Anda di halaman 1dari 32

SUICIDE AND

VIOLENCE RISK
ASSESSMENT

Pembimbing :
Dr. Arun, Sp.KJ
Disusun oleh:
Vincensia Priska P Babay
DEFINISI

Bunuh diri (suicide) adalah tindakan pembinasaan


yang disadari dan ditimbulkan diri sendiri, dipandang
sebagai malaise multidimensional pada kebutuhan
individual yang menyebabkan suatu masalah
dimana tindakan dirasakan sebagai pemecahan
terbaik. (Edwin Schneidman)
EPIDEMIOLOGI
Data dari World Health
Organization (WHO) 90.000 atau
Di negara berkembang, angka
lebih remaja menjadi korban
bunuh diri pada remaja laki-laki >
percobaan bunuh diri setiap
perempuan.
tahunnya dari total 4 juta
percobaan bunuh diri.

Data dari WHO pada tahun 2010


angka bunuh diri di Indonesia
Di Jepang, angka bunuh diri laki-
mencapai 1,6 hingga 1,8 per
laki usia 15-19 tahun meningkat
100.000 jiwa. WHO
dari 5 per 100.000 di tahun 1990
memperkirakan pada tahun 2020
menjadi 9 per 100.000 di tahun
angka bunuh diri di Indonesia
2003
secara global menjadi 2,4 per
100.000 jiwa.
Faktor resiko
Modifikasi Non modifikasi

Episode depresi Usaha bunuh diri di masa


Penyalahgunaan alkohol lalu
Keadaan putus asa Jenis kelamin laki-laki
Keinginan dan rencana Usia lanjut (> 65 tahun)
bunuh diri Bercerai, berpisah atau
janda
Pengangguran
Ketergantungan alkohol
Pelecehan seksual pada
masa kanak-kanak dan fisik
Penyakit kronis
Riwayat keluarga bunuh diri
Riwayat, Tanda dan Gejala Resiko Bunuh
Diri
Upaya atau khayalan bunuh diri sebelumnya

Kecemasan, depresi, kelelahan

Tersedia alat-alat untuk bunuh diri

Gagasan bunuh diri yang diungkapkan

Membuat surat wasiat, ditandatangani kembali setelah depresi teragitasi

Krisis hidup, seperti dukacita atau akan menjalani pembedahan

Riwayat bunuh diri dalam keluarga

Pesimisme atau keputusan yang pervasif


Karakteristik remaja yang rentan terhadap bunuh diri
adalah:
Gangguan mood dengan penyalahgunaan zat &
riwayat perilaku agresif
Tanpa gangguan mood dengan sifat keras, agresif
serta memiliki konflik
Kemampuan yang buruk dalam memecahkan masalah
dan mengambil keputusan
Depresi
Cita-cita tinggi dan perfeksionistik, kecewa akan
kegagalan
Stressor, seperti konflik dengan teman, putus cinta,
kesulitan sekolah, pengangguran, kehilangan,
perpisahan, dan penolakan.
Metode
Kesehatan Jiwa
Faktor psikiatri:
penyalahgunaan zat, gangguan depresif, skizofrenia.
95% memiliki diagnosis gangguan jiwa
Depresi dan waham risiko paling tinggi
Perawatan psikiatri sebelumnya meningkatkan risiko
bunuh diri
Pasien Psikiatri
Risiko untuk melakukan bunuh diri 3 12x lebih
besar.
Usia yang relatif muda disebabkan oleh gangguan
jiwa kronis skizofrenia dan gangguan depresif
berulang
Bunuh diri pada pasien yang dirawat terkait dengan :
perubahan ideologis bangsal, disorganisasi petugas, dan
demoralisasi petugas.
Gangguan Depresif
Gangguan mood merupakan diagnosis lazim
dikaitkan dengan bunuh diri.
Pada gangguan depresif terutama meningkat pada
saat pasien sedang depresi.
Bunuh diri meningkat pada pasien depresif
kemungkinan karena mereka lajang, berpisah,
bercerai atau berkabung.
Bunuh diri pada pasien depresi:
Terjadi pada saat onset atau akhir episode depresif
6 bulan setelah meninggalkan RS (relaps).
Skizofrenia
10% pasien skizofrenia meninggal karena bunuh diri.
75% pasien skizofrenia yang bunuh diri adalah laki-
laki yang tidak menikah, yang 50% sebelumnya
pernah melakukan percobaan bunuh diri
Gejala depresif sangat terkait
Karena instruksi halusinasi dan waham kejar.
50% bunuh diri pada pasien skizofrenia terjadi
selama beberapa minggu dan bulan pertama setelah
keluar dari rumah sakit.
Ketergantungan Alkohol
15% orang ketergantungan alkohol melakukan
bunuh diri.
80% korban bunuh diri dari ketergantungan alkohol
adalah laki-laki.
Bunuh dirinya terjadi setelah 1 tahun setelah
perawatan terakhir di rumah sakit.
Etiologi
Faktor Sosial Teori Durkheim

Teori Freud
Faktor Psikologis

Teori Menninger

Faktor Biologis
Teori Terkini

Faktor Genetik
Teori Durkheim
diterapkan pada individu yang tidak mampu
Egoistik berintegrasi dengan masyarakat, disebabkan
kondisi kebudayaan.

pada individu yang terikat pada tuntutan tradisi


Altruistik khususnya ataupun cenderung bunuh diri karena
identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok.

