Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Fitofarmasi
Helmy Yusuf, Ph.D
Departemen Farmasetika
Pendahuluan
Produk farmasi konvensional, biasanya diproduksi dari bahan sintetis
dengan teknik manufaktur yang reprodusibel dan prosedural
Penyimpanan
Produk bahan alam seringkali rentan terhadap kerusakan, terutama
selama penyimpanan,
rusaknya komponen aktif, produksi metabolit tanpa aktivitas dan, dalam kasus yang ekstrim,
produksi metabolit yang bersifat toksik, misalnya cyanogenic glycoside, 4'-methoxy-pyridoxine
(4-MPN)
Jaminan Stabilitas
Selama manufaktur
proses manufaktur i.e. ekstraksi untuk produk alami, molekul obat
atau komponen aktif dapat mengalami oksidasi, hidrolisis, serangan
mikroba dan degradasi lainnya yang menimbulkan masalah stabilitas
produk
Demikian pula, faktor seperti ukuran partikel, pH, sifat air dan pelarut
lain yang digunakan, sifat wadah dan adanya bahan kimia lainnya,
baik yang berasal dari kontaminasi atau dari proses pengolahan
produk dapat mempengaruhi stabilitas
Permasalahan
1. Instabilitas Fisika
2. Kondisi lingkungan
3. Instabilitas Kimia
4. Campuran kompleks, variabilitas dan inkonsistensi
5. Interaksi obat dan dekomposisi
1. Ketidakstabilan Fisika
Kualitas produk, stabilitas dan konsentrasi bahan kimia tanaman dalam produk
dapat berbeda, disebabkan oleh:
Cahaya juga merupakan faktor penting yang dapat memicu radikal bebas yang
dapat mempengaruhi formulasi
3. Instabilitas Kimia
Formulasi bahan alam sering mengalami degradasi selama penyimpanan seperti oksidasi,
hidrolisis, kristalisasi, kerusakan enzimatis dan reaksi kimia dengan aditif dan bahan
pembantu
Suhu dan kelembaban merupakan dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas dan
stabilitas produk herbal
Reaksi kimia meningkat dengan faktor antara dua dan tiga kali lipat untuk setiap kenaikan
suhu10C.
Lembab yang diserap dapat meningkatkan laju dekomposisi bila bahan rentan terhadap
hidrolisis
Adanya enzim dalam produk juga dapat meningkatkan laju degradasi kimia
4. Campuran kompleks, variabilitas
dan inkonsistensi
Formulasi herbal merupakan campuran kompleks dari komponen
yang berbeda yang diperoleh selama proses ekstraksi
Kadar air yang tinggi dan pertumbuhan jamur dapat menyebabkan interaksi
komponen aktif dengan bahan kemasan
Interaksi komponen aktif dengan bahan lain dalam sediaan seperti aditif
menyebabkan perubahan dalam efektifitas obat
Formulasi herbal memiliki banyak konstituen aktif seperti alkaloid, glikosida, tanin,
flavonoid dll dimana setiap komponen memiliki kondisi stabilitas yang berbeda
OKI, stabilitas formulasi sediaan fitofarmasi berbeda dari kondisi stabilitas individunya
Formulasi Sediaan Fitofarmasi
Aspek aspek yang harus diperhatikan:
Karakteristik bahan
Pertimbangan desain dan pengembangan
Uji Farmakope/compendial dan kriteria penerimaan
Uji periodik/skip (Periodic/skip testing)
Kriteria penerimaan untuk pelepasan vs masa simpan (Release vs shelf-life acceptance
criteria)
Uji dalam proses (In-process tests)
Prosedur alternatif (*harus sama atau lebih bagus dari prosedur standar)
Teknologi yang berkembang
Standar referensi
Tablet
Patch
Transdermal Kapsul
Sediaan oral:
Sediaan Parenteral larutan,
Volume Besar suspensi &
emulsi
Formulasi
Sediaan Sediaan Serbuk &
Parenteral Herbal granul untuk
Volume Kecil sediaan oral
larutan atau
suspensi
Sediaan Semprot
topikal, hidung:
untuk mata larutan &
dan telinga suspensi
Formulasi Sediaan Fitofarmasi
Sediaan solid
Sediaan likuid
Sediaan semisolid
1. Sediaan Solid
KAPSUL
TABLET
2. Tablet juga bisa disalut, baik untuk melindungi bahan aktif dari faktor
lingkungan untuk menjamin stabilitas bahan, atau untuk menutupi
rasa yang kurang enak, atau untuk melindungi bahan aktif dari asam
lambung (enteric coating)
1. Sediaan Solid
TABLET
4. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua eksipien dapat digunakan dalam
memformulasi tablet kompatibiltas !!!
1. Sediaan Solid
BAHAN KETERANGAN
Laktosa Pengisi
Mg Stearat Lubrikan
Cab-o-sil Pengering/Glidan
Bahan ekstrak juga dapat dibuat sediaan bentuk likuid, dari bahan dasar
bentuk tincture, ekstrak cair, ekstrak kental, bahkan dari ekstrak kering
Ekstrak bentuk larutan tidak dapat disimpan dalam bentuk lama karena
dapat terjadi endapan
ingat, kelarutan tiap komponen dalam ekstrak berbeda !
Alkohol polivalen, seperti PG, gliserol, sorbitol atau PEG dg BM rendah, dan juga
sirup2 glukosa dll, bisa digunakan
Beberapa sediaan likuid yang bisa digunakan: larutan, emulsi dan suspensi
2. Sediaan Likuid
LARUTAN
Larutan lebih mudah ditelan sehingga sesuai untuk anak-anak dan orang
lanjut usia
2. Sediaan Likuid
LARUTAN
LARUTAN
EMULSI
Emulsi merupakan sistem dua fase yang tidak saling campur, dimana
salah satu fase terdistribusi homogen di dalam fase yang lain
EMULSI
Bahan surfaktan kationik cenderung bersifat toksik, meskipun dalam jumlah kecil, e.g.
cetrimide (*biasanya utk pemakaian luar), cetyltrimethylammonium bromide (CTAB)
Bahan surfaktan anionik biasanya memiliki pH tinggi sehingga tidak cocok untuk
pengobatan luka terbuka dll, e.g. sodium dodecyl sulphate (SDS)
Beberapa emulsifier yang lain seperti wool fat (e.g. adeps lanae) dapat menyebabkan reaksi
sensitisasi pada beberapa orang tertentu
2. Sediaan Likuid
SUSPENSI
GELS
Kharakteristik utama adalah adanya struktur rangka yang memberikan sifat padat pada
sistem
Biasanya berupa matrix berstruktur tiga dimensi yang menjebak cairan didalamnya
Krim W/O lebih mudah menyebar dibandingkan ointment, sedikit berlemak dan air
yang menguap dapat meredakan peradangan/inflamasi
Pada krim tipe O/w ('vanishing creams) pada saat digunakan, air akan menguap
sehingga meningkatkan konsentrasi obat pada fase dalam (oil)
Gradien konsentrasi menjadi lebih besar obat mudah menembus stratum corneum
meningkatkan absorbsi perkutan
Perlu CPOTB??
CPOTB
WHO Guidelines