Anda di halaman 1dari 31

Distosia secara harfiah, berarti persalinan sulit,

ditandai oleh kemajuan persalinan yang terlalu lambat.


Secara umum, persalinan abnormal sering terjadi jika
terdapat ketidakseimbangan ukuran antara bagian
presentasi janin dan jalan lahir. Distosia merupakan
akibat dari beberapa kelainan berbeda yang dapat
berdiri sendiri atau kombinasi. (Leveno, 2009)
a. Gangguan pada powers (kontraksi uterus dan
usaha meneran ibu)
b. Gangguan pada passenger (posisi janin,
presentasi janin, dan ukuran janin)
c. Gangguan pada passage rongga pelvis dan
jaringan lunak pada jalan lahir
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus
uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus
uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri di
mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga
tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya 10 mmHg.
Incoordinate uterine action yaitu sifat His yang berubah. Tonus
otot uterus meningkat, juga di luar His dan kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi
bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi
bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien
dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan
rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula
menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga di sebut sebagai
Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang
pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah,
kelainan His ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat,
sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini
dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara
teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya
ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah
uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap
sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
a. Kelainan His
1) Inersia Uteri Hipotonik
Inersia uteri hipotonik adalah kelainan his dengan
kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar.

2) Inersia Uteri Hipertonik


Inersia uteri hipertonik adalah kelainan his dengan kekuatan
cukup besar namun tidak ada koordinasi kontraksi dari
bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien
untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
b. Jenis kelainan jalan lahir

1) Kelainan bentuk panggul


Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intra uterin

Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul/


sendi panggul

Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang

Perubahan bentuk karena penyakit kaki


2) Kalainan traktus genitalia
Pada vulva terdapat edema, stenosis dan tumor

Pada vagina yang mengalami sektrum dan dapat


memisahkan vagina atau beberapa tumor.
Pada ovarium terdapat beberapa tumor

Pada serviks karena disfungsi uterin action atau karena

parut/ karsinoma.
Pada uterus terdapatnya mioma atau adanya kelainan

bawaan seperti letak uterus abnormal


c. Jenis Kelainan Janin
1) Kelainan letak kepala/ mal presentasi/ mal posisi diantaranya :
a) Letak sunsang
b) Letak lintang
c) Prolaps tali pusat

2) Kelainan bentuk dan ukuran janin diklasifikasikan :


a) Distosia kepala pada hidrocepalus, kepala besar, higronoma koli (tumor di
leher)
b) Distosia bahu pada janin dengan bahu besar
c) Distosia perut pada hidropsfetalis, asites
d) Distosia bokong pada spina bifida dan tumor pada bokong janin
e) Kembar siam
a. Manifestasi klinik pada Ibu :
1) Gelisah
2) Letih
3) Suhu tubuh meningkat
4) Nadi dan pernafasan cepat
5) Edema pada vulva dan servik
6) Bisa jadi ketuban berbau

b. Manifestasi klinik pada Janin


1) DJJ cepat dan tidak teratur
a. Kepala
Rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
b. Mata
Biasanya konjungtiva anemis
c. Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada
bagian paru yang tertinggal saat pernafasan
d. Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal
persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi
dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek,
biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya
blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung
kemih.
e. Vulva dan Vagina
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem
pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya
kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk
mengidentifikasi adanya plasenta previa
f. Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan
bentuk panggul dan kelainan tulang belakang
a. Foto rontgen
b. MRI
c. USG
d. X-ray
a. Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada
dekat vulva.
b. Dagu tertarik dan menekan perineum.
c. Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang
terperangkap di belakang simfisis pubis.
a. Penanganan Umum
1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
2) Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
3) Kolaborasi dalam pemberian :
a) Infus RL dan larutan NaCL isotonik (IV)
b) Berikan analgesik berupa tramandol/ peptidin 25 mg
(IM) atau morvin 10 mg (IM)
4) Perbaiki keadaan umum
a) Berikan dukungan emosional dan perubahan posisi
b) Berikan cairan
b. Penanganan Khusus
1) Kelainan His
a) TD diukur tiap 4 jam
b) DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada
kala II
c) Pemeriksaan dalam
d) Kolaborasi : Infus RL 5% dan larutan NaCL
isotonic (IV), berikan analgetik seperti petidin,
morfin dan pemberian oksitosin untuk
memperbaiki his
2) Kelainan janin
a) Pemeriksaan dalam
b) Pemeriksaan luar
c) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
d) Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan
seksiosesaria baik primer pada awal persalinan maupun
sekunder pada akhir persalinan
3) Kelainan jalan lahir
a) Dilakukan eksisi sebisa mungkin sehingga persalinan berjalan
lancar
b) Jika sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan SC
a. Komplikasi maternal
1) Perdarahan pasca persalinan
2) Fistula Rectovaginal
3) Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa transient femoral neuropathy
4) Robekan perineum derajat III atau IV
5) Rupture Uteri
b. Komplikasi fetal
1) Brachial plexus palsy
2) Fraktura Clavicle
3) Kematian janin
4) Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
5) Fraktura humerus
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Distosia.docx
ANY QUESTION ???

Anda mungkin juga menyukai