digunakan adalah
Antihistamin, antigonis kalsium,Fenotizine, obat
simtomatik dan obat antikolinergic serta dapat dilakukan
terapi fisik untuk vertigo
DAFTAR PUSTAKA
Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10 September 2009. Diunduh tanggal 8 April 2011.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104

Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter
kluwerlippincot William and wilkins)

Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal Positional Vertigo in Journal
Gerontological of Nursing. December:

Labuguen RH,. 2006. Initial Evaluation of Vertigo. American Family Physician. 73 (2) :244-251

Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine in Journal Nerology
2009:25:333-338

Sura DS and Newell S., 2010. Vertigo Diagnosis and Management in the Primary Care. The British Journal of
Medical Practitioner. 3(4) : 351

Thompson TL and Ameede R., 2009. Vertigo: A Review of Common Peripheral and Central Vestibular Disorders.
The Ochsner Journal. 920-26

Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American Family Physician March 15,2005:71:6.

Wahyudi KT., 2012. Vertigo. CDK. 139 : 10


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai