Anda di halaman 1dari 25

8.

Selisih BOP Metode 1


Selisih Pengeluaran xxx
Selisih Kapasitas xxx
Selisih Efisiensi xxx
BDP BOP xxx

9. Selisih BOP Metode 2


Selisih Efisiensi xxx
BDP xxx
Selisih Pengeluaran xxx
Selisih Kapasitas xxx
BOP Sesungguhnya xxx
CONTOH SOAL

Data Biaya Produksi Standar per Satuan


Biaya Bahan Baku 5 kg @ Rp 1.000 Rp 5.000
Biaya Tenaga Kerja 20 jam @ Rp 500 Rp 10.000
Biaya Overhead Pabrik:
Variabel 20 jam @ Rp 400 Rp 8.000
Tetap *) 20 jam @ Rp 300 Rp 6.000
Total Rp 29.000

*)Kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja


langsung.
Transaksi yang terjadi dalam bulan Januari
2011 adalah sebagai berikut:

Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1500 kg @ Rp 1.100


Jumlah produk yang diproduksi dan selesai diproses dalam
bulan Januari 2011 adalah 250 satuan dengan biaya produksi
sesungguhnya sebagai berikut:
Biaya bahan baku 1.050 kg @ Rp 1.100 = Rp 1.155.000
Biaya tenaga kerja 5.100 jam @ Rp 475 = Rp 2.422.500
Biaya overhead pabrik = Rp 3.650.000
Atas dasar data diatas, berikut ini analisis selisih biaya
produksi langsung dan biaya overhead pabrik:

Biaya Bahan Baku

Metode Satu Selisih


Selisih biaya bahan baku
(Rp 1.000 x 1.250) (Rp 1.100 x 1.050) = Rp 95.000 L
Metode Dua Selisih
Selisih harga biaya bahan baku
(Rp 1.000 Rp 1.100) x 1050 kg = Rp 105.000 R
Selisih kuantitas biaya bahan baku
(1.250 1.050) x Rp 1.000 = 200.000 L
Total selisih biaya bahan baku = Rp 95.000
Metode Tiga Selisih
Selisih harga biaya bahan baku
(Rp 1.000 Rp 1.100) x 1.050 kg = Rp 105.000 R
Selisih kuantitas biaya bahan baku
(1.250 1.050) x Rp 1.000 = 200.000 L
Selisih harga / kuantitas biaya bahan baku = 0
Total selisih biaya bahan baku Rp 95.000 L
Biaya Tenaga Kerja

Model Satu Selisih


(Rp 500 x 5.000) (Rp 475 x 5100) = Rp 77.500 L
Model Dua Selisih
Selisih tarif upah
(Rp 500 Rp 475) x 5.100 jam = Rp 127.500 L
Selisih efisiensi upah
(5000 5100) x Rp 500 = 50.000 R
Total Selisih biaya tenaga kerja langsung Rp 77.500 L
Metode Tiga Selisih
Selisih tarif upah
(Rp 500 Rp 475) x 5.000 jam = Rp125.000L
Selisih efisiensi upah
(5.000 5.100) x Rp 475 = 47.500 R
Selisih harga / efisiensi upah 0
Total selisih biaya tenaga kerja langsung Rp 77.500 L
Selisih Biaya Overhead Pabrik

Model Satu Selisih


Selisih total biaya overhead pabrik:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 3.650.000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan:
250 x 20 jam x Rp 700 = 3.500.000
Selisih total biaya overhead pabrik Rp 150.000 R
Metode Dua Selisih
Selisih tersebut dipecah menjadi dua macam selisih sebagai berikut:
Selisih Terkendalikan (Controllable Variance)
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 3.650.000
Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal
5.200 x Rp 300 = 1.560.000
Biaya overhead pabrik variable sesungguhnya Rp 2.090.000
Biaya overhead pabrik variable pada jam standar
5000 jam x Rp 400 = Rp 2.000.000
Selisih terkendalikan Rp 90.000 R
Selisih Volume (Volume Variance)

Jam tenaga kerja pada kapasitas normal 5.200 jam


Jam tenaga kerja standar 5.000 jam
Selisih volume 200 jam
Tarif biaya overhead pabrik tetap Rp 300 per jam
Selisih volume Rp 60.000 R
Metode Tiga Selisih
Selisih biaya overhead pabrik sebesar Rp 150.000 tersebut dapat dipecah
menjadi 3 macam selisih:

Selisih Pengeluaran (Spending Variance)


Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 3.650.000
BOP tetap pada kapasitas normal 5.200 x Rp 300 1.560.000
Biaya overhead pabrik variable sesungguhnya Rp 2.090.000
Biaya overhead pabrik variable yang dianggarkan
Pada jam yang sesungguhnya dicapai
5.100 jam x Rp 400 2.040.000
Selisih pengeluaran Rp 50.000 R
Selisih Kapasitas (Idle Capacity Variance)
Kapasitas normal 5.200 jam
Kapasitas sesungguhnya 5.100 jam
Kapasitas yang tidak terpakai 100 jam
Tarif BOP tetap Rp 300 per jam
Selisih kapasitas Rp 30.000 R
Selisih Efisiensi
Jam standar 5.000 jam
Jam sesungguhnya 5.100 jam
Selisih efisiensi 100 jam
Tarif biaya overhead pabrik Rp 700/jam
Selisih efisiensi Rp 70.000 R
Model Empat Selisih

Selisih pengeluaran Rp 50.000 R


Selisih Kapasitas 30.000 R
Selisih efisiensi yang dipecah lebih lanjut menjadi:
Selisih efisiensi variable 100 jam x Rp 400 40.000 R
Selisih efisiensi tetap 100 jam x Rp 300 30.000 R
Total selisih biaya overhead pabrik Rp 150.000 R
CONTOH SOAL

PT Rimendi menggunakan system biaya standar. Biaya bahan


baku standar per satuan produk adalah sebagai berikut:
Kuantitas Standar 50 kg
Harga standar per kg Rp 100

Dalam bulan Januari 2011, jumlah produj yang dihasilkan


adalah 2.000 satuan, yang mengkonsumsi bahan baku
sebanyak 120.000 kg. dalam bulan tersebut, kuantitas bahan
baku yang dibeli adalah 150.000 kg, dengan harga dibeli Rp 90
per kg. Perusahaan menggunakan model dua selisih (the two-
way model) dalam menganalisis selisih biaya sesungguhnya
dari biaya standar.
Perhitungan selisih biaya bahan baku adalah sebagai berikut:

Selisih harga pembelian bahan baku:


Harga pembelian standar: 150.000 x Rp 100 Rp 15.000.000
Harga pembelian sesungguhnya: 150.000 x Rp 90 Rp 13.500.000
Selisih harga pembelian bahan baku Rp 1.500.000 L

Selisih pemakaian bahan baku:


Pemakaian standar: 2.000 x 50 kg x Rp 100 Rp 10.000.000
Pemakaian sesungguhnya: 120.000 kg x Rp 100 Rp 12.000.000
Selisih pemakaian bahan baku Rp 2.000.000 R

Selisih harga bahan baku yang dipakai:


Kuantitas bahan baku yang dipakai sesungguhnya pada
Harga standar: 120.000 kg x Rp 100 Rp 12.000.000
Kuantitas bahan baku yang dipakai sesungguhnya pada
Harga sesungguhnya: 120.000 kg x Rp 90 Rp 10.800.000
Selisih harga bahan baku yang dipakai Rp 1.200.000
Pencatatan Biaya Bahan Baku Selisih Harga BB dicatat pada saat BB dibeli

Persediaan BB Rp 15.000.000
Utang dagang Rp 13.500.000
Selisih harga pembelian BB Rp 1.500.000
(Untuk mencatat pembelian bahan baku)

BDP BBB Rp 10.000.000


Selisih pemakaian BB Rp 2.000.000
Persediaan BB Rp 12.000.000
(Untuk mencatat pemakaian bahan baku)

Pencatatan Biaya Bahan Baku Selisih Harga BB dicatat pada saat BB dipakai

Persediaan BB Rp 13.500.000
Utang dagang Rp 13.500.000
(Mencatat pembelian BB)

BDP BBB Rp 10.000.000


Selisih kuantitas BB Rp 2.000.000
Persediaan BB Rp 10.800.000
Selisih harga BB dipakai Rp 1.200.000
(Mencatat Pemakaian BB)
AKUNTANSI PRODUK BERSAMA
Masalah akuntansi dalam produk bersama adalah masalah alokasi biaya bersama.
Alokasi tersebut bertujuan untuk penetuan harga pokok dan penentuan nilai persediaan.
Denga kata lain tujuan akhir alokasi biaya bersama adalah untuk memberikan informasi
kepada manajemen baik untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan maupun
kepentingan pengambilan kepentingan.
Ada beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama:
Metode harga pasar / nilai harga jual (sales value method)
Metode unit kuantitas / unit fisik (quantitative unit method)
Metode harga pokok per unit (unit cost method)
Metode Nilai Harga Jual
Menurut merode ini, biaya bersama dialokasikan menurut nilai jual dari masing masing
atau jenis produk. Dasar pemikiran untuk mengalokasikan atas dasar nilai harga jual ini
adalah bahwa ada hubungan langsung yang erat antara harga pokok dengan harga jual
dari suatu produk. Harga jual suatu produk akan sangat ditentukan oleh harga pokok
untuk memproduksi produk tersebut. Oleh sebeb itu, biaya bersama sudah selayaknya
dialokasikan atas dasar harga jualnya.

Metode ini lebih populer dibandingkan kedua metode yang lain. Menurut metode ini
pengalokasian biaya bersama dapat menimbulkan situasi :

Harga jual sudah diketahui saat split off


Harga jual belum diketahui saat split off
Harga jual sudah diketahui setelah split off
Berikut ini dikemukakan kedua kemungkinan tersebut:
Bila harga jual sudah diketahui saat split off maka biaya bersama dialokasikan ke
masing masing jenis produk dengan cara membagi total nilai harga jual setiap produk
dengan total nilai jual seluruh produk yang diproduksi yang akan menghasilkan rasio
dari mesing masing jenis produk. Rasio ini kemudian di kalikan dengan total biaya
bersama.
Contoh 1:

PT. PRIMATA memproduksi 3 buah jenis produk. Proses produksi dari ketiga produk
tersebut merupakan produk bersama sehingga biaya yang terjadi merupakan biaya
bersama.

Berikut ini data produksi bulan Januari 2009:

Produk
Keterangan
X Y Z

Jumlah unit diproduksi 60.000 64.000 40.000

Nilai harga jual


Rp.9,00 Rp.8,00 Rp.8,00
Per unit

Biaya untuk memproduksi


Rp.20.000,00 Rp.40.000,00 Rp.10.000,00
lebih lanjut
Total biaya bersama adalah sebesar Rp. 528.000
Diminta:
Alokasikan biaya bersama tersebut pada masing masing produk.
Jawab:
Atas dasar data tersebut dibuat perhitungan harga jual hipotesis sebagai berikut:

Biaya Harga jual


Produk Unit Harga jual
tambahan hipotesis

X 60.000 Rp.9 Rp.20.000 Rp.520.000

Y 64.000 Rp.8 Rp.40.000 Rp.472.000

Z 40.000 Rp.8 Rp.10.000 Rp.310.000

Rp.1.302.000
Alokasi biaya bersama adalah sebagai berikut :
Cost X = 520.000 / 1.302.000 x Rp. 528.000 = Rp. 210.876
Cost Y = 472.000 / 1.302.000 x Rp. 528.000 = Rp. 191.410
Cost Z = 310.000 / 1.302.000 x Rp. 528.000 = Rp. 125.714
Bila sudah diketahui alokasi dari biaya bersama ke masing masing produk, maka total
biaya produksi produk X, Y, Z dapat diketahui yaitu alokasi biaya bersama ditambah
dengan biaya tambahan masing masing produk. Selanjutnya biaya per unit akan dapat
dihitung pula.Dari data diatas biaya atau harga pokok per unit adalah :
Untuk produk X = (Rp. 210.876 + Rp. 20.000) / 60.000 = Rp.3,8479
Y = (Rp. 191.410 + Rp. 40.000) / 64.000 = Rp. 3,6158
Z = (Rp. 125.714 + Rp. 10.000) / 40.000 = Rp. 3,3929
Metode unit kuantitas ( quantitative unit method )
Menurut metode ini, dasar alokasi dari biaya bersama adalah jumlah kuantitas yang diproduksi unit masing masing produk.
Satuan kuantitas yang dimaksud adalah seperti unit, ton, kilogram, buah, dll
Dalam metode ini syarat yang harus dipenuuhi adalah bahwa satuan unit kuantitas harus sama. Bila satuan kuantitas tidak sama
maka akan ditemui kesulitan dalam alokasi yang akan dilakukan. Namun demikian bila terjadi juga satuan kuantitas yang tidak sama
maka biasanya yang digunakan adalah satuan kuantitas yang paling umum digunakan atas produk yang dimaksud. Perhitungan
alokasi biaya bersama dalam metode ini adalah dengan membagi jumlah dari kauntitas masing masing produk dengan jumlah total
dari keseluruhan kuantitas semua produk. Hasilnya dikalikan dengan total biaya bersama akan mendapatakan alokasi dari biaya
bersama dari masing masing produk.

Dalam metode ini bila dihitung harga pokok per unit pada saat dialokasikan biaya bersama akan menghasilkan harga pokok perunit
yang sama. Bila tidak diproses lebih lanjut maka harga pokok perunit tidak akan berbeda, sehingga dalam pengertian ini produk
bersama yang telah berdiri sendiri harus ada yang diproses lebih lanjut.

Contoh 3:
Dari contoh terdahulu (contoh 1), yaitu dari 3 produk yang dimiliki sebagai berikut :
X= 60.000 unit
Y= 64.000 unit
Z= 40.000 unit
= 164.000 unit
Total biaya bersama (Joint Cost) = Rp. 528.000
Diminta :
Alokasi biaya bersama tersebut !!!
Jawab :
Alokasi biaya bersama :
Produk X= 60.000/164.000 x Rp. 528.000 = Rp. 193.171
Produk Y= 64.000/164.000 x Rp. 528.000 = Rp.206.049
Produk Z= 40.000/164.000 x Rp. 528.000 = Rp.128.780
Harga pokok perunit :
Produk X = ( 193.171/60.000) x Rp. 1,00 = Rp. 3,2195
Produk Y = (206.049/64.000) x Rp. 1,00 = Rp. 3,2195

Anda mungkin juga menyukai