Anda di halaman 1dari 68

INFEKSI

JAMUR
PADA KULIT
Infeksi Jamur
Infeksi jamur kulit superfisial = Dermatomikosis
Dermatophyta dermatofitosis
Candida sp. kandidiasis kutis
Malassezia sp. atau Pityrosporum sp. pitiriasis
Infeksi jamur kulit profunda
Mycetoma , Nocardia sp mycetoma
Fonsecaea pedrosoi, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii
Chromomycosis
Sporothrix schenckii sporotrichosis
Infeksi jamur sistemik + IPD
Cryptococcosis, histoplasmosis, blastomycosis, coccidiodomycosis
JENIS JAMUR BERDASARKAN
SUMBER PENULARANNYA
1. ANTHROPOPHILIC:
Sumber penularan berasal dari manusia
2. ZOOPHILIC :
Sumber penularan berasal dari binatang
3. GEOPHILIC :
Sumber penularan berasal dari tanah/sampah
Dermatomikosis
SYARAT-SYARAT UNTUK
PERTUMBUHAN JAMUR

1. Air (kelembaban)
2. O2 (oksigen) - udara cukup
3. N2 (keratin dari kulit) - squama
4. Garam2 anorganik
5. pH yang lebih tinggi
6. Suhu tubuh - suhu kamar
7. Tempat terlindung sinar matahari
8. Pigmen
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENULARAN JAMUR
1. Trauma
2. Kelembaban kulit
3. Lamanya kontak ()
4. Resistensi (lemah)
5. Genetik
6. Iklim kelembaban
7. Jenis jamur zoophilic, geophilic >>
DERMATOPHYTA
penyebab infeksi jamur
pada kulit
KULIT RAMBUT KUKU

Microsporum

Trichophyton

Epidermophyton
The pathogenesis of epidermomycosis (A) and trichomycosis (B) are
different because they involve different structures leading to different
clinical manifestations. In epidermomycosis, dermatophytes (red dots
and lines) within the stratum corneum not only disrupt the horny layer
and thus lead to scaling but also elicit an inflammatory response (the
black dots symbolize inflammatory cells), which then may manifest as
erythema, papulation, and even vesiculation.
TANDA KLINIS PENYAKIT
JAMUR

Squama &/Papula
Tersusun Melingkar (Circinate)
Bagian Tepi Aktif/Eritem
Bagian Tengah Tampak Sembuh
Terasa Gatal, Terutama Kalau
Berkeringat
Berdasar Letak Anatomis
Tinea Kapitis
Tinea Fasialis

Tinea Korporis
Tinea Kruris

Tinea Manus

Tinea Pedis
Tinea Capitis
Penyebab : jenis mikrosporon (Gray patch).
Biasa terdapat pada anak2.
Gejala : gatal.
Tanda khas : patch (lingkaran, area) berwarna keabu-abuan di kepala
dengan rambut patah2 pendek & memberi gambaran botak, tertutup
skuama kering keabu-abuan.
Perjalanan penyakit : papula, melebar dengan bagian tengah
menyembuh & terus melebar ke arah perifer , kadang2 sampai seluruh
kepala.
Bisa sembuh spontan pada usia menjelang dewasa.
TINEA CAPITIS
Kerion Celsi (Trichophytosis Capitis)
Penyebab : jenis Trichophyton.
Sering terdapat pada anak-anak.
Gejala : gatal.
Tanda khas : daerah yang botak pada kepala dengan
rambut rontok atau patah, disertai pustula, krusta dan
kadang bengkak / edema.
Pengobatan : anti amur lokal atau sistemik, kalau sembuh
dapat menimbulkan botak, bahkan permanen.
Tinea Corporis
Penyebab : Trichophyton grup
Predileksi : bagian badan yang berambut halus
sering disebut Tinea Glabrosa.
Gejala : gatal, terutama kalau berkeringat
Tanda khas :
lesi tersusun melingkar atau berbentuk polisiklik
terdiri atas papula2 dengan dasar eritematus, plak
dengan bagian tengah tampak menyembuh, squama
(bagian tepi eritem/aktif & bagian tengah menyembuh)
Tinea Cruris

Penyebab : Epidermophyton.
Predileksi : inguinal, perineum, paha bagian atas, genital, dan daerah
scrotum.
Gejala : gatal
Tanda khas : bilateral, lesi sebenarnya anular , elips, kalau lesi terus
melebar sering tampak gambaran 1/2 lingkaran.
Warna lesi kemerahan sampai coklat kehitaman. Skuama tidak
tampak jelas terutama kalau ada intertriginasi.
Faktor risiko : kelembaban & panas (hangat), celana yang ketat ,
kegemukan.
Tinea Pedis

Tinea pedis juga disebut Athletes foot


merupakan dermatofitosis pada kaki terutama
Definisi pada sela-sela jari dan telapak tangan.

