Anda di halaman 1dari 61

2

Konteks keselamatan pasien

Keselamatan pasien merupakan komponen


penting dari
manajemen risiko, tata kelola klinis dan
peningkatan mutu.

3
Quality in Healthcare

. begins with ensuring patient safety

4
Key reasons

Patients are more at risk than non-patients


Medical interventions are, by their nature,
high-risk procedures - small error margins
Medicine remains an inexact, hands-on
endeavour

5
The basic principles for safety
and quality of care
The basic principles for patient safety are
the principles for quality of care:
- to do the right thing
for the right patient
using the right method and
at the right time, and

- to communicate well with the patient


and the rest of the clinical team
6
Its easy gettin good players.
The hard part is gettin them to play
with each other

(Casey Stengel)

(Casey

7
KONDISI SAAT INI
Di negara maju, satu dari 10 pasien menderita cedera ketika menerima
pelayanan kesehatan.
Prevalensi infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health care associated
Infection/HAIs) dinegara berkembang yaitu bervariasi 5.7% - 19,1%
dan 20 kali lebih tinggi dibandingkan di negara maju.
1.4 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi yang didapat di
rumah sakit. Infeksi ini menyebabkan:
waktu rawat di rumah sakit yang lebih lama
meningkatkan resistensi pada obat-obatan terutama antibiotik,
meningkatkan biaya perawatan pasien,
bahkan menyebabkan kematian.
IOM (Institute of Medicine) : TO ERR IS HUMAN

National Academy of Sciences :


* National Research Council (1916)
* National Academy of Engineering (1964)
* Institute of Medicine (1970) = IOM
IOM, 1998 : Committee on quality of Health Care in America
membuat laporan : TO ERR IS HUMAN (2000)
1) Adverse Event bukan baru, namun laporan berhasil
mengangkat fokus perhatian :
- AE di RS di Colorado & Utah : 2,9 % pasien RS, yang
meninggal 6,6 %
- Di New York : 3,7 %, yang meninggal 13,6 %
- Pasien admisi di RS pada th tsb (1997) 33,6 juta
- Extrapolasi : Pasien mati karena Medical Error : 44.000
98.000. (Orang mati karena KLL : 43.458)
(Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS, eds. To err is human: building
a safer health system. Washington, D.C.: National Academy Press, 2000.)
Patient safety
Berdasarkan peraturan menkes
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien
rumah sakit adalah:

SUATU SISTEM DIMANA RUMAH SAKIT MEMBUAT ASUHAN


PASIEN LEBIH AMAN YANG MELIPUTI ASESMEN RISIKO
PASIEN , PELAPORAN DAN ANALISIS INSIDEN,
KEMAMPUAN BELAJAR DARI INSIDEN DAN TINDAK
LANJUTNYA SERTA IMPLEMENTASI SOLUSI UNTUK
MEMINIMALKAN TIMBULNYA RISIKO DAN MENCEGAH
TIMBULNYA CEDERA AKIBAT SUATU TINDAKAN ATAU TIDAK
MENGAMBIL TINDAKAN YANG SEHARUSNYA DIAMBIL (bab
1)
Patient safety : the reduction of risk of
unnecessary harm associated with
healthcare to an acceptable minimum.
(WHO-ICPS,2009)

