PEMILIHAN

KOMBINASI LOG
PEMILIHAN KOMBINASI LOGGING SUMURAN YANG
OPTIMUM

KOMBINASI LOGGING OPTIMUM ?

Kombinasi logging sumuran (WELL LOGGING) yang minimal

namun mampu menghasilkan data petrofisik sesuai dengan
kebutuhan dengan tingkat keakuratan yang

Untuk memperoleh kombinasi logging yang optimum, maka perlu

mengetahui jenis-jenis log yang tersedia dilapangan dari berbagai
perusahaan jasa logging (PERUSAHAAN JASA LOGGING OPEN
HOLE SEPERTI : SCHLUMBERGER, WESTERN ATLAS,
HALLIBURTON, WELEX, PT ELNUSA DLL.)
FAKTOR-FAKTOR APA YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
DALAM PEMILIHAN KOMBINASI LOGGING OPENHOLE
YANG OPTIMUM ??

JENIS FLUIDA (LUMPUR) PEMBORAN YANG DIGUNAKAN

JENIS BATUAN POROUS & PERMEABEL YANG DITEMBUS
OLEH LUBANG BOR
KARAKTERISTIK INVASI FILTRAT LUMPUR
KONDISI LUBANG BOR (DIAMETER, SUDAH/BELUM DICASING,
OPENHOLE, DLL)
KETEBALAN LAPISAN POROUS PERMEABEL YANG AKAN
DILOGGING
DISTRIBUSI POROSITAS () DAN RESISTIVITAS LAPISAN
POROUS PERMEABEL YANG AKAN DIUKUR
KONDISI PENGUKURAN OPTIMUM DARI SETIAP JENIS ALAT
LOGGING YANG ADA
KOMBINASI LOG YANG MINIMAL, HARUS TERDIRI DARI
TIGA (3) KELOMPOK LOG :

LOG LITHOLOGI
LOG RESITIVITAS
LOG POROITAS

Dari ketiga jenis log tersebut yang paling banyak dipengaruhi oleh
kondisi di lubang bor adalah jenis log resistivity
JENIS FLUIDA/LUMPUR YANG LAZIM DIGUNAKAN DALAM
PEMBORAN SUMUR :

WATER BASE MUD :

FRESH WATER BASE
SALT WATER BASE
OIL BASE MUD
GASEOUS DRILLING FLUID
JENIS BATUAN FORMASI (RESERVOIR)

TERDAPAT 3 JENIS FORMASI BATUAN YANG SERING

TERKAIT DENGAN EVALUASI LOG INI :

1. FORMASI LUNAK (SOFT FORMATION)

YAITU FORMASI YANG TIDAK KOMPAK ATAU MUDAH RUNTUH
(UNCONSOLIDATED)

BATUAN PASIR (SANDS) DAN SHALE

TAHANAN BATUAN KECIL S/D MENENGAH (LOW-MODERATE
RESISTIVITY)
MEMPUNYAI POROSITAS BESAR
CLEAN SAND > 25%
SHALY SAND > 20%
KARENA > 20% DIAMETER INVASI LUMPUR (Di) SEKITAR 2d
(d= DIAMETER LUBANG BOR)
2. FORMASI SEDANG (INTERMEDIATE)
YAITU FORMASI CUKUP KOMPAK (MODERATELY
CONSOLIDATED)
GOLONGAN FORMASI INI BATU PASIR (SANDSTONE)
TAHANAN FORMASI BATUAN SEDANG (INTERMEDIATE
RESISTIVITY)
MEMPUNYAI POROSITAS ANTARA 15% S/D 20%
DIAMETER INVASI LUMPUR DIPERKIRAKAN (Di)=3d

3. FORMASI KERAS (HARD FORMATION)

JENIS INI LEBIH KOMPAK DARI FORMASI LUNAK DAN SEDANG
JENIS BATUAN KERAS : LIMESTONE DAN DOLOMITE
POROSITASNYA < 15%
TAHANAN BATUAN SANGANT TINGGI (HIGH RESISTIVITY)
< 15% DIAMETER INVASI LUMPUR (Di=10d)
KARAKTERISTIK INVASI FILTRAT LUMPUR

