Anda di halaman 1dari 18

Ibu Resiko HIV/AIDS

Dosen Pembimbing : Ibu Hj. Endang Suartini, SST.M.KM

Kelompok 5 :
1. Putri Melinda Sari
2. Rani Nur Kahfi
3. Ria Novita Sari
4. Rosmala Dewi
5. Silvia Hartati Ramdana
6. Siska Fitriani
7. Siti Jaenabun
8. Sit Yunaydah Ayni
PENGERTIAN
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah
retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan
tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama
infeksiberlangsung, sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah, dan orang menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
Tahap yang lebih lanjut dari infeksi HIV adalah acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
adalah sindrom gejala penyakit infeksi oportunistik atau
kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus)
(Fogel, 1996)
lanjutan
Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular
HIV-AIDS. Penularan HIV-AIDS pada wanita hamil
terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang
sudah terinfeksi HIV.
Wanita hamil lebih berisiko tertular Human
Immunodeficien Virus (HIV) dibandingkan dengan
wanita yang tidak hamil. Jika HIV positif, wanita hamil
lebih sering dapat menularkan HIV kepada mereka yang
tidak terinfeksi daripada wanita yang tidak hamil
International Microbicides Conference 2010
Etiologi

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang


tergolong Retrovirus yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier
dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan
nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV),
sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984
mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan
internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah
menjadi HIV
Pathogenesis

Transmisi
Transmisi
Non
Seksual
Seksual Transmisi
Homoseksual,
Parenral

Transmisi
Heteroseksual
Transplasental
Penularan HIV dari Ibu Kepada Bayinya

Penularan HIV dari ibu ke bayi dan anak bisa


melalui darah, penularan melalui hubungan seks.
Penularan juga terjadi pada proses persalinan
melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit
atau membrane mukosa bayi dan darah atau sekresi
maternal saat melahirkan. Semakin lama proses
persalinan semakin besar resiko, sehingga lama
persalinan bisa dicegah dengan operasi section caesarea.
Transmisi lain terjadi selama periode post partum
melalui ASI, resiko bayi tertular melalui ASI dari ibu
yang positif sekitar 10%
Periode Prenatal
Insiden HIV pada wanita hamil diperkirakan meningkat
(ACOG, 1992). Maka Individu yang berada pada kategori
infeksi HIV meliputi:

wanita dan pasangan dari daerah geografi tempat HIV


umum terjadi;
wanita dan pasangan yang menggunakan obat-obatan
intravena;
wanita dengan PMS persisten dan PMS rekuren;
wanita yang menerima transfuse darah antara tahun 1987
dan 1985;
setiap wanita yang yakin bahwa ia mungkin terpapar HIV.
Periode Intrapartum

Perawatan wanita bersalin tidak secara


sustansial berubah karena infeksi
asimptomatik HIV. Model kelahiran yang
akan dilakukan didasarkan hanya pada
pertimbangan obstetric karena virus
menembus plasenta pada tahap awal
kehamilan.
Periode Pascapartum

Hanya sedikit diketahui tentang kondisi


klinis wanita yang terinfeksi HIV selama
periode pascapartum. Walaupun periode
pascapartum awal tidak signifikan, follow-up
yang lebih lama menunjukkan frekuensi
penyakit klinis yang tinggi pada ibu yang
anaknya menderita penyakit.
Manifestasi Klinis
Gejala dari infeksi akut HIV terjadi sekitar 50% kepada seseorang yang
baru terinfeksi. Gejala yang ditimbulkan adalah:
Demam
Malaise
Ruam
Myalgia
Sakit kepala
Meningitis
Kehilangan napsu makan
Berkeringat
Adapun gejala infeksi HIV kronis
sebagai berikut
Infeksi bakteri berulang
Candidiasis di saluran bronkus, trachea, paru dan
esophagus
Herpes simpleks kronis
Kaposi sarcoma (proliferasi vaskuler neoplastik ganas yang
multi sentrik dan ditandai dengan nodul-nodul kutan
berwarna merah kebiruan, biasanya pada pada ekstremitas
bawah yang ukuran dan jumlahnya membesar dan
menyebar ke daerah yang lebih proksimal)
Pneumoncystis
Wasting syndrome
Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap (HDL) dan jumlah limfosit total: Bukan
diagnostic pada bayi baru lahir tetapi memberikan data dasar
imunologis.
2. EIA atau ELISA dan tes Western Blot: Mungkin positif, tetapi
invalid
3. Kultur HIV (dengan sel mononuclear darah perifer dan, bila
tersedia, plasma).
4. Tes reaksi rantai polymerase dengan leukosit darah perifer:
Mendeteksi DNA viral pada adanya kuantitas kecil dari sel
mononuclear perifer terinfeksi.
5. Antigen p24 serum atau plasma: peningkatan nilai kuantitatif dapat
menjadi indikatif dari kemajuan infeksi (mungkin tidak dapat
dideteksi pada tahap sanagt awal infeksi HIV)
6. Penentuan immunoglobulin G, M, dan A serum kualitatif (IgG,
IgN, dan IgA): Bukan diagnostic pada bayi baru lahir tetapi
memberikan data dasar imunoogis.
Diagnosis pada Bayi dan Anak
Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak
normal secara klinis selama periode neonatal.
Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan
infeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang,
kandidiasis oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali
(pembesaran hapar dan lien).
Tes paling spesifik untuk mengidentifikasi HIV
adalah PCR pada dua saat yang berlainan. DNA PCR
pertama diambil saat bayi berusia 1 bulan karena tes ini
kurang sensitive selama periode satu bulan setelah lahir.
Menurut Depkes RI (2003), WHO
mencanangkan empat strategi untuk mencegah
penularan HIV dari ibu ke anak dan anak

Dengan mencegah jangan sampai wanita


terinfeksi HIV/AIDS, apabila sudah dengan
HIV/AIDS dicegah supaya tidak hamil, apabila
sudah hamil dilakukan pencegahan supaya tidak
menular pada bayi dan anaknya, namun bila ibu
dan anak sudah terinfeksi maka sebaiknya
diberikan dukungan dan perawatan bagi ODHA
dan keluarga.
Penatalaksanaan

1. Intervensi Terapetik Antiretrovirus


2. Tujuan utama terapi antivirus adalah
penekanan secara maksimum dan
berkelanjutan jumlah virus, pemulihan atau
pemeliharaan (atau keduanya) fungsi
imunologik, perbaikan kualitas hidup, dan
pengurangan morbiditas an mortalitas HIV.
3. Prinsip pengobatan untuk infeksi HIV
Pencegahan
Penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui
empat cara, mulai saat hamil, saat melahirkan, dan
setelah lahir yaitu:

1. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan


2. Penggunaan antiretroviral saat perasalinan dan
bayi bayi yang baru dilahirkan
3. Penatalaksanan selama menyusui
Tindakan-tindakan lain yang dianjurkan untuk
mengurangi risiko penularan HIV ibu kepada
anak antara lain:

1. seksio sesaria sebelum tanda-tanda partus dan


pecahnya ketuban (mengurangi angka penularan
sebesar 50%);
2. pemberian zidovudin intravena selama persalinan
dan pelahiran;
3. pemberian sirup zidovudin kepada bayi setelah
lahir;
4. tidak memberi ASI

Anda mungkin juga menyukai