Risk : The probability that an incident


will occur.
POTENSI TERJADINYA KERUGIAN YANG DAPAT
TIMBUL DARI PROSES KEGIATAN SAAT SEKARANG
ATAU KEJADIAN DIMASA DATANG.
Struktur personil keselamatan pasien
Tim keselamatan pasien RS(KPRS)
Champion
Pengumpul data validator
Pelapor
Petugas yang pertama kali melihat insiden
Laporan insiden
Insiden yang dilaporkan adalah yang sudh
terjadi, potensial terjadi maupun nyaris terjadi
Yang membuat laporan siapa saja semua staf
rs yang menemukan kejadian-siapa saja staf
rumah sakit yang terlibat dalam kejadian
Bukan hanya perawat-jangan takut
dipersalahkan- jangan terlambat- beri
sebanyak2 nya data
Penilaian dampak klinis
TINGKAT DESKIPSI DAMPAK
RISIKO
1 TIDAK TIDAK ADA CEDERA
SIGNIFIKAN
2 MINOR CEDERA RINGAN MIS LECET, DAPAT DIATASI PERTOLONGAN
PERTAMA
3 MODERAT CEDERA SEDANG MIS LUKA ROBEK. BERKURANGNYA
FUNGSI MOTORIK/SENSORRIK/PSIKOLOGIS ATAU
INTELEKTUAL YANG REVERSIBEL. SETIAP KASUS YANG
MEMPERPANJANG MASA PERAWATAN
4 MAYOR CEDERA LUAS/BERAT MIS CACAD,LUMPUH. KEHILANGAN
FUNGSI MOTOORIK/SENSORIK/PSIKOLOGIS ATAU
INTELEKTUAL PERMANEN
5 KATASTROPIK KEMATIAN YANG TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN
PERJALANAN PENYAKIT
PENILAIAN PROBABILITAS
TINGKAT DESKRIPSI
RISIKO
1 SANGAT JARANG (>5TAHUN/KALI)
2 JARANG (2-5TAHUN/KALI)
3 MUNGKIN (1-2 TAHUN/KALI)
4 SERING ( BEBERAPA KALI/TAHUN
5 SANGAT SERING (TIAP MINGGU ATAU BULAN)
MATRIKS GRADING
PROBABLITA TIDAK MINOR MODERAT MAYOR KATASTROPI
S SIGNIFIKAN K
SANGAT MODERAT MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM
SERING
SERING MODERAT MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM
MUNGKIN RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM EKSTRIM
JARANG RENDAH RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM
SANGAT RENDAH RENDAH MODERAT TINGGI EKSTRIM
SERING
TINDAKAN SESUAI TINGKAT RISIKO
LEVEL/BANDS TINDAKAN
EKSTRIM- RISIKO EKSTRIM, DILAKUKAN RCA PALING LAMA 45 HARI.
SANGAT MEMBUTUHKAN TINDAKAN SEGERA, PERHATIAN SAMPAI KE
TINGGI DIREKTUR
HIGH-TINGGI RISIKO TINGGI, DILAKUKAN RCA PALING LAMA 45 HARI. KAJI DENGAN
DETIL DAN PERLU TINDAKAN SEGERA SERTA MEMBUTUHKAN
PERHATIAN TOP MANAJEMEN
MODERATE- RISIKO SEDANG. DILAKUKAN INVESTIGASI SEDERHANA PALING LAMA
SEDANG 2 MINGGUU. MANAJER/PIMPINAN KLINIS SEBAIKNYA MENILAI
DAMPAK TERHADAP BIAYA DAN KELOLA RISIKO
LOW-RENDAH RISIKO RENDAH-DILAKUKAN INVESTIGAS SEDERHANA PALING LAMA 1
MINGGU DISELESAIKAN DENGAN PROSEDUR RUTIN
CONTOH KEJADIAN YANG SERING
KESALAHAN IDENTIFIKASI PASIEN SAAT MELAKUKAN
PROSEDUR KLINIS/TRANSFER PASIEN/PENGAMBILAN
SAMPEL/PEMBERIAN OBAT
KOMUNIKASI SALAH
TINDAKAN TIDAK SESUAI SPO-TIDAK ADA SPO-DOKUMEN
HILANG- SALAH PROSEDUR CUCI TANGAN/TIDAK CUCI
TANGAN
SALAH PENANGANAN OBAT HIGH
ALERT/LASA/KADALUARSA-SALAH DOSIS
ALAT TIDAK SAFETY-SALAH SISI OPERASI/PENANDAAN
OPERASI ATAU PROSEDUR TIME OUT TIDAK DILAKUKAN
PASIEN JATUH
Pelaporan insiden
Saat ada insiden (KNC/KTD)-isi formulir
laporan insiden di akhir shift jaga-paling
lambat 2x24 jam
Serahkan pada atasan langsung pelapor
Atasan langsung akan memeriksa laporan dan
melakukan grading risiko-menentukan jenis
investigasi-sederhana atau komprehensif
Melaporkan pada tim KPRS
Ditentukan apakah perlu RCA atau tidak-
TUJUAN PATIENT SAFETY
1.Terciptanya budaya keselamatan pasien
di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit
terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan
(KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
BAB V : 7 LANGKAH
KESELAMATAN PASIEN
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI
KESELAMATAN PASIEN
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN
RISIKO
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN
PASIEN
6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG
KESELAMATAN PASIEN
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM
KESELAMATAN PASIEN
9 SOLUSI KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike,
Sound-Alike Medication Names)
2. Pastikan Identifikasi Pasien
3. Komunikasi secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan
Infeksi Nosokomial.
THE SWISS CHEESE DIAGRAM
TRIGGER