Ketidakstabilan sosial dengan kehancuran


standar dan nilai-nilai masyarakat.
Anomik Individu kehilangan pegangan dan tujuan,
masyarakat tidak dapat memberikan kepuasan
kebutuhan-kebutuhannya.
Faktor Psikologis
Freud

Bunuh diri mencerminkan agresi yang dibelokkan ke dalam


objek cinta yang terintroyeksi, dan ditangkap secara ambivalen

Menninger

Pembunuhan yang diretrofleksikan, pembunuhan yang


dibalikkan sebagai akibat kemarahan pasien kepada orang
lain, yang dibalikkan kepada diri sendiri atau digunakan
sebagai pengampunan akan hukuman

Teori Terkini

Pasien bunuh diri akibat dari khayalan mereka, apa yang akan
terjadi dan apa akibatnya jika mereka melakukan bunuh diri
Perilaku Parasuicidal
Sebagian besar mereka
Istilah yang
tidak merasa sakit dan
menggambarkan pasien
beralasan seperti marah perempuan : laki-laki
yang mencederai diri
pada diri sendiri, 3:1
sendiri dengan sayatan
meredakan ketegangan
(tidak ingin mati)
dan keinginan untuk mati.

Dilakukan dengan : pisau


Usia 20-an lajang atau Sayatan : bersifat halus,
cukur, pisau, pecahan
menikah tidak kasar
gelas / cermin

Tempat : pergelangan
tangan, lengan, paha dan
tungkai (sering); wajah,
payudara dan abdomen
(jarang).
Menggali pikiran bunuh diri pada pasien berisiko
Step 1: Skrining harapan
mati
Pertanyaan: Banyak org yg memiliki masalah yg
sama dgn anda. Apakah anda berfikir lebih baik Jika tidak, stop pertanyaan
mati atau tertidur dan tidak terbangun?

Step 2: Menilai alasan untuk


hidup

Apakah ada suatu hal yang membuat hidup menjadi layak?


Anak? Keluarga? Kehidupan setelah mati? Pendapat
tentang nasib org2 yg bunuh diri?

Step 3: Skrining ide bunuh


diri

Sebutkan jika terkadang memiliki harapan untuk


Jika tidak, stop pertanyaan
mati, adakah berfikir untuk akhiri hidup?

Jika Iya, menilai tentang pemikiran bunuh diri:


Frekuensi
Durasi
Intensitas
Step 4: Adanya rencana

Jika Tidak, stop dan segera


Apakah berfikir tentang cara-cara mengacu ke kesehatan mental yg
mengkhiri hidup? profesioal, idealnya di hari yang
sama

Jika Iya, menilai tentang rencana


bunuh diri:
Metode Bawa ke UGD untuk evaluasi
Persiapan lanjut
Kemungkinan
Penilaian dan managemen
pada risiko tindakan kekerasan
Tindakan kekerasan ini banyak ditemukan pada
pelayanan primer
Dari studi, dua per tiga dokter pelayanan primer
mengatakan adanya ditemukan sikap agresif
(bicara kasar, mengancam bahkan kekerasan fisik)
Faktor Resiko

Riwayat
tindakan NAPZA Bicara kasar
kekerasan
Gejala
Agitasi psikomotor

Muka marah

Kata-kata kasar

Serangan ke objek yang terdekat


(misal : menendang kursi, melempar buku)

Pandangan tajam

Kepatuhan untuk berobat kurang atau


resisten pada pengobatannya.
Banyak ditemukan di IGD.
Kadang-kadang faktor dari luar dapat mencetuskan
sikap kekerasan :
Menunggu lama di klinik atau IGD
Peraturan-peraturan yang ada di RS
Tidak setuju dengan dokternya atau atau tidak puas dengan
terapi yang diberikan.
Jika dia agresif tanpa faktor dari luar curiga itu ada
tanda psikotik.
Intervensi klinis yang dapat dilakukan
untuk mencegah serangan fisik pasien

Step 1: kenali
Step 2: baca Step 3:
pasien yang
situasi dan menyambung
emosinya
makna perilaku dengan pasien
meningkat

Step 5:
Step 4: tunjukan
mengurangi
emosi berempati
situasi
Terapi
Sebagian besar hanya pencegahan, karena dari
berbagai bukti bahwa terapi yang tidak adekuat
berkaitan dengan bunuh diri
Keputusan untuk merawat bergantung pada:
Diagnosis
Keparahan depresi
Gagasan bunuh diri
Kemampuan pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah
Situasi hidup pasien
Ketersediaan dukungan sosial
Ada atau tidak faktor resiko bunuh diri
Rawat Inap vs Rawat Jalan
Indikasi perawatan:
Tidak ada sistem dukungan sosial
Riwayat perilaku impulsif
Rencana tindakan bunuh diri

Jika menolak
Klinisi haru meminta pasien menghubungi saat mereka tidak
mampu mengendalikan impuls bunuh diri
Keluarga harus bertanggung jawab selama 24 jam
Perawatan di Rumah Sakit
Pasien mendapatkan obat antidepresan atau
antipsikotik
Terapi individu
Terapi kelompok
Terapi keluarga
Menerima dukungan sosial Rumah Sakit serta rasa
aman
Terapeutik lain, bergantung diagnosis yang
mendasari
Terapi elektrokonvulsi, perlu untuk beberapa pasien
dengan depresi berat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai