Anda di halaman 1dari 18

Latar Belakang

Obat tradisional Indonesia telah berabad-abad dipergunakan


secara luas oleh masyarakat Indonesia meskipun demikian hingga kini
masih banyak sekali bahan bakunya yang belum memiliki persyaratan
resmi. Untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyakat dari obat
tradisional yang tidak memenuhi mutu, maka perlu dilakukan penelitian
tentang bahan baku obat tradisional tersebut.

Mengingat bahwa obat tradisional dibuat dan dipakai oleh semua


lapisan masyarakat, maka perlu diteliti dan diujikan setiap zat pengisi
maupun tambahan lain dari obat tradisional tersebut agar para konsumen
dapat merasa aman dan juga dapat memberikan efek yang diinginkan.

Proses penyarian dapat dipisahkan menjadi pembuatan serbuk,


pembasahan, penyarian dan pemekatan. Secara umum penyarian dapat
dibedakan menjadi : infudasi, maserasi, perkolasi dan destilasi uap. Dari
ketiga macam penyarian tersebut terdapat modifikasi, seperti misalnya
maserasi dapat disempurnakan.
Salah satu ilmu yang mempelajari khusus
tanaman-tanaman yang telah berdiri sendiri sebagai
tanaman yang berkhasiat dalam pengobatan dimana
tanaman ini merupakan simplisia. Ilmu farmakognosi
menguraikan tentang pemeriksaan simplisia nabati
dan identifikasi tumbuhan obat berdasarkan
kandungan kimianya, bentuk dan simplisianya, baik
makroskopik maupun mikroskopiknya serta
inventarisasi tanaman obat yang kerap kali digunakan
masyarakat dalam mengobati suatu penyakit.
Tumbuhan yang mengandung ratusan bahkan
mungkin ribuan bahan-bahan kimia, akan
berinteraksi di dalam tubuh melalui berbagai cara
dan kondisinya. Dalam kondisi tertentu, tumbuhan
obat menyebabkan efek samping. Oleh karena itu,
pengobatan dilakukan dengan jumlah yang sesuai
dan sebaiknya tumbuhan obat tidak dikonsumsi
secara berlebihan. Selain itu, tumbuhan obat harus
dalam keadaan bersih dan steril sebelum digunakan.
Untuk itu tumbuhan segar maupun kering,harus
dicuci terlebih dahulu.
Istilah farmakognosi pertama kali dicetuskan
oleh C.A Seydler (1815), seorang peneliti kedokteran
di Haale Jerman, dalam disertasinya berjudul
Analecta Pharmakognostica. Farmakognosi berasal
dari bahasa yunani, Pharmacon yang artinya "obat"
(ditulis dengan tanda petikkarena obat disini
maksudnya adalah obat alam, bukan obat sintetis)
dan gnosis yang artinya pengetahuan. Jadi
farmakognosi adalah pengetahuan tentang obat-
obatan alamiah (Gunawan, 2004).
Pada awalnya masyarakat awam tidak menenal
istilah "farmakognosi". Oleh karenanya, mereka tidak bias
mengaitkan farmakognosi dengan bidang-bidang yang
berhubungan dengan kesehatan. Padahal, farmakognosi
sebenarnya menjadi mata pelajaran yang spesifik dalam
bidang kesehatan dan farmasi. Masyarakat telah
mengetahui khasiat dari opium (candu), kina, kelembak,
penisilin, digitalis, insulin, tiroid, vaksin polio, dan
sebagainya. Namun, mereka tidak sadar bahwa yang
diketahui itu adalah bidang dari farmakognosi. Mereka pun
tidak meengetahui kalau bahan-bahan yang berbahaya
seperti minyak jarak, biji saga (sogok telik) clan tempe
bongkrek (aflatoksin) merupakan bagian dari pembicaraan
farmakognosi. Pada hakekatnya, para pengobatherbalis
itulah yang nyata-nyata merupakan praktisi farmakognosi
yang pertama (Gunawan, 2004).
Identifikasi dan Determinasi Tanaman
Morfologi Tanaman
Pada morfologi tanaman membicarakan tentang tubuh tumbuhan
yang berupa kormus. Kormus adalah tubuh tumbuhan yang hanya dimiliki
oleh Pteridophyta (tumbuhan paku) clan spermatophyta (tumbuhan biji),
oleh sebab itu sementara ahli ilmu tumbuhan menempatkan kedua golongan
tumbuhan tersebut dalam satu kelompok yang disebut : Cormophyta
(tumbuhan kormus). Kormus merupakan tubuh tumbuhan-tumbuhan yang
dengan nyata memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok yaitu
(Tjitrosoepomo, 2001).
Akar (radix), Batang (caulis), Daun (folium)
Bagian lain yang dapat kita temukan pada tubuh tumbuhan dapat
dipandang sebagai suatu penjelmaan salah satu atau mungkin dua bagian
pokok tadi, artinya setiap bagian lain pada tubuh tumbuhan dapat dianggap
sebagai bagian tubuh yang berasal dari bagian pokok yang telah mengalami
metamorfosis (berganti bentuk, sifat clan mungkin juga fungsinya bagi
tumbuh-tumbuhan) (Tjirosoepomo, 2001).
Anatomi Tanaman
Anatomi tumbuhan, sebagai suatu disiplin ilmu yang
terinci, merupakan salah satu bagian botani yang tertua. Ilmu
ini diawali oleh Nehemia Grow dan Marsello Malpighi ditahun
1671. Keuntungan disiplin ilmu yang tua ini adalah banyaknya
aspek dasar anatomi yang telah ditentukan, ditafsirkan serta
diterangkan. Dengan penerapannya dengan bertumpu pada
landasan ilmu yang telah dinagun melalui penelitian anatomi
selama tiga abad (Hidayat E, 1995).
Tinjauan tentang simplisia