POLICIES / PROCEDURES
PROFESSION
TEAM
INDIVIDUAL
ENVIRONMENTAL
EQUIPMENT

ADVERSE EVENT
KEBIJAKAN
RISK MANAGEMENT PROGRAMS
1. Elimination (meniadakan risiko).
2. Reduction (mengurangi terjadinya risiko).
3. Transfer of liability (mengalihkan tanggunggugat).
4. Insurance (penjaminan oleh perusahaan asuransi).
(Roach W H, Chernoff S N, Esley C L.; 2000)

1. Elimination of risk (meniadakan risiko).


2. Reduction of hospital liability (mengurangi
tanggunggugat).
3. Finacial loss control (mengendalikan kerugian).
(Kohn L T, Corrigan J M, Donaldson M S.; 2000)
Insiden
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient
Safety Incident)
Setiap kejadian atau situasi yg dpt
mengakibatkan / berpotensi mengakibatkan
harm (penyakit, cedera, cacat, kematian dll) yg
tdk seharusnya terjadi.
(KKP-RS)
Insiden Keselamatan Pasien

1. Kejadian Sentinel : KTD yg mengakibatkan kematian atau cedera yg


serius
2. KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) Adverse event : insiden yang
mengakibatkan pasien cedera
3. KNC (Kejadian Nyaris Cedera ) Near miss, Close call : terjadinya
insiden yg belum sampai terpapar ke pasien ( pasien tidak cedera)
4. KTC (Kejadian Tidak Cedera) No harm incident : insiden sudah
terpapar ke pasien, tetapi pasien tidak timbul cedera
5. KPC (Kondisi Potensial Cedera) Reportable circumstance: kondisi /
situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi insiden. Contoh :Alat defibrilator yg standby di IGD, tetapi kmd
diketahui rusak ; ICU yg under staff
SKP I identifikasi pasien
Tidak di perbolehkan menulis identifikasi
pasien di pintu kamar atau bed pasien
Hanya di gelang pasien
Nama minimal 2 kata
Tanggal lahir dd-mm-yyyy
Nomor rekam medik: mis 00.00.00
SKP I identifikasi pasien
pemasangan gelang
Siapkan gelang identifikasi pasien sesuai ukuran (dewasa, bayi) dan jenis
kelamin.
Biru= laki laki dan merah muda= perempuan.
beri label pada gelang identifikasi pasien
nama pasien (wajib dua kata), nomor rekam medik, dan tanggal lahir.
Apabila nama pasien hanya satu kata ditambahkan nama ibu dibelakang
dan ditulis dalam tanda kurung.
Label untuk gelang identifikasi ditulis tangan oleh perawat yang
menangani pasien tsb.
Saat akan melakukan pemasangan, perawat atau bidan ucapkan salam,
contoh: Selamat pagi /siang/sore/malam, Bapak/Ibu.
Kemudian sebutkan nama perawat atau bidan yang akan memasangkan
gelang.
jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang identifikasi kepada pasien
atau keluarga pasien dengan bahasa yang mudah dipahami.
contohnya: Bapak/Ibu, saya akan memasang
gelang identifikasi ini pada pergelangan tangan
Bapak/ibu. Tujuannya adalah untuk memastikan
identitas dengan benar, dan selama dalam
pelayanan rawat inap, kami akan selalu
melakukan konfirmasi identitas dengan meminta
menyebutkan nama pasien dan tanggal lahir
pasien disaat akan melakukan tindakan, misalnya
saat pemberian obat, pemberian produk
darah/transfusi darah. pengambilan darah dan
spesimen lainnya untuk pemeriksaan klinis,
pemberian pengobatan, dan prosedur tindakan.
Periksa ulang secara seksama data di gelang identifikasi: nama pasien,
nomor rekam medik, dan tanggal lahir
konfirmasi apakah tulisan sudah benar.
Pasang gelang identifikasi pada pergelangan tangan pasien sebelah kiri,
jika tidak bisa tangan kanan, jika tidak memungkinkan pada tangan, boleh
dipasang di kaki kiri atau kanan, atau sesuai kondisi pasien dan mudah
terlihat.
