Anda di halaman 1dari 7

WAKTU KEMATIAN

Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan saat terjadinya kematian adalah:


1. Livor mortis (lebam jenazah)
2. Rigor mortis (kaku jenazah)
3. Body temperature (suhu badan)
4. Degree of decomposition (derajat pembusukan)
5. Stomach Content (isi lambung)
6. Insect activity (aktivitas serangga)
7. Scene markers (tanda-tanda yang ditemukan pada sekitar tempat kejadian)
Livor mortis
Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah kematian akibat berentinya sirkulasi dan
adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan menempati bagian terbawah badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari
tekanan. Muncul pada menit ke-30 sampai dengan 2 jam. Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam.
Lebam jenazah normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada keracunan sianaida (CN) dan karbon monoksida (CO)
akan berwarna merah cerah (cherry red).
Rigor Mortis
Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin
sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara
aktin dan myosin akan menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam
postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan
berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam
postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu
tubuh, volume otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor mortis
diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.
Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:
1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap sesudah kematian akibat
hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.
2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga serabut otot memendek dan
terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang
lama.
3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan
pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.
Body Temperature
Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari badan
ke benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan
konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh
dan pakaian. Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan pakaiannya tipis maka
suhu badan akan menurun lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama
dengan suhu lingkungan.
Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah perrektal
(Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI (Post
Mortem Interval) berikut.
Formula untuk suhu dalam o Celcius
PMI = 37 o C-RT o C +3
Formula untuk suhu dalam o Fahrenheit
PMI = 98,6 o F-RT o F
1,5
Decomposition
Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan
kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai
dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena
terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan
pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah
membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur.
Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang
hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit
infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.
Proses-Proses Spesifik pada Jenazah Karena Kondisi Khusus
Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan cepat.
Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna
coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
Adipocere
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan berminyak yang
terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak
bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas.
Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan. Adipocere
relatif resisten terhadap pembusukan.
Gastric Emptying
Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat kematian. Karena
makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna dan dikosongkan dari
lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar
membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.
Aktivitas Serangga
Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan
menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Necrophagus species akan
memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga
Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga.
Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva
ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa
ditemukan pada 12-18 hari.
Perbedaan antara penggantungan antemortem dan postmortem
Penggantungan antemortem Penggantungan postmortem
Tanda-tanda penggantungan ante- Tanda-tanda post-mortem menunjukkan
mortem bervariasi. Tergantung dari cara kematian yang bukan disebabkan
kematian korban penggantungan
Tanda jejas jeratan miring, berupa Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk
lingkaran terputus (non-continuous) dan lingkaran utuh (continuous), agak sirkuler
letaknya pada leher bagian atas dan letaknya pada bagian leher tidak
begitu tinggi
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat Simpul tali biasanya lebih dari satu,
pada sisi leher diikatkan dengan kuat dan diletakkan
pada bagian depan leher
Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi Ekimosis pada salah satu sisi jejas
dari jejas penjeratan. penjeratan tidak ada atau tidak jelas.
Lebam mayat tampak di atas jejas jerat Lebam mayat terdapat pada bagian
dan pada tungkai bawah tubuh yang menggantung sesuai dengan
posisi mayat setelah meninggal
continued Penggantungan antemortem Penggantungan postmortem
Pada kulit di tempat jejas penjeratan teraba Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak
seperti perabaan kertas perkamen, yaitu tanda begitu jelas
parchmentisasi
Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dan lain-lain Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga dan
sangat jelas terlihat terutama jika kematian lain-lain tergantung dari penyebab kematian
karena asfiksia
Wajah membengkak dan mata mengalami Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak
kongesti dan agak menonjol, disertai dengan terdapat, kecuali jika penyebab kematian adalah
gambaran pembuluh dara vena yang jelas pada pencekikan (strangulasi) atau sufokasi
bagian kening dan dahi
Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekali Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus kematian
akibat pencekikan.
Ereksi penis disertai dengan keluarnya cairan Ereksi penis dan cairan sperma tidak ada.
sperma sering terjadi pada korban pria. Pengeluaran feses juga tidak ada
Demikian juga sering ditemukan keluarnya feses
Air liur. Ditemukan menetes dari sudut mulut, Air liur tidak ditemukan yang menetes pad kasus
dengan arah yang vertikal menuju dada. Hal ini selain kasus penggantungan.
merupakan pertanda pasti penggantungan ante-
mortem
Perbedaan penggantungan pada bunuh diri dan pada pembunuhan
No Penggantungan pada bunuh diri Penggantungan pada pembunuhan
1 Usia. Gantung diri lebih sering terjadi pada remaja dan orang dewasa.
Anak-anak di bawah usia 10 tahun atau orang dewasa di atas usia 50 tahun
jarang melakukan gantung diri Tidak mengenal batas usia, karena tindakan
pembunuhan dilakukan oleh musuh atau lawan dari korban dan tidak
bergantung pada usia
2 Tanda jejas jeratan, bentuknya miring, berupa lingkaran terputus (non-
continuous) dan terletak pada bagian atas leher Tanda jejas jeratan, berupa
lingkaran tidak terputus, mendatar, dan letaknya di bagian tengah leher,
karena usaha pelaku pembunuhan untuk membuat simpul tali
3 Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang letaknya pada bagian
samping leher Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian depan leher
dan simpul tali tersebut terikat kuat
4 Riwayat korban. Biasanya korban mempunyai riwayat untuk mencoba
bunuh diri dengan cara lain Sebelumnya korban tidak mempunyai riwayat
untuk bunuh diri
5 Cedera. Luka-luka pada tubuh korban yang bisa menyebabkan kematian
mendadak tidak ditemukan pada kasus bunuh diri Cedera berupa luka-luka
pada tubuh korban biasanya mengarah kepada pembunuhan
6 Racun. Ditemukannya racun dalam lambung korban, misalnya arsen, sublimat
korosif dan lain-lain tidak bertentangan dengan kasus gantung diri. Rasa nyeri
yang disebabkan racun tersebut mungkin mendorong korban untuk melakukan
gantung diri Terdapatnya racun berupa asam opium hidrosianat atau kalium
sianida tidak sesuai pada kasus pembunuhan, karena untuk hal ini perlu waktu
dan kemauan dari korban itu sendiri. Dengan demikian maka kasus
penggantungan tersebut adalah karena bunuh diri
7 Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena sulit untuk gantung diri dalam
keadaan tangan terikat Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan
pada kasus pembunuhan
8 Kemudahan. Pada kasus bunuhdiri, mayat biasanya ditemukan tergantung pada
tempat yang mudah dicapai oleh korban atau di sekitarnya ditemukan alat yang
digunakan untuk mencapai tempat tersebut Pada kasus pembunuhan, mayat
ditemukan tergantung pada tempat yang sulit dicapai oleh korban dan alat yang
digunakan untuk mencapai tempat tersebut tidak ditemukan
9 Tempat kejadian. Jika kejadian berlangsung di dalam kamar, dimana pintu,
jendela ditemukan dalam keadaan tertutup dan terkunci dari dalam, maka
kasusnya pasti merupakan bunuh diri Tempat kejadian. Bila sebaliknya pada
ruangan ditemukan terkunci dari luar, maka penggantungan adalah kasus
pembunuhan
10 Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada kasus gantung diri Tanda-
tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban sedang tidur, tidak sadar
atau masih anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai