Anda di halaman 1dari 18

Menurut Brunner dan Suddarth (2001),

cedera kepala adalah cedera yang terjadi


pada kulit kepala, tengkorak dan otak,
sedangkan Doenges,
(1999) cedera kepala adalah cedera kepala
terbuka dan tertutup yang terjadi karena,
fraktur tengkorak, kombusio gegar serebri,
kontusio memar, leserasi dan perdarahan
serebral subarakhnoid, subdural, epidural,
intraserebral, batang otak.
Menurut, Brunner dan Suddarth, (2001) cedera kepala ada 2 macam yaitu :

Cedera kepala terbuka


Luka kepala terbuka akibat cedera kepala dengan
pecahnya tengkorak atau luka penetrasi, besarnya
cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh massa
dan bentuk dari benturan
Cedera kepala tertutup
Benturan kranial pada jaringan otak didalam
tengkorak ialah goncangan yang mendadak.
Dampaknya mirip dengan sesuatu yang bergerak
cepat, kemudian serentak berhenti dan bila ada
cairan akan tumpah.
Rosjidi (2007), trauma kepala diklasifikasikan menjadi derajat
berdasarkan nilai dari Glasgow Coma Scale ( GCS ) nya, yaitu;
1. Ringan
GCS = 14 15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi
kurang dari 30 menit.
Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral,
hematoma.
2. Sedang
GCS = 9 13
Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit
tetapi kurang dari 24 jam.
Dapat mengalami fraktur tengkorak.
Diikuti contusia serebral, laserasi dan hematoma intracranial.
Next
3. Berat
GCS = 3 - 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih
dari 24 jam.
Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau
hematoma intrakranial.
2. Etiologi
Rosjidi (2007), penyebab cedera kepala antara lain:
Kecelakaan, jatuh, kecelakaan
kendaraan bermotor atau sepeda, dan
mobil.
Kecelakaan pada saat olah raga, anak
dengan ketergantungan.
Cedera akibat kekerasan.
Next
Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya
terbatas pada daerah dimana dapat
merobek otak.
Kerusakan menyebar karena kekuatan
benturan, biasanya lebih berat
sifatnya.
Benda tajam, kerusakan terjadi hanya
terbatas pada daerah dimana dapat
merobek otak, misalnya tertembak
peluru atau benda tajam.
3. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada
besarnya dan distribusi cedera otak.
1. Cedera kepala ringan menurut Sylvia A (2005)
Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus
menetap setelah cedera.
Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur,
perasaan cemas.
Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara,
masalah tingkah laku. Gejala-gejala ini dapat menetap
selama beberapa hari, beberapa minggu atau lebih lama
setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
Next.
2. Cedera kepala sedang, Diane C (2002)
Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan
kebinggunganatau hahkan koma.
Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-
tiba defisit
neurologik, perubahan TTV, gangguan penglihatan dan
pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit
kepala, vertigo dan gangguan pergerakan.
3. Cedera kepala berat, Diane C (2002)

Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa


sesaat sebelum dan sesudah terjadinya
penurunan kesehatan.
Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak
aktual, adanya cedera terbuka, fraktur
tengkorak dan penurunan neurologik.
Nyeri, menetap atau setempat, biasanya
menunjukan fraktur.
Fraktur pada kubah kranial menyebabkan
pembengkakan pada area tersebut.
4. Komplikasi
Edema pulmonal
Peningkatan TIK
Kejang
Kebocoran cairan serebrospinalis
Infeksi
5. Penatalaksanaan
Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti
edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya
trauma.
Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk
mengurangi
vasodilatasi.
Pemberian analgetik.
Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu;
manitol 20%, glukosa 40% atau gliserol.
Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin)
atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole.
Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin,
aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan) 2-3
hari kemudian diberikan makanan lunak.
Pembedahan. (Smelzer, 2001)
6. Pemeriksaan Penunjang
Scan CT (tanpa/denga kontras)
MRI
Angiografi serebral
EEG
Sinar X
BAER (Brain Auditory Evoked Respons)
PET (Positron Emission Tomography)
Fungsi lumbal, CSS
GDA (Gas Darah Artery)
Kimia /elektrolit darah
1. Pengkajian
A. PENGKAJIAN FOKUS
a. Riwayat kesehatan
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan
segera setelah kejadian.
Pemeriksaan fisik
Sistem respirasi: Suara nafas, pola nafas (kusmaull,
cheyene stokes, biot, hiperventilasi, ataksik), nafas
berbunyi, stridor, tersedak, ronki, mengi positif
(kemungkinan karena aspirasi).
Kardiovaskuler: Pengaruh perdarahan organ atau
pengaruh PTIK.
Kemampuan komunikasi: Kerusakan pada hemisfer
dominan, disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf
hipoglosus dan saraf fasialis.
Psikososial: Data ini penting untuk mengetahui dukungan
yang didapat pasien dari keluarga.
Next
b. Aktivitas/istirahat
S : Lemah, lelah, kaku dan hilang keseimbangan
O : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese,
guadriparese, goyah dalam berjalan (ataksia), cidera
pada tulang dan kehilangan tonus otot.
c. Sirkulasi
O : Tekanan darah normal atau berubah (hiper/normotensi),
perubahan frekuensi jantung nadi bradikardi, takhikardi \
dan aritmia.
d. Integritas Ego
S : Perubahan tingkah laku/kepribadian
O : Mudah tersinggung, delirium, agitasi, cemas,
bingung, impulsive dan depresi.
Next
Eliminasi
O : BAB/BAK inkontinensia/disfungsi.
Makanan/cairan
S : Mual, muntah, perubahan selera makan
O : Muntah (mungkin proyektil), gangguan
menelan (batuk, disfagia).
Neurosensori
S : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, tinitus,
kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan,
diplopia, gangguan pengecapan/pembauan.
O : Perubahan kesadara, koma. Perubahan status mental
(orientasi, kewaspadaan, atensi dan kinsentarsi)
perubahan pupil (respon terhadap cahaya), kehilangan
penginderaan, pengecapan dan pembauan serta
pendengaran. Postur (dekortisasi, desebrasi), kejang.
Sensitive terhadap sentuhan / gerakan.
Next
e. Nyeri/Keyamanan
S : Sakit kepala dengan intensitas dan lokai yang
berbeda.
O : Wajah menyeringa, merintih, respon menarik pada
rangsang nyeri yang hebat, gelisah
f. Keamanan
S : Trauma/injuri kecelakaan
O : Fraktur dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan
ROM, tonus otot hilang kekuatan paralysis, demam,
perubahan regulasi temperatur tubuh.
g. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat penggunaan alcohol/obat-obatan terlarang
(Doenges, 1999)
B. Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
obstruksi jalan nafas, ditandai dengan
dispnea.
Nyeri akut b.d agen cidera biologis
kontraktur (terputusnya jaringan
tulang).
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak b.d penurunan ruangan untuk
perfusi serebral, sumbatan aliran darah
serebral.

Anda mungkin juga menyukai