Informasikan kepada pasien dan atau keluarga bahwa gelang identifikasi
ini harus selalu dipakai hingga pasien diperbolehkan pulang.
Jika gelang terlepas/dilepas atau gelang kotor segera berikan gelang baru
dan berikan penjelasan kepada pasien, contohnya sebagai berikut: Bapak
/ ibu mohon agar gelang identifikasi ini jangan dilepas selama masih dalam
Perawatan di rumah sakit ini, jika terpaksa harus dilepas karena keperluan
tindakan, yang melepas adalah perawat / bidan / petugas rumah sakit dan
harus kami pasang kembali
Kebersihan gelang dicek oleh perawat atau bidan setiap hari.
Gelang resiko
jelaskan kepada pasien atau keluarga pasien mengenai tujuan
pemasangan gelang sesuai hasil skrining yang akan dipasang ke
pasien.
Memasangkan gelang berdasarkan hasil skrining yaitu:
a. Gelang warna MERAH untuk risiko alergi.
b. Gelang warna KUNING untuk risiko jatuh, dipasang pada
pasien dengan total skor penilaian risiko sedang-tinggi.
Pasien Anak: total skor 12 (skala Humpty Dumpty)
Pasien Dewasa: total skor 6 (skala Morse Fall)
c. Gelang warna UNGU untuk pasien Do Not Resucitate (DNR)
atau pasien yg tidak boleh diresusitasi. Sebelumnya sudah dijelaskan
kepada pihak keluarga pasien alasan tidak dilakukan resusitasi dan
diminta menandatangani Informed Concent.
Pasangkan gelang risiko pada pergelangan tangan
pasien sebelah kanan, kalau tidak memungkinkan,
pasang sebelah kiri atau disesuaikan dengan kondisi
pasien,
Jika tidak dapat dipakaikan di pergelangan tangan,
boleh di pergelangan kaki atau bagian tubuh yang
mudah terlihat.
informasikan kepada pasien dan atau keluarga bahwa
gelang ini harus selalu dipakai sampai pasien
diperbolehkan pulang, kecuali gelang risiko jatuh akan
dilepas oleh perawat/bidan jika hasil skoring rendah.
Pelepasan gelang
Saat pulang/meninggal(pasien menyelesaikan
administrasi/pasien akan meninggalkan
lingkungan rumah sakit
Untuk gelang risiko jatuh dan gelang DNR juga
dilepaskan saat ada perubahan assessment yang
menyebabkan perubahan risiko jatuh menjadi
risiko rendah. Atau pasien diputuskan tidak
masuk kriteria DNR lagi
Gelang dipotong2 sebelum dibuang ke tempat
sampah medis infeksius
Pastikan semua pasien yang akan dirawat inap
menggunakan gelang identifikasi.(jika tidak terpasang
saat dirawat inap-laporkan pada champion)
Identifikasi pasien sebelum pemberian obat, produk
darah/transfusi, pengambilan darah/spesimen lainnya,
pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
Apabila ada pasien tidak sadar dan tanpa keluarga,
dapat beri nama sementara: Mr. X / Mrs. Y
pasien tidak sadar, pasien anak atau pasien yang
mengalami keterbatasan lainnya, identitas ditanyakan
kepada penunggu pasien dan cocokkan dengan gelang
identifikasi pasien.
Ucapkan salam dan perkenalkan diri petugas, lalu jelaskan
tujuan prosedur tindakan.
Lakukan identifikasi pasien sebelum tindakan dilakukan
a. Menanyakan pada pasien nama dan tanggal lahir lengkap,
jika tidak ingat cukup menyebutkan bulan dan tahun lahir
atau jika tidak ingat cukup tahun lahir saja.
b. Menanyakan nama dan tanggal lahir atau nomor rekam
medik lalu cocokkan dengan gelang identifikasi pasien
c. Bila identitas sudah sesuai, lanjutkan dengan prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
SKP II KOMUNIKASI EFEKTIF
1. Perawat/ bidan/ dokter jaga melakukan pemeriksaan fisik, anamnesa (pengkajian), dan membaca
rekam medis pasien, bila perlu membuat catatan ringkas mengenai hal-hal yang akan dilaporkan.