Pengertian simplisia

Pengertian simplisia menurut Farmakope


Indonesia Edisi III, adalah bahan alam yang digunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun
juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yanf berupa
tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman.
Eksudat tanaman ialah isi yang spontan keluar dari
tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan
cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya
dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia
murni (Anonim, 2009).
Pengolongan simplisia

Simplisia terbagi atas 3 golongan yaitu


> Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman
utuh, Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja
dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat
atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/ diisolasi dari tanamannya.
> Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
bahan kimia murni.
> Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah
dengan cara sederhan dan belum berupa bahan kimia murni.
(Gunawan I,2004).
Cara Pembuatan Simplisia

Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun


tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi
kering, pengepakan dan penyimpanan.
Adapun tahap-tahap proses pembuatan pembuatan simplisia
meliputi : (Gunawan, 2004 )

Pengumpulan bahan baku


Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas
bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam hal ini adalah
masa panen. Berdasarkan garis besar pedoman panen,
pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai berikut :
> Biji
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya
buah atau sebelum semuanya pecah.

> Buah
Pengambilan buah tergantung tujuan dan pemanfaatam
kandungan aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang
masak, setelah benar-benar masak atau dengan cara melihat
perubahan warna./bentuk dari buah yang bersangkutan.
> Bunga
Panen bunga tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan
aktifnya. Panen dapat dilakukan pada saat menjelang
penyerbukan, saat bunga masih kuncup, atau saat bunga sudah
mulai mekar.
> Daun
Panen daun dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung
maksimal yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga
atau buah mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun,
dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi
daun tua.
> Kulit batang
Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang
sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal musim
kemarau.
> Umbi lapis
Panen umbi dilakukan pada saat akhir pertumbuhan.
> Rimpang
Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.

> Akar
Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti
atau tanaman sudah cukup umur. Panen yang dilakukan
terhadap akar umumnya akan mematikan tanaman yang
bersangkutan.
Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen


ketika tanaman masih segar. Sortasi dilakukan
terhadap :
> Tanaman kerikil
> Rumput-rumputan
> Bahan tanaman lain atau bagian lain dari
tanaman yang tidak digunakan,
> Bagian tanaman yang rusak (dimakan ular dan
sebagainya)
pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk
membersihkan kotoran yang melekat, terutama
bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah
dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air
yang berasal daru beberapa sumber yakni mata
air, sumur dan PAM.
Pengubahan bentuk

Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia


adalah untuk memperluas permukaan bahan baku.
Semakin luas permukaan maka bahan baku akan
semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk ini
meliputi :
> perajangan untuk rimpang, daun dan herba.
> Pengupasan untuk buah, kayu, kulit kayu dan biji-bijian
yang ukurannya besar.
> Pemiprilan khusus untuk jagung, yaitu biji dipisahkan
dari bonggolnya.
> Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu dan
ranting.
> Penyerutan untuk kayu.
pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan
:
> Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut
tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri.
> Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa
menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif.
> Memudahkan dalam hal pengelolaan proses,
selanjutnya (ringkas,mudah disimpan, tahan
lama dan sebagainya).
> Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan yaitu :
> Waktu pengeringan. Semakin lama dikeringkan
akan semakin kering bahan itu.
> Suhu pengeringan. Semakin tinggi suhunya
semakin cepat kering, tetapi harus
dipertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif
di dalam sel yang kebanyakan tidak tahan panas.
> Kelembapan udara disekitarnya dan kelembapan
bahan atau kandungan air dari bahan.
> Ketebalan bahan yang dikeringkan.
> Sirkulasi udara.
> Luas permukaan bahan. Semakin luas permukaan
bahan semakin mudah kering.

Anda mungkin juga menyukai