Trichophyton rubrum (60%)


Trichophyton mentagrophytes (20%)
Penyebab Epidermophyton floccosum (10%)
INSIDENS

Infeksi jamur Umumnya Sering


yang paling banyak terjadi menyerang orang
sering terjadi pada laki laki. dewasa yang
diseluruh dunia. banyak bekerja di
tempat basah/
orang orang
yang setiap hari
harus memakai
sepatu tertutup.
FAKTOR PREDISPOSISI

HIV/AIDS,
transplantasi
Usia lanjut,
organ, kemoterapi,
obesitas, DM
steroid, gangguan
nutrisi

RISIKO
TINEA
PEDIS
MANIFESTASI KLINIK

Bentuk interdigitalis

Bentuk hiperkeratosis
(moccasin foot)

Bentuk vesikular
bullosa subakut
Bentuk-bentuk klinis

1. Bentuk interdigitalis
Sering terjadi di antara jari ke IV dan V
Infeksi bisa menjalar ke bagian kaki lainnya.
Terdapat 2 jenis:
a. Berskuama dan kering
b. Maserasi, terkelupas, membentuk fisura pada kulit di sela-sela jari
2. Moccasin foot
Makula eritem berbatas jelas dengan papul miliaris pada tepinya, dengan
skuama halus, hiperkeratosis.
Sering ditemukan pada tumit, telapak kaki, hingga tepi kaki. Dapat terjadi pada
satu kaki atau lebih sering pada kedua kaki.
3. Tipe yang meradang/ Bula (sub akut)
Terdapat vesikel ataupun bula yang berisi cairan bening.
Jika terdapat nanah mengindikasin infeksi dari S. Aureus
Setelah pecah, vesikel meninggalkan sisik kasar yang berbentuk lingkaran yang
disebut koleret
Dapat terjadi pada telapak dan punggung kaki
4. Tipe ulserasi/ akut
Lesi meluas dari tinia pedis interdigitalis ke bagian dorsal dan plantar kaki.
Gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau. Kondisi hiperhidrosis,
maserasi, serta ulserasi pada kaki, stasis vaskular, dan bentuk sepatu yang
kurang baik merupakan predisposisi untuk mengalami infeksi
Sering disertai superinfeksi oleh S. aureus
PEMERIKSAAN
Mikologik
Sediaan basah : KOH 10% ; gambaran terlihat adalah hifa, sebagai dua garis
sejajar, terbagi oleh sekat dan bercabang maupun spora berderet(artrospora).
Pembiakan : menyokong sediaan basah dan menentukan spesies jamur.

