Anda di halaman 1dari 26

KARSINOMA NASOFARING

Oleh:
Mike Cristanti
Kevin Muliawan S.
Tarosa Yodia U.
Laili Nur Azizah

Pembimbing:
Dr. A. C. Romdhoni, dr., Sp.THT-KL(K)

Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL


FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo
2016
LATAR BELAKANG
Sering dijumpai di Indonesia
Tumor ganas terbanyak di bidang THT
Sebagian besar awalnya datang pada
dokter umum
Sebagian besar datang sudah dalam
kondisi stadium lanjut (95%)
ANATOMI
Nasofaring = rinofaring = epifaring
Ruang yang terletak langsung di bawah
tengkorak, di belakang kavum nasi, di atas
palatum

Anterior : koane / nares posterior


Posterior : setinggi kolumna vertebra C 1-2
Inferior : dinding atas palatum mole
Superior : basis kranii (os occipital & sfenoid)
Lateral : fossa Rosenmulleri kanan & kiri
EPIDEMIOLOGI
Indonesia : 4,7
kasus/tahun/100.000
penduduk. Pria : wanita =
3:1
Hongkong : 24
kasus/tahun/100.000
penduduk
Cina bagian selatan : 20
kasus/tahun/100.000
penduduk
Eropa dan Amerika Utara
: 1kasus/tahun/100.000
penduduk
ETIOLOGI
Virus Epstein Barr (EBV)
Bahan karsinogenik (nitrosamin, dll)
Genetik (ras HLA)
Iritasi menahun (Asap, panas, pedas,
radang kronis)
LOKALISASI
Fosa Rosemulleri (>>>)
Sekitar tuba Eustachius
Dinding belakang
nasofaring
Atap nasofaring
Klasifikasi KNF (WHO, 1997)
Klasifikasi KNF berdasarkan Patologi Anatomi
Keganasan di nasofaring dapat berupa
Karsinoma nasofaring
Adenosarkoma
Karsinoma adenokistik (= silindroma)
Jenis yang lain:
Melanoma maligna
Limfoma maligna
Klasifikasi KNF berdasarkan bentuk & cara tumbuh
Endofitik (>>), ulseratif, eksofitik
Anamnesis & Gejala Klinik
Gejala dini:
Telinga : mendenging/grebek2 (tinitus),
pendengaran menurun, otalgi
Hidung : pilek lama, ingus/dahak campur
darah, buntu hidung
Gejala lanjut:
Ekspansif:
Ke depan menutup koane buntu hidung
Ke bawah mendesak palatum bombans
palatum mole
Infiltratif:
Ke atas melalui foramen laserum ke
endokranium sindroma petrosfenoidal, gejala:
Sakit kepala
Paresis N. VI (m. Rektus lateralis) strabismus, diplopi
Paresis N. V & cabang-cabangnya trigeminal neuralgi
Paresis N. III, IV ptosis & oftalmoplegi
Ke samping lewat foramen jugulare, atau
spatium parafaring sindroma retroparotidean,
gejala:
Paresis N. IX, X sulit menelan, regurgitasi, bindeng
Paresis N. XI kelemahan otot bahu/leher
Paresis N. XII deviasi lidah, gangguan menelan
Perlu pemeriksaan neurologis

Untuk menentukan adanya paresis /


paralisis N. I XII
(kanan, kiri, atau keduanya)

Gejala Intrakranial
Pemeriksaan lokal nasofaring
R.A.
R.P.
Nasofaringoskopi (+biopsi)
Pemeriksaan Leher
Metastasis ke KGB leher ?
Paling sering metastasis ke KGB servikalis
profunda laterokranialis
Lokasi:
kaudal dari ujung mastoid
dorsal dari angulus mandibula
medial dari m. Sternokleidomastoideus
Tumor leher (65-85%)
keluhan tersering penderita datang berobat ke
dokter
18
TRIAS GEJALA

Tumor leher
Gejala
Intrakranial
Gejala Hidung

Gejala
Tumor Leher
Intrakranial
Gejala Telinga
Gejala Telinga
Gejala Hidung
Gejala Hidung
Pemeriksaan Radiologis
Tujuan menentukan:
Lokasi, besar/luas tumor primer
Invasi tumor ke organ sekitar
Adanya destruksi tulang dasar tengkorak
Metastasis ke KGB leher
Metastasis jauh
Stadium tumor
Pemeriksaan radiologi, yaitu:
Foto tengkorak (AP, lateral, dasar
tengkorak, Waters)
CT scan / MRI
Foto toraks metastasis ke paru
USG abdomen metastasis ke hepar
Bone scintigraphy metastasis ke tulang
DIAGNOSIS
Umur (biasanya > 40 thn)
Gejala klinis (dini/lanjut)
Diagnosis Klinik
Pemeriksaan lokal (tumor di nasofaring)
Pemeriksaan Radiologis (massa di nasofaring)

Diagnosis Histopatologis Biopsi nasofaring (GOLD STANDARD)

IgA anti VCA


Diagnosis Serologis
IgA anti EA
Staging of NPC - TNM Classification
DIAGNOSIS BANDING
Angiofibroma nasofaring juvenilis
Angiofibroma nasofaring
Adenoid persisten
TBC nasofaring
TERAPI
Radioterapi
Dosis: 6600 7000 rad
Sitostatika
(neoajuvan, konkuren, ajuvan kemoterapi)
mis: cisplatin, carboplatin, 5-FU, bleomisin,
paclitaxel, docetaxel
PROGNOSIS
Stadium dini 5 YSR: 70 - 80%
Stadium lanjut 5 YSR: 15 - 25%

Anda mungkin juga menyukai