INVASI FILTRAT LUMPUR ADALAH AIR FILTRAT LUMPUR YANG

MASUK KE DALAM FORMASI BATUAN YANG POROUS DAN
PERMEABEL SELAMA PEMBENTUKAN MUD CAKE
BANYAKNYA FILTRAT YANG MASUK TERGANTUNG PADA JENIS
LUMPUR PEMBORAN DAN JENIS FORMASI BATUAN YANG
DIBOR
JAUH DEKATNYA INVASI FILTRAT LUMPUR (FILTRAT LOSS)
MENGINVASI ZONA POROUS PERMEABEL TERGANTUNG PADA
HARGA POROSITAS DAN PERMEABILITASNYA
JIKA KECIL MAKA INVASI FILTRAT LUMPUR AKAN JAUH
JIKA BESAR MAKA INVASI FILTRAT LUMPUR AKAN DANGKAL
DIAMETER INVASI FILTRAT LUMPUR FUNGSI ADALAH
POROSITAS :
> 20% Di = 2d

15% < < 20% Di = 3d

10% < < 15% Di = 5d

5% < < 10% Di = 10d

Di = Diameter Invasi Filtrat Lumpur

d = Diameter Lubang Bor
= Porositas Batuan, Fraksi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIAMETER
FILTRAT LUMPUR ATAU DIAMETER ZONA YANG
TERINVASI :

JENIS LUMPUR
PERBEDAAN TEKANAN ANTARA LUMPUR DAN FORMASI
PERMEABILITAS FORMASI
POROSITAS FORMASI
PROSES PEMBORAN
GRAVITY SEGREGATION
JENIS LUMPUR
JUMLAH AIR FILTRAT LUMPUR YANG HILANG SELAMA PROSES
PEMBORAN TERGANTUNG PADA ADDITIVE DAN TYPE
MATERIAL YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMBUAT LUMPUR

SETIAP JENIS LUMPUR AKAN MEMPENGARUHI INVASI ,

TERGANTUNG PADA WATER LOSS DARI LUMPUR TERSEBUT

KARENA LUMPUR DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KOMPOSISI

YANG HOMOGEN, MAKA SETIAP LUMPUR MEMBENTUK MUD
CAKE DAN KEHILANGAN SEJUMLAH AIR FILTRAT TERTENTU,
PADA SAAT PROSES PEMBORAN

JUMLAH AIR FILTRAT YANG HILANG SELAMA PEMBENTUKAN

MUD CAKE TERGANTUNG PADA ADDITIVE DAN TYPE
MATERIAL YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN LUMPUR
TERSEBUT
PERBEDAAN TEKANAN ANTARA LUMPUR DAN
FORMASI

PERBEDAAN YANG ADA ANTARA KOLOM LUMPUR DAN

FORMASI, SANGAT PENTING KARENA AKAN
MENENTUKAN JUMLAH FILTRAT YANG AKAN DITEKAN
MASUK KE FORMASI
JIKA PERBEDAAN TEKANAN YANG ADA LEBIH BESAR
MAKA FLUIDA YANG HILANG JUGA BESAR
GAMBARAN RATA-RATA PERBEDAAN TEKANAN YANG
BAGUS PADA SAND FACE = 100 Psi, YANG MANA
TEKANAN TERSEBUT DIGUNAKAN PADA PENENTUAN
FLUID LOSS LUMPUR DALAM PERCOBAAN FILTER
PRESS DI LABORATORIUM
PERMEABILITAS

MEMPUNYAI SIFAT YANG MENDUKUNG TERHADAP

MASUKNYA FILTRAT LUMPUR KE DALAM FORMASI
SAMPAI MENCAPAI KEDALAMAN INVASI YANG TERJAUH
(ULTIMATE DEPTH)

DI SISI LAIN, DAYA DUKUNG PERMABILITAS INI DIBATASI

OLEH WAKTU MASUK FILTRAT KE DALAM FORMASI DAN
BERSAMAAN DENGAN TERBENTUKNYA MUD CAKE

SEMAKIN BESAR K SEMAIKN DALAM INVASI DENGAN

BERTAMBAHNYA WAKTU, MAKA KEMUDAHN FILTRAT
MASUK KE FORMASI SEMAKIN MENURUN, KARENA
SEMAKIN TEBALNYA MUD CAKE YANG TERBENTUK
POROSITAS
SEBAGAI FAKTOR PENENTU KEDALAMAN INVASI

JIKA POROSITAS MENINGKAT (SEMAIKN BESAR), KEDALAMAN

INVASI MENURUN

SETIAP JENIS LUMPUR MEMPUNYAI VOLUME FILTRAT YANG

RELATIF KONSTAN

VOLUME AIR FILTRAT LUMPUR YANG HILANG (MASUK KE

DALAM FORMASI) TIDAK TERGANTUNG PADA JENIS
FORMASINYA TETAPI SANGAT DIPENGARUHI OLEH JENIS
LUMPURNYA

BATUAN FORMASI YANG MEMPUNYAI VOLUME PORI PER FOOT

KEDALAMAN DARI LUBANG BOR LEBIH BESAR KAPASITAS
PENYIMPANAN (STORAGE) BATUAN LEBIH BESAR PULA,
ARTINYA BATUAN TERSEBUT POROSITASNYA BESAR MAKA
BATUAN FORMASI TERSEBUT AKAN MEMPUNYAI ZONE INVASI
LEBIH PENDEK, DARI BATUAN FORMASI YANG MEMPUNYAI
POROSITAS YANG LEBIH KECIL
PROSES PEMBORAN

SUATU PROSES PEMBORAN DAPAT JADI MERUBAH

KEDALAMAN INVASI FILTRAT
HAL INI TERJADI KARENA ADA KEMUNGKINAN PADA SAAT
PEMBORAN BERLANGSUNG, MUD CAKE YANG SEBELUMNYA
SUDAH TERBENTUK PADA SUATU FORMASI MENGALAMI
KERUSAKAN (SEBAGIAN ATAU TOTAL TERKIKIS). JIKA HAL INI
TERJADI, PROSES INVASI TERULANG LAGI UNTUK MEMBENTUK
MUD CAKE BARU DAN SELANJUTNYA AKAN MEMBENTUK ZONA
INVASI

GRAVITY SEGREGATION (GS)

PROSES GS TERJADI SETELAH FILTRAT LUMPUR MASUK KE

FORMASI
KECENDERUNGANNYA FILTRAT FILTRAT LUMPUR AKAN
BERGERAK KE ATAS
 PROSES GS INI AKAN MENGUBAH BENTUK ZONA INVASI
FUNGSI DARI WAKTU
PROSES GS INI TERJADI KARENA ADANYA PERBEDAAN
DENSITAS DAN SALINITAS FLUIDA ANTARA FILTRAT LUMPUR
DENGAN AIR FORMASI ASLI YANG ADA DI DALAM PORI BATUAN
(DENSITAS AIR FILTRAT < DENSITAS AIR FORMASI ASLI,
SALINITAS AIR FILTRAT < SALINITAS AIR FORMASI ASLI)
PADA BAGIAN BAWAH DARI FORMASI, AIR FILTRAT BERGERAK
NAIK DARI DINDING LUBANG BOR DAN INVASINYA DANGKAL
PADA BAGIAN ATAS, FILTRAT LUMPUR TERAKUMULASI DI
BAGIAN BATAS ATAS DAN INVASINYA DALAM
JIKA PROSES FILTRASI TELAH SELESAI, YANG TERJADI
ADALAH SEMUA FILTRAT AKAN MENGUMPUL DI SEPANJANG
BATAS ATAS FORMASI DAN KONDISI INVASINYA TIDAK MUNCUL
PADA SEMUA LAPISAN TERSEBUT
LAJU ALIR VERTIKAL DARI FILTRAT TERGANTUNG PADA
PERMEABILITAS VERTIKAL DARI BATUAN DAN PERBEDAAN
DENSITAS ANTAR FLUIDA. SECARA MATEMATIS :
 Kz
Vz 2,74 ( )g

W mf

Vz = LAJU ALIR VERTIKAL, Ft/day

Kz = PERMEABILITAS VERTIKAL, DARCY
= VISCISITAS AIR, CP
= POROSITAS BATUAN
w, mf = DENSITAS FLUIDA
g = PERCEPATAN GRAVITASI, cm/sec2
 DIAMETER ZONA INVASI (Di) INI SUSAH UNTUK
DITENTUKAN KARENA BELUM ADA ALAT UNTUK
MENGUKURNYA
YANG MUNGKIN DILAKUKAN ADALAH MEMPERKIRAKAN
NILAI Di MENGGUNAKAN KOMBINASI RESISTIVITY LOG
YANG MEMPUNYAI KEDALAMAN INVESTIGASI YANG
BERBEDA (DASARNYA : PROFIL RESISTIVITY BATUAN)
NILAI UMUM UNTUK Di
HIGH POROSITY : Di/d =2
MEDIUM POROSITY : Di/d =5
LOW POROSITY : Di/d =10
TEKNIK UNTUK EVALUASI Di MENGGUNAKAN
DATA PERCOBAAN (EXPERIMENTAL) :

WATER BASE MUD (NO ADDED FLUID LOSS CONTROL)

D.C
Di (0,04643 0,00002381 .P).API. 0,00635(BH T ST).t . 0,01495.V .t
1/2 1/2 1/2


mud

1,0 0,0063(BHT ST) D

2

EMULSION MUD

D
Di (0,04418 0,000395(B HT ST) 0,0000464. P)API.t 0,0732.V .t
1/2

mud

1,0 0,0081(BHT ST) D 2 1/2

 OIL BASE MUD

D
Di (0,04882.A PI.t 0,01696.V .t
1/2

mud

1,0 0,007(BHT ST) 0,0005 P D 2 1/2

KETERANGAN :
API = API STATIC FILTER LOSS RESULT, cc/30min
BHT = TEMPERATUR OF FORMATION OF INTEREST, F
C = DYNAMIC CORRECTION FACTOR FOR GEL WATER BASE MUD
D = BORE HOLE DIAMETER, INCH
Di = INVASION DIAMETER, INCH
P = PRESSURE DIFFERENTIAL BETWEEN WELL BORE AND FORMATION, Psi
ST = SURFACE TEMPERATURE AT WHICH API TEST WAS RUN, F
t = TIME, HOUR
Vmud = MUD VELOCITY IN ANNULUS BETWEEN DRILL PIPE AND FORMATION, ft/sec
= POROSITAS BATUAN, FRAKSI
PROSEDUR PEMILIHAN KOMBINASI LOG OPTIMUM

TAHAPAN :
1. PERSIAPAN/PENGUMPULAN DATA BOREHOLE
ENVIRONMENT YANG AKAN DISURVEY LOG, DATA TERSEBUT
DAPAT DIKOLEKSI/DIKUMPULKAN DARI DATA SUMUR
SEBELUMNYA (SUMUR EKPLORASI) KEGIATAN/STUDI
KOMBINASI LOG OPTIMUM BIASANYA DILAKUKAN SETELAH
PROSES PEMBORAN EKSPLORASI BERHASIL MENEMUKAN
LAPISAN-LAPISAN POROUS-PERMEABEL MENGANDUNG
HIDROKARBON, UNTUK PROGRAM PENILAIAN FORMASI
SUMUR-SUMUR PENGEMBANGAN (DEVELOPMENT WELLS)

DATA YANG PERLU DISIAPKAN :

a) JENIS FLUIDA PEMBORAN
b) JENIS BATUAN RESERVOIR YANG AKAN DISURVEY
c) KARAKTERISTIK INVASI FILTRAT LUMPUR (DIAMETER
ZONA YANG TERINVASI FILTRAT)
 d) KONDISI LUBANG BOR (VARIAI DIAMETER LUBANG BOR)
e) KETEBALAN LAPISAN-LAPISAN POROUS-PERMEABEL
PROUKTIF
f) DISTRIBUSI POROSITAS DAN RESISTIVITAS LAPISAN-
LAPISAN POROUS-PERMEABEL PROUKTIF
g) KONDISI OPTIMUM PENGUKURAN DARI PERALATAN
LOG YANG ADA

2. PELAJARI/FAHAMI KONDISI OPTIMAL DARI SETIAP JENIS ALAT

LOG YANG ADA DI PASARAN ATAU YANG DISARANKAN OLEH
COMPANY

3. PILIH KOMBINASI LOG YANG SESUAI/OPTIMUM

a) LITHOLOGY TOOL
b) RESISTIVITY TOOL
c) POROSITY TOOL
4. UJI KEAKURATAN DATA HASIL DARI PENGUKURAN KOMPOSISI
KOMBINASI LOG TERPILIH, MENGGUNAKAN PENDEKATAN
STATISTIK
a) AKURAT, JIKA DATA POROSITAS HASIL LOG
SAMA/MENDEKATI DATA POROSITAS HASIL ANALISA CORE
(PADA LAPISAN YANG SAMA)
b) BUAT PLOT LOG (SUMBU X) VS CORE (SUMBU Y)
c) ANALISA KORELASI DAN REGRESI
d) ANALISA STANDARD DEVIASI

5. JIKA KURANG AKURAT (TERJADI PERBEDAAN YANG TAJAM

ANTARA LOG TERHADAP CORE, LAKUKAN PEMILIHAN
KEMBALI KOMBINASI LOG YNG LAIN (POINT 3).
KONDISI LUBANG BOR
MENGETAHUI PERKIRAAN KONDISI LUBANG BOR YANG
AKAN DI LOG SANGAT PENTING DALAM RANGKA
PEMILIHAN SETIAP JENIS LOG YANG AKAN DIGUNAKAN
DALAM PENGUKURAN KARAKTERISTIK FORMASI

DATA KONDISI LUBANG BOR ( SEPERTI DIAMETER LUBANG

BOR) AKAN MENJADI ACUAN DALAM PEMILIHAN JENIS LOG
YANG AKAN DIKOMBINASIKAN DAN ACUAN DALAM
INTERPRETASINYA

PADA PRINSIPNYA, HASIL PENGUKURAN SETIAP ALAT LOG

AKAN SEMAKIN AKURAT BILAMANA DIAMETER LUBANG
BORNYA KECIL DALAM ARTI SESUAI DENGAN KAPASITAS
ALAT LOG
 KONDISI LUBANG BOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
DALAM PEMILIHAN LOG,

a) VARIASI DIAMETER LOBANG BOR SETELAH PROSES

PEMBORAN SELESAI, KONDISI INI DAPAT DIPERKIRAKAN
BERDASARKAN DATA CALIPER LOG DARI SUMUR
SEBELUMNYA (SUMUR EKSPLORASI)

b) APAKAH LOBANG BOR DALAM KONDISI LUBANG

TERBUKA (OPENHOLE) ATAU SUDAH DI CASING
(CASEDHOLE)

5) KETEBALAN LAPISAN PORDUS

PADA PRINSIPNYA, SETIAP JENIS LOG AKAN MENGUKUR
KARAKTERISTIK FORMASI POROUS DENGAN AKURAT
APABILA KETEBALAN LAPISAN YANG DIUKUR LEBIH BESAR
DARI JARAK (SPASI) ANTAR ELEKTRODANYA
(TRANSMITTER RECEIVER)
5) KETEBALAN LAPISAN PORDUS
PADA PRINSIPNYA, SETIAP JENIS LOG AKAN MENGUKUR
KARAKTERISTIK FORMASI POROUS DENGAN AKURAT
APABILA KETEBALAN LAPISAN YANG DIUKUR LEBIH BESAR
DARI JARAK (SPASI) ANTAR ELEKTRODANYA
(TRANSMITTER RECEIVER)

MENGETAHUI PERKIRAAN KETEBALAN DARI SETIAP

LAPISAN PORDUS YANG AKAN DIUKUR OLEH ALAT LOG
SANGAT PENTING, KARENA DATA VARIASI KETEBALAN
LAPISAN AKAN MENJADI ACUAN DALAM

PEMILIHAN SETIAP JENIS LOG, KHUSUSNYA UNTUK JENIS

LOG RESISTIVITY

JIKA KETEBALAN LAPISAN PORDUS TIPIS-TIPIS

DISARANKAN MENGGUNAKAN JENIS ALAT LOG YANG
MEMPUNYAI SISTEM DIFOKUSKAN ( MICROSPHERICAL
FOCUS LOG, MSFL, INDUCTION LOG, LATEROLOG)
6) DISTRIBUSI POROSITAS DAN RESISTIVITAS SETIAP LAPISAN
INTERES (PORDUS)

PADA PRINSIPNYA, SETIAP JENIS ALAT LOG DIRANCANG

DENGAN SPESIFIKASI OPERASIONAL YANG OPTIMUM (KONDISI
OPTIMUM PENGUKURAN)

MENGETAHUI PERKIRAAN DATA DISTRIBUSI POROSITAS

() DAN RESISTIVITAS (Rt) DARI SETIAP LAPISAN PORDUS
YANG AKAN DIUKUR OLEH LOG SANGAT PENTING,
KARENA AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI DATA ACUAN
(REFERENSI) DALAM PEMILIHAN JENIS-JENIS LOG YANG
AKAN DIGUNAKAN DAN DIKOMBINASIKAN

PADA UMUMNYA, ADA HUBUNGAN ANTARA BESARAN

POROSITAS DAN RESISTIVITAS BATUAN
 BATUAN YANG KERAS/KETAT (TIGHT). POROSITAS
RELATIF RENDAH BIASANYA MEMPUNYAI HARGA
RESISTIVITAS TINGGI

BATUAN YANG LUNAK/PORDUS (UNCON SOLIDATE),

POROSITASNYA MENENGAH SAMPAI BESAR, BIASANYA
MEMPUNYAI HARGA RESISTIVITAS RENDAH MENENGAH,
KECUALI BATUAN TSB MENGANDUNG HIDROKARBON.

PERKIRAAN DATA DISTRIBUSI DAN RESISTIVITAS DAPAT

DIKETAHUI DARI HASIL PENILAIAN FORMASI SUMUR
SEBELUMNYA (SUMUR EKSPLORASI) DATA DAN Rt TSB
DIOLAH DENGAN MENGGUNAKAN METODA STATISTIK,
MEMBUAT DISTRIBUSI FREQUENSI DAN KURVA HISTOGRAM