PENCEGAHAN
Edukasi pasien
Menjaga kebersihan kaki
Pengeringan kaki
Perawatan kuku kaki
Memakai kaos kaki bersih saat mengenakan sepatu
Penatalaksanaan terhadap faktor predisposisi.
Tinea Unguium /
Onkomikosis
Infeksi jamur pada satu atau lebih unit kuku yang disebabkan oleh dermatofita,
nondermatofita atau mold dan yeast.
10% populasi di seluruh dunia dan menyumbang 20-40% dari semua kelainan
kuku dan sekitar 30% pada infeksi jamur kulit. Prevalensi onikomikosis
ditentukan oleh usia, pekerjaan, iklim dan frekuensi bepergian
Etiologi
Dermatofita : Trichophyton
rubrum (T.rubrum) adalah
agen penyebab paling umum Candida semakin dianggap
71%, yang diikuti oleh sebagai sebagai patogen
Trichophyton mentagrophytes. pada infeksi kuku tangan.
Candida albicans
menyebabkan 70% kasus
onikomikosis dan C.
Non dermatofita : Scytalidium parapsilosis, C. tropicalis dan
dimidiatum dan Scytalidium C. krusei menyebabkan
hyalinum, Scopulariopsis sisanya
brevicaulis, Aspergillus sydowii
dan Onychocola canadensis.
Patogenesis
masuknya fungi lewat permukaan lempeng kuku, celah lipat kuku lateral, dan
proksimal serta hiponikium
terjadi perlekatan awal
jamur mengalami pertumbuhan, germinisasi, dan penetrasi pada jaringan
kuku.
Penetrasi fungi pada lempeng kuku mulai dari ventral sampai bantalan kuku
(nail bed)
Seluruh lapisan kuku terpenetrasi oleh fungi, lebih banyak pada rongga
interselular. Kondisi ini secara bertahap akan menyebabkan kuku menjadi
rusak.
Gambaran klinis
Onikomikosis Subungual Distal dan Lateral.
Infeksi dari distal dapat meluas kelateral kuku sehingga memberi gambaran onikomikosis
distal dan lateral. Lempeng kuku bagian distal berwarna kuning atau putih. Terjadi
hiperkeratosis subungual, yang menyebabkan onikolisis (terlepasnya lempeng kuku dari
nail bed) dan terbentuknya ruang subungual berisi debris yang menjadi mycotic
reservoir bagi infeksi sekunder oleh bakteri. Penyebab tersering adalah T.
Mentagrophytes, T. Tonsurans dan E. Floccosum.
Onikomikosis Superfisial Putih
Gambaran yang khas adalah white island berbatas tegas pada permukaan kuku, tumbuh
secara radial,berkonfluensi, dapat menutupi seluruh permukaan kuku. Pertumbuhan
jamur menjalar melalui lapisan tanduk menuju nail bed (bantalan kuku) dan hiponikium.
Lambat laun kuku menjadi kasar, lunak dan rapuh. Penyebab tersering adalah T.
Mentagrophytes.
Onikomikosis Subungual Proksimal
Didahului dengan invasi jamur pada lipat kuku proksimal kemudian menuju distal dan
matriks, sehingga pada akhirnya menginvasi lempeng kuku dari arah bawah.
Gambaran klinis berupa hiperkeratosis subungual, onikolisis proksimal, leukonikia, dan
akhirnya dapat mengakibatkan destruksi lempeng kuku proksimal. Penyebab tersering
adalah T. Rubrum.
Onikomikosis Distrofik Total
Jamur menginfeksi lempeng kuku sehingga mengalami kerusakan berat. Infeksi
dimulai dengan lateral atau distal onikomikosis dan kemudian menginvasi seluruh
kuku secara progresif. Kuku tampak berkerut dan hancur. Keluhan subjektif dirasakan
sebagai nyeri ringan dan yang lebih berat dapat terjadi infeksi sekunder.
Onikomikosis Candida
Umumnya menyerang kuku tangan dan hampir setengah onikomikosis terkait kuku
tangan adalah disebabkan spesies Candida. Lebih umum dilaporkan pada wanita
akibat sering mencuci tangan dengan air dan sabun saat mengerjakan tugas-tugas
rumah tangga juga bisa menjadi faktor pendukung.
Diagnosis
Keluhan pada pasien onikomikosis selalu bersifat kosmetis
karena dapat menimbulkan rasa malu
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis banding

Psoriasis kuku

Leukonikia

Paronikia kronik
Pemeriksaan penunjang

KOH 30%
Pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan PAS (Periodic
Acid Schiff)
Pemeriksaan mikroskopik imunofloresensi dengan
pewarnaan calcoflour
Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) dan metode
kultur.12-13
Penatalaksanaan

Terapi sistemik
Itrakonazole 200 mg/hr selama 3 bulan
Terbinafin 250 mg/hr selama 3 bulan
Terapi topikal
Asam salisilat 2-4%, asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam
undesilenat 2-5%, dikenal banyak obat topical baru. Obat-obat baru ini
diantaranya tolnaflat 2%; tolsiklat, haloprogin, derifat-derifat imidazole,
sikloproksolamin dan naftifine masing-masing 1%.1
Pemeriksaan penunjang
infeksi jamur

1. Lampu Wood (Woods Lamp)


2. Mikroskopis
3. Kultur/biakan
4. Biopsi Histopatologis
5. Tes kulit
Lampu Wood
(Woods Lamp)

Suatu lampu UV yang dilengkapi dengan


filter, shg. sinar yang keluar hanya
mempunyai gelombang tertentu (+380 nm).
Pemeriksaan dilakukan ditempat gelap.
Kulit yang terinfeksi jamur / mycelium
tertentu akan menimbulkan fluoresensi
(tampak warna tertentu (kehijauan, jingga,
dll).
Mikroskopis langsung

Sampel skuama kulit, kuku & rambut.


Sampel diletakkan obyek glass, tutup
dengan cover glass
Ditetesi KOH 10%-30%
Dilihat di bawah mikroskop
Skuama
Skuama + KOH 10%-30% biarkan 5` - 10`
dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran
lemah & diafragma ditutup atau dikecilkan
Hasil positif bila terlihat :
batang-batang seperti pita panjang
beruas-ruas
bercabang
pada ujungnya ada budding
fluorescensi kuning kehijauan
tidak erikat pada batas2 sel
Rambut
Potongan rambut (dicabut) + KOH 30%
biarkan 10` - 15`
dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah
diapragma ditutup atau dikecilkan.
Hasil positif bila tampak spora
1. Endothrix : spora berderet-deret diantara cuticula dalam
rambut.
2. Ectothrix : spora menempel pada rambut.
Kuku

Potongan-potongan kuku direndam dengan


KOH 30 % dalam tabung kecil, biarkan
selama 48 jam dalam suhu kamar, kuku
akan hancur jadi bubur.
Dilihat dibawah mikroskop dengan
pembesaran lemah dan diafragma ditutup /
dikecilkan.
Positif spora dan atau mycelium.
Biakan (kultur)
Squama, kuku & rambut yang telah dipotong2 kecil,
diletakkan di dalam media
Biarkan dalam ruang dengan suhu kamar (udara
kamar) selama 5 7 hari
Hasil positif bila tampak koloni dengan bentuk &
warna yang berbeda tergantung jenis jamur yang
ada.
Kemudian koloni diambil sedikit dilihat dengan
mikroskop dicari makrospora untuk identifikasi.
Biopsi
Kulit pada lesi dibiopsi, dikirim ke PA untuk
dilihat elemen jamur dalam stratum corneum.

CUTANEUS TEST/ TES KULIT


Trichophytin disuntikkan intra cutan.
Hasil positrif : urtika pada tempat suntikan.
(-) berarti tidak menderita atau baru saja
terkena infeksi
(+) berarti menderita penyakit atau baru saja
sembuh
Preparat Topikal
Tinea Incognito
Dermatofitosis karena pemakaian kortikosteroid topikal
Nondermatofitosis
KANDIDIASIS = MONILIASIS
Penyebab : Candida albicans >>
Candida albicans merupakan flora normal pada mulut,
fractus digestuvum & vagina, semi anaerob.
Mempunyai 2 bentuk :
mycelia pada suhu kamar infeksi khronis
yeast pada suhu 37oC infeksi akut, terdapat lesi
satelit (berupa pustula) di sekitar lesi utama.
Faktor risiko Kandidiasis :
kelembaban
kehamilan
pemakaian antibiotik & kortikosteroid jangka
lama
penyakit sistemik (DM, keganasan)
KANDIDIASIS KUTAN
1. Kandidiasis Intertrigo
Inframamma, axilla, inguinal, perineal, gluteal
Patch eritematus, maserasi dengan lesi satelit.
KANDIDIASIS KUTAN
2. Kandidiasis Interdigital
Daerah diantara jari tangan dan jari kaki.
Pustula dengan erosi sampai fisura, membran putih
menebal (pseudomembran)
KANDIDIASIS KUTAN
3. Kandidiasis vulva (Vulvitis kandida)
Erosi, pustula, eritem, bengkak, keputihan seperti
keju, terasa gatal.

4. Kandidiasis penis (Balanitis)


Makulapapuler, pustul, dengan eritem difus
KANDIDIASIS KUTAN
5. Diaper dermatitis
Perigenital, perianal, paha bagian dalam dan pantat.
Eritema, edema papulopustuler, erosi, membasah
KANDIDIASIS KUKU
Paronikia
Kemerahan dan bengkak sekitar kuku.
Kuku : onychodystrophy, onycholysis, discoloration
KANDIDIASIS MUKOSA
Vaginitis /Vulvovaginitis kandida
Keputihan (discar putih kental seperti susu/santan pecah atau
keju), bau asam, rasa gatal
Vulva, vagina : eritem dan edem.
KANDIDIASIS MUKOSA
Orofaringeal kandidiasis
Mukosa oral, faring : pseudomembranous candidiasis
(thrush) yang mudah dikelupas, dengan mukosa sekitar
eritem.
Terapi
Kandidiasis
vagina

Kandidiasis orofaringeal
PITYRIASIS VERSICOLOR
Penyebab : Malassezia furfur (bersifat lipofilik)
asam decarboxylase menghambat tyrosinase
hypopigmentasi.
Predileksi : punggung, dada, lengan atas (daerah
seborea), atau tempat lain.
Tanda : makula hipo/hiperpigmentasi (putih -
coklat), multipel dengan squama halus.
Lesi dapat bergabung lebar (patch)
Terapi

Golongan azole
(ketokonazol, itraconazol.
Fluoconazol)
REFERENSI
1. Graham-Brown R, Burns T, 2005, Lectures Notes
Dermatology, Ed 8, Penerbit Erlangga, Jakarta (H)
2. Odom RB, James WD, Berger TG, 2000. Andrews
Diseases of The Skin, Clinical Dermatology, 9 ed,
WB Saunders Company, Philadelphia (A).
3. Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF. 2003.
Dermatology in General Medicine, 5th ed. New
York, Mc Graw-Hill Inc.

Anda mungkin juga menyukai