11273203526
VIRA OCTARIANA
11273202848
PEMBUATANN
PRO
PENGERTIAN PELAKSANAAN AUDIT
Pelaksanaan audit adalah satu tahapan
dalam proses audit dimana auditor akan
mengembangkan suatu program audit, menilai
keefektifan sistem pengendalian internal
organisasi, dan melakukan pengujian-pengujian
yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit
yang memadai.
INDIKATOR PELAKSANAAN AUDIT YANG BAIK
Indikator pelaksanaan audit sektor publik yang baik adalah yang dilakukan sesuai
dengan standar seperti yang telah ditetapkan, baik standar internasional maupun standar yang
ditetapkan didalam negara yang bersangkutan. Prinsip dasar audit sektor publik internasional (draft
eksposur INTOSAI, 15 februari 2013) harus dipertimbangkan auditor sebelum dimulainya dan
selama proses audit. Berikut adalah prinsip pelaksanaan proses audit :
1. Terkait kegiatan pelaksanaan audit.
a. Auditor harus memastikan bahwa prosedur audit memberikan bukti audit yang cukup
tepat untuk mendukung tujuan audit.
2. Kegiatan yang berkaitan dengan mengevaluasi bukti audit, menyimpulkan dan pelaporan
hasil audit.
a. Auditor harus mengevaluasi bukti audit dan menarik kesimpulan.
b. Auditor harus menyiapkan laporan tertulis berdasarkan kesimpulan yang diambil.
Sebagai contoh di Indonesia, indikator pelaksanaan audit sektor
publik yang baik adalah yang dilakukan sesuai dengan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Didalam SPKN memberlakukan
tiga pernyataan standar pekerjaan lapangan (pelaksanaan) yang
ditetapkan oleh IAI sebagai berikut:
a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika
digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang dilakukan.
c. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
Selain itu SPKN juga menetapkan standar pelaksanaan tambahan
sebagai berikut:
1. Komunikasi pemeriksa.
Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan
dengan sifat, saat, lingkup pengujian, pelaporan yang direncanakan,
dan tingkat keyakinan kepada manajemen entitas yang diperiksa dan
atau pihak yang meminta pemeriksaan.
2. Pertimbangan terhadap Hasil Pemeriksaan Sebelumnya.
Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya
serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan
dengan tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan.
3. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan (fraud),
serta ketidakpatutan (abuse).
4. Pengembangan temuan pemeriksaan.
Pemeriksa harus merencanakan dan melaksanakan prosedur
pemeriksaan untuk mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan.
5. Dokumentasi pemeriksaan.
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi
pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi
pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai
hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa
dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung
pertimbangan dan simpulan pemeriksa. Dokumentasi pemeriksaan harus
mendukung opini, temuan, simpulan dan rekomendasi pemeriksaan.
STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL
Suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif (kepala daerah, instansi/dinas,
pimpinan organisasi sektor publik dan segenap personel yang ada didalamnya),didesain
untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
sebagai berikut:
a. Keandalan laporan keuangan
b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
c. Efektivitas dan efisiensi operasional
Apabila sistem pengendalian internal organisasi baik, maka akan menjadi
sebuah proses penyaringan dan mencegah atau mendeteksi tingkat salah saji. Hal itu
sejalan bahwa sebuah sistem yang baik akan mengurangi tingkat pengujian substantif.
A. Konsep Pengendalian Internal
Pengendalian internal seharusnya bisa membuat para pegawai
bertanggungjawab atas berbagi tugasnya, pengendalian akuntansi membuat para
pegawai akuntabel terhadap tindakan-tindakannya.
Berikut penjelasan jenis-jenis pengendalian internal.
a) Organisasi.
Penyerahan wewenang dan tanggung jawab, termasuk jalur pelaporan untuk
semua aspek operasi, dan pengendaliannya seharusnya disebutkan secara rinci dan
jelas.
b) Pemisahan Tugas.
Salah satu fungsi utama pengendalian adalah pemisahan tugas dan tanggung
jawab. Apabila kedua hal tersebut digabungkan, maka seseorang mampu melakukan
pencatatan dan memproses sebuah transaksi secara lengkap. Dengan kata lain,
pemisahan tugas dapat mengurangi risiko terjadinya manipulasi maupun kesalahan
yang disengaja.
c) Fisik.
Pengendalian ini berhubungan dengan supervisi aset. Prosedur dan keamanan yang
memadai dirancang untuk memberi keyakinan bahwa akses baik langsung maupun tidak langsung
lewat dokumentasi terhadap aset terbatas pada personel yang berwenang.
d) Persetujuan dan otorisasi.
Seluruh transaksi seharusnya diotorisaasi ataupun disetujui oleh orang yang tepat. Batas
wewenang juga harus dijelaskan.
e) Akuntansi.
Pengecekan keakuratan catatan, penghitungan jumlah total, rekonsiliasi, pemakaian nomor
rekening, jurnal-jurnal, dan akuntansi untuk dokumen.
f) Personel.
Keberadaan prosedur menjamin penempatan personel sesuai kemampuan dan tanggung
jawabnya.
g) Supervisi.
Setiap sistem pengendalian internal seharusnya mencakup supervisi oleh atasan yang
bertanggung jawab atas transaksi dan pencatatannya sehari-hari.
h) Manajemen.
Ini adalah pengendalian yang dilakukan manajemen diluar tugas rutinnya, dimana hal ini
meliputi pengendalian secara keseluruhan, fungsi pengendalian internal dan prosedur review
khusus lainnya.
B. Pengendalian Organisasional
Pengendalian ini berkaitan dengan cara dimana
organisasi yang diaudit mengelola pegawainya. Beberapa ciri
berikut seharusnya terdapat dalam sebuah organisasi, agar
struktur organisasi kondusif dengan pengendalian internal yang
memadai.
1) Perekrutan dan pelatihan personel yang jujur dan kompeten
2) Pemisahan fungsi
3) Pembagian tugas dalam fungsi akuntansi
4) Tanggung jawab yang dirinci dengan baik untuk semua
personel.
C. Pengendalian Supervisory
Aspek penting dari pengendalian adalah supervisi manajemen
terhadap aktivitas organisasi yang diaudit secara keseluruhan dan
keefektifan pengendalian internal khusus lainnya. Supervisi yang efektif
dihasilkan dalam pelibatan manajemen pada titik-titik penting sistem
pengendalian internal, yaitu laporan keuangan dan analisis selisih
anggaran. Di organisasi yang lebih besar, tanggung jawab untuk
mengawasi dan mengendalikan didelegasikan ke departemen
pengendalian internal.
Pengendalian organisasional dan pengendalian supervisory
merupakan dasar penting untuk evaluasi auditor terhadap sistem yang
berlaku.
D. Pengendalian Terhadap Kelengkapan dan Keakuratan Transaksi
Ada empat teknik pengendalian yang berhubungan secara khusus dengan kelengkapan dan
keakuratan pemrosesan transaksi, yaitu:
1) Sequence checking
Dokumen kunci seharusnya diberi nomor urut bercetak dan secara rutin dicek untuk
menghindari kehilangan pencatatan.
2) Perbandingan (comparison)
Perbandingan antara sekumpulan dokumen atau catatan akuntansi dengan yang lainnya
mendeteksi ada tidaknya bukti-bukti atau catatan yang hilang.
3) Control totals
Manfaat pembandingan sekumpulan dokumen atau catatan pada permulaan proses
dibandingkan dan sekumpulan yang ada pada saat proses tersebut sudah selesai adalah
keyakinan tentang kelengkapan dan keakuratannya. Idealnya, sekumpulan tersebut dicek oleh
seseorang yang independen terhadap prosesnya.
4) Reperformance
Reperformance meruapakan teknik pengendalian dimana sebuah prosedur dilakukan oleh
seorang personel dan kemudian, dilakukan kembali secara independen oleh seorang lainnya, yang
kemudian membandingkan hasilnya dengan hasil dengan hasil yang asli. Teknik ini biassa
digunakan untuk mengecek hasil perhitungan.
E. Rancangan Pengendalian untuk Penjagaan Aset
Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menjaga
aset-aset organisasi. Pengendalian di kategori ini signifikan bagi
auditor, terutama dalam hubungannya dengan keterjadian dan
keberadaan sebuah aset.
F. Pengendalian Dokumentasi
Pengendalian ini memberi keyakinan bahwa sistem dibuat
sesui dengan tujuan awal, yaitu memberikan pemahaman yang
jelas kepada personel organisasi mengenai tugas dan tanggung
jawabnya, dan membuat pencatatan transaksi dengan benar
secara sederhana.
G. Keterbatasan Pengendalian Internal
Beberapa penyebabnya antara lain karena:
1. Pengendalian internal yang bergantung pada pemisahan tugas dapat dimanipulasi
dengan kolusi
2. Otorisasi dapat diabaikan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu atau
oleh manajemen
3. Personel keliru dalam memahami perintah sebagai akibat dari kelalaian, tidak
perhatian, maupun kelelahan.
Berikut ciri-ciri sistem pengendalian yang baik:
1. Independen dalam proses pemeriksaan
2. Hanya dapat dimanipulasi dengan kolusi
3. Terdapat personel dengan senioritas yang memadai
4. Dilakukan secara tepat waktu
G. Prosedur Pengujian Pengendalian
Auditor melakukan pengujian kepatuhan untuk mendapatkan keyakinan yang
memadai bahwa sistem pengendalian yang ada berfungsi dengan baik selam periode
tersebut.
Jika auditor memperoleh keyakinan bahwa prosedur pengendalian dilakukan
dengan baik, maka auditor harus mendapatkan bukti mengenai keefektifan pengendalian
selama periode tersebut secara keseluruhan. Ada beberapa alternatif prosedur yang
dapat dilakukan, yaitu:
1. Hasil pengujian pengendalian sebelumnya
2. Berdasarkan pertanyaan yang dibuat, apakah pengendalian tetap sama untuk
waktu yang tersisa sampai berakhirnya periode tersebut
3. Sifat dan ukuran transaksi dan jumlah akun yang terlibat
4. Pengujian substantif yang akan dilakukan tanpa melihat kecukupan prosedur
pengendalian.
Jika terjadi perubahan sistem pengendalian internal selama masa review,
auditor harus mengevaluasi dan menguji pengendalian internal sebelum dan sesudah
adanya perubahan.
H. Unsur Struktur Pengendalian Internal
a. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian menggambarkan keseluruhan sikap
organisasi yang mempengaruhi kesadaran dan tindakan personel
organisasi mengenai pengendalian. Berbagai faktor yang
membentuk lingkungan pengendalaian suatu entitas, antara lain:
1. Nilai integritas dan etika
2. Komitmen terhadap kompetensi
3. Filosofi dan gaya operasi manajemen
4. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab
5. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
b. Penaksiran risiko
Penaksiran risiko mencakup pertimbangan khusus risiko
yang timbul dari:
1. Perubahan standar akuntansi baru
2. Hukum dan peraturan baru
3. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan
teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan
informasi
4. Pertumbuhan pesat suatu entitas yang menuntut
perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi
dan karyawan yang terlibat dalam fungsi tersebut.
c. Informasi dan komunikasi
Sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan yang memadai
bahwa transaksi yang dicatat atau yang terjadi adalah sah, telah diotorisasi,
telah dicatat, telah dinilai secara wajar, telah digolongkan secara wajar, telah
dicatat dalam periode yang seharusnya, telah dimasukkan ke dalam buku
pembantu dan telah diringkas dengan benar.
d. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk
memastikan pelaksanaan dan petunjuk yang dibuat oleh manajemen.
Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang
diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan
entitas. Aktivitas pengendalian dapat dibagi atas beberapa kelompok:
1. Pengendalian pengolahan informasi
2. Pemisahan fungsi yang memadai
3. Pengendalian fisik atas kekayaan pemerintah daerah dan catatan
4. Review atas kinerja.
e. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja
struktur pengendalian internal sepanjang waktu.
Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya
melakukan pekerjaan tersebut baik pada tahap desain,
maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu yang
tepat untuk menentukan apakah struktur pengendalian
internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan
untuk menentukan apakah struktur pengendalian internal
tersebut telah memerlukan perubahan, akibat terjadinya
perubahan keadaan.
e. Pemahaman atas sistem pengendalian internal
Dalam memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian internal, auditor
menggunakan tiga macam prosedur audit, yaitu:
1. Mewawancarai personel dinas/instansi yang berkaitan dengan unsur
struktur pengendalian
2. Melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan
3. Melakukan pengamatan atas kegiatan organisasi.
Informasi yang dikumpulkan oleh auditor dalam pelaksanaan prosedur
audit tersebut diatas adalah:
1. Rancangan berbagai kebijakan dan prosedur dalam setiap unsur
struktur pengendalian internal
2. Apakah kebijakan dan prosedur tersebut telah benar-benar
dilaksanakan.