2. Laporkan kondisi pasien dengan menggunakan prinsip komunikasi SBAR.

a. Situation
1) Menyebutkan identitas serta ruangan tempat bertugas.
2) Menyebutkan identitas pasien, diagnosis, serta masalah utama pasien saat ini.
b. Background,Menyebutkan data klinis pasien sesuai kebutuhan:
1) Keadaan umum / kesadaran dan tanda vital
2) Riwayat penyakit
3) Hasil laboratorium terbaru
4) Riwayat alergi
5) Hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan
6) Terapi saat ini
C. ASSESSMENT,Sebutkan hasil kajian pasien :
1) Kemungkinan penyebab masalah yang dialami
2) Keparahan kondisi
3) Apakah kondisi tersebut mengancam nyawa
d. Recommendation
1) Memberikan rekomendasi tindakan atau pemeriksaan yang
dibutuhkan
2) Meminta petunjuk untuk penanganan selanjutnya
3. Mendokumentasikan (writing down) semua rekomendasi/ instruksi
dari dokter dalam rekam medis pasien :
a.Tanggal dan jam pesan diterima
b. Nama, dosis obat, cara pemberian
c.Nama jelas dan paraf perawat / bidan / dokter jaga yang melapor
d. Nama dokter yang memberikan instruksi
Mengulang dan membacakan kembali (repeat back dan read back)
ke pengirim pesan (dokter) untuk konfirmasi kebenaran pesan yang
telah dituliskan
Dokter yang menerima laporan harus memverifikasi dan memberikan
paraf, nama jelas, tanggal, serta jam verifikasi pada kolom yang
tersedia di lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
pada saat:
a. Untuk dokter jaga : pada saat pergantian shift
b. Untuk DPJP : pada saat visite pertama kali atau selambat-
lambatnya dalam waktu 1 x 24 jam sejak instruksi diterima
Catatan :
- Laporan melalui SMS tidak dianjurkan, namun apabila harus
dilakukan tetap harus menggunakan SBAR.
PROSEDUR READBACK
1) Lakukan read back yaitu membacakan kembali pesan yang telah ditulis

2) Lanjutkan dengan melakukan teach back sesuai alfabet dibawah ini:

A = Alpha B = Beta C = Charlie D = Delta E = Echo F = Foxtrot


G = Golf H = Hotel I = India J = Juliet K = Kilo L = Lima
M = Mama N = Nano O = Oscar P = Papa Q = Quebec
R = Romeo S = Sierra T = Tanggo U = Uniform V = Victor
W = Whiskey X = X-Ray Y = Yankee Z = Zulu
Jika instruksi sudah benar, berikan tanda READ BACK dan tanda SIGN HERE, lalu
bubuhkan tanda tangan serta nama jelas dan tanggal.
SKP III
Diketik nama obat lasa / norum Farmasi RS
sesuai kaidah Tall Man Letters untuk data
master / contoh di Instalasi farmasi.
Diserahkan obat lasa kepada pasien dengan
diberi penanda / label khusus obat lasa.
Obat high alert adalah obat obatan yang memerlukan perhatian
atau perlakuan khusus. Beberapa obat yang memiliki rentang
terapeutik sempit atau sifat alami toksis, akan memiliki resiko
tinggi merusak sel / kematian sel jika obat digunakan secara tidak
tepat. (ISMP/ Institute for Safe Medication Practices)

Obat High Alert adalah obat yang beresiko tinggi menyebabkan


cedera bermakna pada pasien jika obat digunakan secara salah. (
Dra.Yulia Trisna,Apt,M.Pharm. Pelatihan Akreditasi JCI, Jakarta
2012 )
PRINSIP 7 BENAR
Benar Pasien
Benar Obat
Benar Dosis
Benar Waktu
Benar Cara
Benar Dokumentasi
Obat high alert harus disimpan di tempat
terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
berupa stiker High Alert.
Elektrolit pekat ( KCl injeksi 7,46% 25 ml dan
NaCl lebih dari 0,9% ) tidak boleh disimpan di
ruang perawatan kecuali di ICCU dan unit
perawatan intensif ( ICU ).
SKP IV
PROSEDUR TIME OUT
Proses asesmen dan verifikasi terakhir untuk
memastikan ketepatan tindakan pada pasien
yang tepat dan prosedur yang benar dan
aman.
Memastikan bahwa tindakan bedah dilakukan
dengan benar pasien, benar lokasi dan benar
prosedur.
Sign In (pre-operatif)

Dilaksanakan saat pasien berada diruang persiapan atau premedikasi. Sign in merupakan verifikasi
pertama sesaat setelah pasien tiba dan dilaksanakan oleh Perawat Instrumen yang melibatkan penata
anastesi .
1. Perawat Instrumen mengecek kembali status rekam medik pasien bersangkutan dan
mengkonfirmasi dengan pasien jika memungkinkan berkaitan dengan identitas pasien.
2. Mengecek hasil pengukuran tanda vital terakhir, kelengkapan dokumen terutama surat
persetujuan operasi atau formulir persetujuan operasi (informed Concent).
3. Mengecek dan mengisi kolom check-list saat sign in yang berkaitan dengan:
a. Identitas pasien, nama operasi, lokasi operasi, dan nama operator.
b. Ada atau tidak persetujuan pasien/keluarga terhadap tindakan (informed consent)
c. Ada atau tidak risiko kehilangan darah >500 cc untuk dewasa, >7 cc/kgBB untuk anak-anak.
d. Apakah daerah operasi sudah ditandai.
e. Riwayat asma pasien.
f. Apakah pasien memiliki risiko kesulitan jalan nafas.
g. Riwayat alergi pasien.
4. Menulis jam dan tanggal verifikasi.
5. Lembar sign in ditandatangani perawat yang memverifikasi dan penata anastesi.
Time Out (intra-Operatif)

Dilaksanakan sebagai verifikasi lanjutan ketika pasien sudah siap diatas meja operasi dan dalam
keadaan tersedasi, dimana tim anastesi dalam keadaan siaga dan tim bedah telah dalam posisi
steril. Time out dilaksanakan oleh perawat sirkuler.
1. Perawat sirkuler mengecek kesiapan tim bedah dan tim anastesi.
2. Menunggu aba-aba dari perawat instrumen bahwa peralatan sudah siap.
3. Perawat sirkuler menyiapkan lembar check-list time out dan status rekam medik pasien.
4. Perawat sirkuler menyebutkan dan menanyakan dengan jelas berkaitan dengan:
a. Kelengkapan tim bedah.
b. Nama dan peran tim bedah.
c. Langkah antisipasi kejadian kritis.
d. Foto Radiologi apakah sudah terpasang.
e. Antibiotik profilaksis apakah sudah diberikan.
5. Anggota tim bedah lain menjawab pertanyaan sesuai tanggung jawabnya.
6. Perawat sirkuler menyatakan time out selesai dan semua sudah sesuai prosedur.
7. Menulis tanggal dan jam verifikasi.
8. Kolom time out ditandatangani perawat sirkuler dan Operator bedah nantinya.
Sign Out (post-operatif)

