Singapore International School (SIS) Pantai Indah Kapuk
digugat oleh mantan gurunya. Pemutusan hubungan kerja
(PHK) yang dianggap semena-mena menjadi sebab sang guru meradang. Guru tersebut di PHK karena melanggar kontrak berbentuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. PHK nya dilakukan secara sepihak tanpa adanya surat peringatan terlebih dahulu. Francois Xavier Fortis, warga negara Kanada, dipecat SIS karena telah dianggap telah melanggar peraturan perusahaan. Dalam anjuran Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Sudinakertrans) Jakarta Utara tertanggal 4 Januari 2007 dijelaskan Francois telah melanggar kontrak dengan berulang kali. Pelanggaran yang dilakukan dalam masa percobaan Francois itu berupa perbuatan dan ucapan tidak pantas kepada staf SIS lainnya. Atas perbuatannya itu, Francois juga sempat diperingati secara lisan. Lewat kantor hukum Adams & Co, Francois menggugat SIS. Dalam surat gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta, Francois menjelaskan ia dipekerjakan oleh SIS sejak 1 Juli 2006 hingga 31 Mei 2008, alias 23 bulan. Pada 30 Nopember 2006 Francois di PHK karena gagal dalam masa percobaan. Merasa dirugikan, Francois meminta ganti rugi sebesar Rp. 394 juta. Rinciannya, ialah sisa gaji Rp. 20 juta per bulan dan tunjangan transpor dan akomodasi sebesar Rp. 2 juta per bulan yang belum dibayar SIS sejak PHK hingga akhir masa kontraknya. Pada 22 Februari lalu mediator Sudinakertrans telah mengeluarkan anjuran yang menyarankan SIS untuk membayar sisa upah Francois dalam kontrak tersebut. Kepala Bagian Hukum SIS Haifa Segeira menyatakan Francois telah melanggar suatu pasal dari perjanjian kerja. Ada beberapa hal yang jelas-jelas sudah disetujui di kontrak, dan dasar kita PHK sudah tercantum dalam kontrak itu ujarnya. Jadi, menurutnya, selama para pihak sudah sepakat hal-hal yang tercantum dalam kontrak, perjanjian tersebut dapat dieksekusi. Analisis Kasus Pada dasarnya sebelum terjadi kasus PHK terhadap Francois , permasalahan sudah muncul terlebih dahulu pada masa pembuatan perjanjian kontrak kerja. Perjanjian kontrak kerja dibuat dalam bentuk PKWT dimana jenis dan sifat pekerjaan yang ditentukan dalam kontrak kerja tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan pekerjaan yang akan selesai dalam waktu tertentu. Menurut pasal 59 UU No.13 Tahun 2003 angka 1 dan Kepmenakertrans No. 100 tahun 2004 PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya, yang bersifat musiman, dan berhubungan dengan produk baru. Sementara pekerjaan yang dilakoni oleh Francois bersifat tetap dan tidak identik dengan pekerjaan yang dapat dibuat dengan PKWT. Menurut pasal 59 angka 7 yang tidak memenuhi ketentuan tersebut, demi hukum menjadi PK WTT. Kontrak kerja tersebut juga mencantumkan masa percobaan kerja (masa orientasi). SIS menyatakan Francois tak lulus masa orientasi itu. Padahal jelas tercantum di pasal 58 angka 1 UU No.13 Tahun 2003 PWKT tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. Di angka 2 tegas dijelaskan apabila diisyaratkan masa percobaan kerja dalam PKWT maka masa percobaan kerja yang diisyaratkan batal demi hukum. PHK dilakukan secara sepihak tanpa adanya surat peringatan terlebih dahulu. Padahal menurut pasal 161 angka 1 pengusaha dapat melakukan PHK setelah pekerja yang bersangkutan diberikan surat pemanggilan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. Dalam hal ini Francois sama sekali tidak diberi surat peringatan dan langsung di PHK. Dalam melaksanakan PHK ini Pihak SIS tidak melakukan segala upaya yang harus dilaksanakan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja, selain itu maksud pemutusan hubungan kerja tersebut tidak dirundingkan terlebih dulu oleh pihak SIS dan Francois, dan pengusaha (SIS) hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Kalaupun ingin melakukan PHK seharusnya pihak SIS harus melalui proses PHK yang diatur oleh undang-undang sebagaimana diatur dalam pasal 151 UU No. 13 Tahun 2003. Selain itu kesalahan Francois bukanlah termasuk kedalam kesalahan berat yang menyebabkan pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh, sebagaimana diatur dalam Pasal 158 UU No. 13 Tahun 2003. Pembuatan kontrak kerja yang dibuat secara PKWT terhadap tenaga pendidik tidak sinkron pula terhadap hak para pendidik untuk mendapat jaminan kesejahteraan social yang memadai sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 40 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Solusi 1. Sebelum tindakan PHK Pihak SIS untuk kedepan nya dalam surat perjanjian kerja, masa orientasi pekerja seharusnya di perjelas. Karena sesuai UU setiap pekerja setelah lewat dari 3 bulan sampai 6 bulan harus di beri kontrak sebagai karyawan permanen. Sedangkan, SIS baru mengatakan Francois tidak lulus masa orientasi ketika Francois sudah bekerja 23 bulan. Pihak SIS mengatakan bahwa Francois telah berkata kasar terhadap staf SIS dan seharusnya masalah ini diselesaikan kekeluargaan. Bukan langsung melakukan tindak PHK. Peringatan yang di lakukan SIS secara lisan saja, jika Francois melakukan kesalahan SIS seharusnya memberikan SP1, SP2, kemudian SP3 untuk PHK karena tidak menaati peraturan sehingga PHK yang dilakukan memilki alasan yang jelas sesuai dengan UU yang berlaku. 2. Setelah di PHK Pihak SIS harus menyertai alasan yang cukup kepada Francois agar sesama pihak mendapatkan win-win solution. Karena SIS melakukan sepihak, Francois menggugat atas pembayaran yang seharusnya ia terima kira-kira 349 juta. Pihak SIS dan Francois ini harus berunding dahulu bagaimana bisa tercapainya win-win solution mungkin dengan memberikan bayaran yang di bagi dua atau mengurangi 10-30% pembayaran dan semua ini tergantung kesepakatan SIS dan Francois. (sesuai dengan mana termasuk pembayaran wajib dan mana pembayaran tidak wajib) Dengan adanya tindakan PHK sepihak akan membuat image dari SIS berkesan tidak baik yang pada akhirnya akan merugikan pihak perusahaan, yang mana pekerja-pekerja akan minggat dan pekerja baru tidak tertarik untuk bergabung dalam perusahaan. Sehingga, pihak SIS harus menaati dan menjalankan peraturan UU yang menyangkut tenaga kerja. Dan sistem kontrak yang di jelaskan secara terlebih dahulu kepada karyawan, kemudian sistem orientasi yang tidak berkepanjangan.