SIFAT-SIFAT PENGUJIAN AUDIT
1. Prosedur audit mana yang akan dilaksanakan terkait
dengan tujuan spesifik yang ingin dicapai auditor
2. Harus relevan
3. Mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas
dalam kaitannya dengan tujuan audit
4. Pendekatan compliance dan substantive test.
BUKTI AUDIT
Standar ketiga pekerjaan lapangan menyatakan bahwa :
Bahan bukti kompeten yang mencukupi dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi yang digunakan sebagai dasar yang layak untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan terdapat beberapa hal penting yang
berkaitan dengan bukti audit:
1. Kecukupan bukti audit
2. Kompetensi bukti audit
3. Dasar yang memadai atau rasional
4. Prosedur yang dapat dilakukan untuk menghimpun bukti audit
A. Kecukupan Bukti Audit
Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan
kuantitas bukti audit. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecukupan bukti audit laporan keuangan adalah:
1. Materialitas
2. Risiko audit
3. Faktor-faktor ekonomi
4. Ukuran dan karakteristik populasi.
B. Kompetensi Bukti Audit
Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang
berupa catatan akuntansi berkaitan erat dengan
efektivitas pengendalian internal organisasi, dalam hal ini
organisasi penyedia layanan publik. Kompetensi bukti
audit yang berupa informasi penguat tergantung pada
faktor berikut:
1. Relevansi bukti
2. Sumber informasi bukti
3. Ketepatan waktu
4. Objektivitas
C. Dasar yang Memadai
Dasar yang bersifat memadai atau rasional
dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut :
1. Pertimbangan profesional auditor
2. Integritas pengurus struktural entitas
3. Transaksi yang terjadi di entitas
4. Kondisi keuangan
D. Prosedur untuk Menghimpun Bukti Audit
Terdapat empat prosedur atau tindakan yang dapat dilakukan untuk menghimpun bukti
audit, yaitu:
1. Inspeksi
2. Pengamatan
3. Pengajuan pertanyaan
4. Konfirmasi
Disamping prosedur atau tindakan tersebut, beberapa hal lain yang perlu diketahui
berkaitan dengan keputusan auditor dalam proses pengumpulan bukti audit laporan
keuangan, yaitu:
1. Penentuan prosedur audit
2. Penentuan besarnya sampel audit
3. Penentuan elemen tertentu yang harus dipilih sebagai sampel bukti
4. Penentuan waktu pelaksanaan prosedur audit
E. Jenis Bukti Audit
Jenis-jenis bukti audit laporan keuangan, dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Bukti fisik
2. Bukti konfirmasi
3. Bukti dokumenter
4. Catatan akuntansi
5. Bukti surat pernyataan tertulis
6. Bukti matematis
7. Bukti lisan
8. Bukti analitis dan perbandingan
9. Struktur pengendalian internal
10. Bukti elektronik
SISTEM PELAKSANAAN AUDIT SEKTOR PUBLIK
PENGUMPULAN DATA
A. Wawancara
Hal-hal terkait wawancara adalah:
1. Pertanyaan pembukaan
2. Gaya bicara
3. Nada dan irama dalam memberi pertanyaan
4. Sikap pewawancara
5. Uraian dengan kata-kata sendiri
6. Mengadakan penggalian dari suatu wawancara
7. Membuat catatan
8. Menilai jawaban
B. Me-review Dokumen
Dalam konteks audit, auditor harus mengumpulkan, menganalisis,
menginterpretasikan, dan mendokumentasikan informasi (bukti) untuk mendukung hasil
audit. Hal ini berarti bahwa:
1. Auditor harus mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan sasaran dan ruang
lingkup pekerjaan audit.
2. Bukti audit harus cukup, kompeten, relevan, dan bermanfaat untuk memberikan dasar
bagi temuan-temuan audit, dan penyusunan rekomendasi.
3. Prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti audit harus diseleksi lebih
lanjut, dapat dipraktikan dan diperluas atau diubah bila situasi memungkinkan.
4. Guna memelihara objektivitasnya dan untuk mencapai sasaran audit, pengumpulan,
penganalisisan, interpretasi dan pendokumentasian bukti audit harus diawasi
(disupervisi).
5. Kertas kerja audit harus disiapkan dan di-review guna mendokumentasikan bukti
audit.
ANALISIS DATA