Anda di halaman 1dari 20

PPN

FASILITAS DI BIDANG PPN DAN


PPn BM
Fasilitas di bidang PPN dan PPnBM adalah
PPN dan PPnBM yang terutang
dibebaskan atau tidak dipungut, baik
sebagian atau seluruhnya, sementara
waktu atau selamanya.
Fasilitas PPN dan PPn BM terutang tidak
dipungut atau dibebaskan, diberikan terhadap :
Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu
di dalam Daerah Pabean, seperti Kawasan
Berikat, KAPET
Penyerahan BKP/JKP Tertentu
Impor BKP Tertentu
Pemanfaatan BKP tdk berwujud tertentu dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
Pemanfaatan JKP tertentu dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean
Apakah atas penyerahan BKP/JKP
mendapat fasilitas PPN & PPnBM
terutang tidak dipungut Pajak Masukan
sehubungan dengan penyerahan
tersebut dapat dikreditkan?
Pajak Masukan yang dibayar untuk
perolehan Barang Kena Pajak dan atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas
penyerahannya tidak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai, dapat dikreditkan
sepanjang Pajak Masukan tersebut tidak
termasuk dalam Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(8) atau telah dibebankan sebagai biaya.
Apakah atas penyerahan BKP/JKP
mendapat fasilitas PPN & PPnBM
terutang dibebaskan Pajak Masukan
sehubungan dengan penyerahan
tersebut dapat dikreditkan?
Pajak Masukan yang dibayar untuk
perolehan Barang Kena Pajak dan atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas
penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, tidak
dapat dikreditkan.
Atas kegiatan apakah PPN & PPn BM
terutang tidak dipungut di Kawasan Berikat
selain Kawasan Berikat P. Batam?
Impor barang modal atau peralatan perkantoran
yang semata-mata dipakai oleh Penyelenggara
Kawasan Berikat (PKB) termasuk PKB
merangkap PDKB (Pengusaha Di Kawasan
Berikat);
Impor barang modal dan peratan pabrik yang
berhubungan langsung dengan kegiatan produksi
PDKB yang semata-mata dipakai di PDKB;
Impor barang dan/atau bahan untuk diolah di
PDKB;
Atas kegiatan apakah PPN & PPn BM
terutang tidak dipungut di Kawasan Berikat
selain Kawasan Berikat P. Batam?
Pemasukan BKP dari Daerah Pabean Indonesia
Lainnya (DPIL) ke PDKB untuk diolah lebih lanjut;
Pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB
lainnya untuk diolah lebih lanjut;
Pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB
ke perusahaan industri di DPIL atau PDKB
lainnya dalam rangka subkontrak;
Penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan
subkontrak oleh PKP di DPIL atau PDKB kepada
perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya
kepada PKP PDKB asal;
Atas kegiatan apakah PPN & PPn BM
terutang tidak dipungut di Kawasan Berikat
selain Kawasan Berikat P. Batam?
Peminjaman mesin dan/atau peralatan pabrik
dalam rangka subkontrak dari PDKB kepada
perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya
dan pengembaliannya ke PDKB asal;
Pengeluaran barang dari Kawasan Berikat yang
ditujukan kepada orang yang memperoleh
fasilitas pembebasan atau penangguhan Bea
Masuk, Cukai, dan Pajak dalam rangka impor
Apakah atas penyerahan Jasa Kena Pajak ke
Kawasan Berikat mendapat fasilitas PPN
terutang tidak dipungut?
Penyerahan Jasa Kena Pajak ke Kawasan
Berikat baik yang dilakukan oleh Pengusaha di
Daerah Pabean Indonesia Lainnya maupun oleh
Pengusaha di Kawasan Berikat lainnya tidak
diberikan fasilitas PPN terutang tidak dipungut.
Dengan demikian, Pengusaha yang melakukan
penyerahan Jasa Kena Pajak kepada pengusaha
di Kawasan Berikat wajib memungut PPN yang
terutang atas penyerahan Jasa Kena Pajak
tersebut.
Apakah yang dimaksud dengan
Kawasan Berikat (KB)?
Kawasan Berikat adalah suatu kawasan dengan
batas-batas tertentu, di wilayah Daearah Pabean
Indonesia yang di dalamnya diberlakukan
ketentuan-ketentuan khusus di bidang pabean
terhadap barang yang dimasukkan dari luar
Daerah Pabean atau dari dalam Daerah Pabean
lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan
bea, cukai, dan/atau pungutan lainnya sampai
barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor,
ekspor atau reekspor.
Apakah pula yang dimaksud dengan
Gudang Berikat (GB)?
Gudang Berikat adalah suatu bangunan atau
tempat dengan batas-batas tertentu yang di
dalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan,
pengemasan, penyortiran, pengepakan,
pemberian merek/label, pemotongan, atau
kegiatan lain dalam rangka fungsinya sebagai
pusat distribusi barang-barang asal impor untuk
tujuan dimasukkan ke Daerah Pabean Indonesia
lainnya, Kawasan Berikat atau reekspor tanpa
adanya pengolahan.
KEGIATAN
MEMBANGUN
SENDIRI
Apakah yang dimaksud dengan kegiatan
membangun sendiri dan apakah atas kegiatan
membangun sendiri dikenakan PPN?
Kegiatan membangun sendiri adalah
kegiatan membangun sendiri bangunan
yang diperuntukkan bagi tempat tinggal
atau tempat usaha dengan luas bangunan
200 m2 atau lebih. Atas kegiatan
membangun sendiri tersebut dikenakan
PPN.
Perhitungan
PPN yang terutang dan disetor ke kas negara =
10% x 40% x jumlah seluruh biaya yang
dikeluarkan dan atau dibayarkan setiap bulannya
Saat terutangnya PPN adalah pada saat mulai
dilaksanakannya pembangunan (menggali
fondasi, memasang tiang pancang, dan lain-lain)
Tempat pajak terutang adalah di tempat
bangunan didirikan.
PPN atas kegiatan membangun sendiri yang telah
disetor harus dilaporkan dengan cara sebagai
berikut :
bagi pengusaha (OP atau Badan) yang bukan
Pengusaha Kena Pajak melaporkan bukti setoran
pajak (Surat Setoran Pajak) ke Kantor Pelayanan
Pajak lokasi bangunan didirikan.
Sedangkan bagi PKP dapat dilaporkan di Kantor
Pelayanan Pajak ditempat PKP dikukuhkan
melalui SPT Masa PPN setiap Masa Pajak
pelaksanaan kegiatan membangun sendiri
PEDAGANG
ECERAN
Bagaimanakah penghitungan PPN
atas pengusaha pedagang eceran?
Pedagang Eceran Yang Menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Netto
PK = 10% x jml peredaran dan atau
penerimaan bruto
PM yg dpt dikreditkan= 80% x PK
PPN disetor = 20% x PK
Pedagang Eceran Selain Yang
Menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Netto
PK menggunakan DPP sebesar harga jual
PPN terutang sebesar 10% x harga jual
PPN disetor = PK - PM
PM dapat dikreditkan

Anda mungkin juga menyukai