Dilaksanakan sesaat setelah selesai operasi, sebelum pasien dikeluarkan


dari ruang operasi.
1. Perawat sirkuler mendapat aba-aba bahwa operasi selesai
2. Kemudian perawat sirkuler menyiapkan kembali lembar check-list
time out dan memastikan nama prosedur operasi sudah benar.
3. Perawat sirkuler menanyakan kelengkapan alat kepada perawat
instrumen berkaitan dengan jumlah instrumen bedah, kassa, jarum yang
terpakai.
4. Operator menyampaikan jika ada permasalahan saat operasi dan
dicatat oleh perawat sirkuler.
5. Operator bedah dan dokter anastesi menyampaikan hal-hal yang
perlu diperhatikan pada masa pemulihan pasien dan perawatan pasca
operasi.
6. Mencatat jam dan tanggal kegiatan sign out.
7. Kolom sign out ditandatangani oleh perawat sirkuler dan penata
anastesi.
PENANDAAN LOKASI OPERASI
1. Siapkan alat penanda berupa spidol KHUSUS PENANDA KULIT
berwarna gelap.
2. Sebelum melakukan penandaan lokasi operasi, melihat
kembali status rekam medik pasien bersangkutan.
3. Melaksanakan penandaan lokasi operasi sebelum pasien
dibawa ke ruang operasi atau saat masih diruang perawatan.
4. Melaksanakan penandaan lokasi operasi harus pada saat
pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan.
5. Pastikan identitas pasien dengan benar. Tanyakan nama dan
tanggal lahir, bandingkan dengan gelang identifikasi dan dokumen
rekam medik. Bandingkan nomor rekam medik pada gelang dan
dokumen rekam medik.
6. Mengucapkan salam dan jelaskan tujuan penandaan lokasi
operasi kepada pasien bersangkutan.
7. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada kasus yang termasuk
sisi (laterality), Multipel struktur (jari tangan dan jari kaki) atau
multipel level (tulang belakang), mata dan wajah.
8. Menandai lokasi operasi dengan tanda silang (x)
9. Konfirmasi kepada pasien dan atau keluarga bahwa mereka
telah memahami dan mengetahui lokasi yang akan dilakukan operasi.
10. Mengucapkan salam dan terima kasih.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada
pasien adalah dokter yang akan melaksanakan prosedur operasi.
b. Jika penandaan lokasi operasi diwakilkan, orang yang menjadi
wakil harus hadir pada saat prosedur operasi dilakukan.
c. Wakil harus ditentukan oleh dokter operator
SKP V MENGURANGI RISIKO INFEKSI
CARA CUCI TANGAN DENGAN HANDWASH
ATAU HANDRUB
5 MOMEN CUCI TANGAN
SKP VI MENGURANGI RISIKO JATUH
DEWASA DENGAN SKALA MORSE
USIA
RIWAYAT JATUH
MOBILITAS/MOTORIK
KOGNITIF
POLA BAB BAK
DEFISIT SENSORIS
PENGOBATAN
KOMORBIDITAS
RISIKO RENDAH 0-5
RODA TEMPAT TIDUR TERKUNCI
TEMPAT TIDUR PADA POSISI TERENDAH
PAGAR PENGAMAN TEMPAT TIDUR
DINAIKKAN
RISIKO SEDANG
LAKUKAN SEMUA PENCEGAHAN PADA RISIKO
RENDAH
PASANG GELANG KHUSUS WARNA KUNING
BERI TANDA RISIKO PASIEN JATUH DI SEKITAR
BED PASIEN
RISIKO TINGGI
LAKUKAN SEMUA PEDOMAN PENCEGAHAN
PADA RISIKO SEDANG
KUNJUNGI DAN MONITOR PASIEN SETIAP 1
JAM
TEMPATKAN PASIEN DI KAMAR YANG PALING
DEKAT DENGAN NURSE STATION
RISIKO JATUH PADA BAYI BRU LAHIR
a. Semua Bayi Baru Lahir (Usia 0-28 hari)
dianggap berisiko jatuh tinggi.
b. Bayi Baru Lahir tidak perlu dipasang gelang
risiko jatuh.
RISIKO JATUH PADA ANAK(1BLN-14
THN)
HUMPTY DUMPTY
USIA
JENIS KELAMIN
DIAGNOSA(NEUROLOGIS,PSIKIATRIK)
GANGGUAN KOGNITIF
FAKTOR LINGKUNGAN(MENGGUNAKAN BED
DEWASA)
POST OPERASI
PENGGUNAAN OBAT
RISIKO RENDAH (7-11)
PASTIKAN TEMPAT TIDUR/BOX TERKUNCI
DEKATKAN BEL DAN PASTIKAN BEL TERJANGKAU
PASANG PENGAMAN TEMPAT TIDUR
TEMPAT TIDUR/BOX DALAM POSISI TERENDAH
SINGKIRKAN BARANG YANG BERBAHAYA TERUTAMA PADA MALAM
HARI
MINTA PERSETUJUAN PASIEN AGAR LAMPU MALAM TETAP
MENYALA
PASTIKAN SELALU DITEMANI ORANG TUA/KELUARGA
PASTIKAN LANTAI DAN ALAS KAKI TIDAK LICIN
KONTROL OBSERVASI RUTIN SETIAP 2 JAM
BILA DALAM INKUBATOR PASTIKAN JENDELA INKUBATOR SEMUA
TERKUNCI
EDUKASI ORANG TUA/KELUARGA
RISIKO TINGGI (12-23)
LAKUKAN TINDAKAN PENCEGAHAN SEPERTI
SKALA RENDAH
PASANG GELANG RISIKO JATUH WARNA
KUNING
PASANG TANDA RISIKO JATUH PADA BED
PASIEN
LAKUKAN OBSERVASI SETIAP JAM
TEMPATKAN DI KAMAR YANG PALING DEKAT
DENGAN NURSE STATION

Anda mungkin juga menyukai